Terakhir Puasa Mutih

42 48 0
                                    

Laras mampu mengatur kemampuan ilmu gaib yang ia punya, dan Laras sudah mengasah semua energi kemampuannya itu untuk mengalahkan sosok Dewi penari yang menyeramkan bersemayam menemani Liska.

"Aku jadi tidak sabar untuk menyelamatkan nyawa Liska," gumamnya.

Dua puluh menit ia duduk di area ruang tamu, selesai memasak Ibu menghampiri Laras dengan membawa wadah piring yang berisi nasi dan lauk berupa ayam goreng.

Laras hampir saja tergoda dengan lauk yang telah di siapkan oleh sang Ibu, akan tetapi sosok ular yang menjaganya memberikan teguran agar dirinya tidak tergoda oleh makanan yang dihidangkan dihadapannya.

"Tahan dirimu! Ini hari ke dua kamu melakukan puasa mutih," teguran sosok penjaga gaib yang berada dibelakang Laras.

Laras baru saja mengambil piring yang sudah tersedia nasi serta lauknya, ketika ia mendapatkan teguran keras dari sosok penjaganya Laras langsung meletakkan kembali piring itu di meja.

"Kenapa tidak di makan saja?" tanya Ibu memastikan.

Laras menjawab, "Saya tidak makan lauk ... Aku hanya makan nasi putih saja dan air putih tapi nanti aku akan memakannya ketika sudah waktunya berbuka untuk sekarang aku masih melanjutkan puasa mutih."

Sang Ibu baru teringat jika putrinya sedang melaksanakan puasa mutih.

"Astagfirullahalazim, maafkan Ibu. Lupa kalau kamu sedang melaksanakan puasa mutih," ucap Ibu meminta maaf.

Laras tidak mempermasalahkan tentang itu, ia memaklumi Ibunya.

"Tidak apa-apa, Buk. Tidak perlu minta maaf," ucap Laras merangkul Ibunya. Ibu tersenyum ketika menatap Laras.

Saat itu Ipul bangun tidur ketika dia mendengar suara Ibu dan Laras sedang berbicara di ruang tamu. Ipul bergegas keluar kamar lalu menghampiri mereka.

"Jam segini baru bangun wong lanang," ejek Laras pada adiknya. Ipul mengerutkan dahinya dengan tampak kesal mendengar ejekan sang Kakak.

"Laras! Sudahi ejekanmu itu," tegur Ibu padanya. Laras langsung terdiam sejenak, akan tetapi Laras tertawa mengejek ketika melihat Ipul yang sedang duduk melongo.

"Lagi mengumpulkan nyawa?" ucap Laras mengejek adiknya kembali. Ipul melirik Laras dengan tatapan kesal. "Apa sih," ketus Ipul menjawab.

Laras berdiri dari duduknya ia berjalan kembali keluar rumah lalu duduk di kursi teras. Ia bersantai seorang diri sekaligus melihat para tetangga dan warga yang lain lewat dihalaman depan rumahnya.

Laras menyapa para warga yang sedang lewat dihadapannya.

"Mau ke mana, Buk?" sapa Laras bertanya.

Tetangganya merespon, "Mau berangkat ke perkebunan."

Rara berkata, "Yasudah hati-hati di jalan ... Semoga dapat hasil yang memuaskan."

Tetangganya tersenyum menatap Laras lalu melanjutkan langkah kakinya berjalan ke perkebunan.

Saat Laras duduk sendiri diteras depan rumah, kebiasaan Sirna yang datang menghampirinya diam-diam membuat Laras kaget.

Sirna yang muncul dari arah belakang seketika menyapa, "Laras."

Sirna langsung duduk di samping Laras yang sedang bersantai.

"Ada apa?" tanya Laras.

Sirna menghela nafas dan ia hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan Laras.

Laras menatap ke arah Sirna dengan penuh keheranan.

"Kenapa diam? Sepertinya kamu ingin mengatakan sesuatu padaku," ujar Laras yang penasaran.

Sirna menjawab, "Apakah hari ini kita jadi berangkat ke rumah Liska? Jangan lupa dengan janji dan niatmu itu."

Laras merespon sekaligus mengajak Sirna untuk bersiap-siap. 

"Tenang saja! Aku tidak akan lupa dengan janjiku ... Nanti siang kita akan menjenguk Liska ke rumahnya," ajak Laras. Sirna menyetujui dengan ajakan temannya itu.

Kala itu Laras dan Sirna saling berbicara dengan pembahasan tentang strategi yang akan direncanakan oleh Laras.

"Apakah kamu bisa membantuku memikirkan strategi untuk menyelamatkan nyawa Liska?" tanya Laras meminta bantuan Sirna.

Sirna kembali memberikan pertanyaan, "Strategi seperti apa yang akan kau lakukan?" Laras sedikit beri penjelasan, "Terbesit dalam pikiranku untuk melakukan strategi mengalahkan musuh melalui kemampuan gaibku ini maka dari itu aku meminta saran ide darimu sebaiknya strategi apa yang akan kita jalani nantinya."

Sirna tidak menjawab pertanyaan Laras, ia terdiam untuk memikirkan segala sesuatu agar ide dalam otaknya berjalan kembali.

Sirna langsung celetuk, "Aku memiliki ide yang bagus untukmu!" Laras penasaran bertanya, Apa itu?"

Sirna menjelaskan, "Kamu harus bisa memancing musuhmu pelan-pelan dan gunakan otakmu untuk menjebak pemikiran mereka ... Jika mereka terpancing kamu berikan isyarat kepada penjagamu dan teman gaib yang mendampingimu untuk membantu kita asalkan kamu jangan lengah."

Laras diam memikirkan penjelasan dari Sirna untuknya. Sirna kembali celetuk, "Hanya itu yang ada didalam pikiranku selebihnya kuserahkan padamu." Laras merenungi rencana strategi yang akan ia lakukan untuk melawan musuhnya.

"Hari ini aku melakukan puasa mutih yang ke dua hari karena esok hari aku sudah selesai melakukannya," gerutu Laras yang tampak kebingungan.

Sirna bertanya, "Memangnya kamu melakukan puasa mutih selama berapa hari?" Laras menjawab, "Tiga hari."

"Kamu sangat kuat melakukan puasa mutih selama tiga hari ... Setahuku puasa mutih itu hanya diperbolehkan makan dan minum serba putih saja dan tidak boleh ada rasa apapun," ujar Sirna.

Laras tersenyum menatap Sirna seraya memberikan jawaban, "Sebenarnya aku sudah tidak kuat melaksanakan puasa mutih akan tetapi ini semua aku lakukan demi menolong Liska agar ia selamat! Karena puasa mutih dapat menyempurnakan kemampuan ilmuku
bertujuan untuk menyelamatkan Liska dari sosok penari yang berwujud menyeramkan itu."

Sirna mengerti dan paham pengorbanan Laras demi menyelamatkan Liska, sampai Laras rela bersekutu dengan jin dan berguru kepada mbah Sarjan untuk meminta ilmu dan kekuatan gaib agar bisa melawan sekaligus untuk mengalahkan sosok penari yang selalu saja menemani Liska.

"Niatmu baik akan tetapi sebenarnya yang kamu lakukan itu salah," ucap Sirna.

Laras merasa bingung dengan ucapan Sirna.

"Maksud kamu apa? Kenapa berbicara seperti itu?" tanya Laras.

Sirna menjelaskan, "Cara yang sudah kamu lakukan sebenarnya sangat salah karena kamu memilih jalur hitam sampai meminta bantuan dukun untuk menyempurnakan kelebihanmu dan meminta ilmu ghaib beserta kemampuan." Laras hanya diam tanpa berucap sepatah kata.

Sesekali Laras menghela nafas panjang, ia tertunduk malu. Laras tak kuasa menjawab penjelasan Sirna, akan tetapi Laras berusaha menjawab seadanya saja dengan penuh kejujuran.

"Kamu sudah tahu alasanku seperti ini kenapa kamu bicara seperti itu? Aku memilih jalan seperti ini demi kebaikan Liska untuk menyelamatkan nyawanya walaupun harus aku yang salah jalan," ujar Laras memberikan penjelasan.

Sirna hanya menggelengkan kepala ketika mendengarkan penjelasan Laras.

Di kala itu, Sirna sangat penasaran dengan tata cara puasa mutih.

Laras dengan senang hati menjelaskan menjelaskan secara detail tentang tata cara puasa mutih dari awal hingga akhir, sekaligus memberikan penjelasan manfaat dari puasa mutih.

Akan tetapi sebelum menjelaskan tata cara puasa mutih, Laras ingin memberitahu sesuatu kepadanya.

"Apakah nanti kamu bersedia membantuku ketika sudah berada di rumah Liska?" pertanyaan Laras yang terlontarkan untuk Sirna.

Sirna menjawab, "Aku bersedia membantumu." Laras terlihat sangat senang dan bahagia dengan jawaban Sirna.

SUKMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang