Menceritakan Tentang Mimpi

81 95 1
                                    

Laras menikmati sarapan bersama dengan adik dan Ibunya. "Masakan Ibuku sangat enak dan rasanya ingin tambah lagi lauk dan nasinya," celetuk Laras. Ibu mendengar ucapan Laras dan ia tersenyum memandangi putrinya itu.

"Silakan jika kamu ingin menambah lauk lagi ... Masih sangat banyak lauk pauknya," tawar Ibu. Laras dan Ipul menambah lagi sarapan pagi, mereka menghabiskan dua wadah piring.

Selesai sarapan, Laras membantu Ibu merapihkan piring dan gelas yang berada diatas meja. Laras membersihkan bekas-bekas kotoran yang menempel pada piring dan gelas.

Seperti biasanya, Laras melakukan kegiatan rutinitasnya setiap hari di rumah ketika dirinya baru selesai makan.

Laras membersihkan seluruh ruangan kamarnya, tanpa lampu dan listrik hanya ada satu lentera saja yang masih menyala. Laras membuka tutupan pada lentera itu, kemudian mematikan api dengan meniupnya dari lentera tersebut. Ia membuka gorden jendela yang terbuat dari anyaman kayu asli.

Udara pagi sangat menyejukkan sehingga sangat enak ketika menghirupnya dan bagus untuk indra penciuman manusia, Laras yang pada saat itu melihat pemandangan di pagi hari melalui jendela kamar.

Tiba-tiba saja, Laras mencium aroma kemenyan yang berasal dari ruangan kamarnya sendiri. Akan tetapi bau aroma itu hanya tercium dalam sekejap saja, setelahnya menghilang begitu saja.

Laras menghiraukan aroma kemenyan yang sangat mengganggunya dan melupakan kejadian semalam yang menimpa pada dirinya, ia hanya fokus pada rutinitasnya di dalam rumah.

Ketika matahari sudah naik ke permukaan langit dan terasa hawa panasnya, Laras langsung bergegas keluar kamar lalu berjalan keluar rumah.

Ia berjemur dibawah terik panasnya matahari, Laras melihat para tetangganya yang sudah mulai bekerja dengan membawa alat-alat khusus untuk perkebunan. Ada pula yang membawa alat cangkul serta jaring khusus untuk sawah yang akan mereka kerjakan.

"Berangkat kerja, Pak?" sapa Laras sekaligus bertanya.

"Iya, Nduk. Mau ke sawah ini," responnya.

Laras menjawab, "Oh, mari silakan, Pak." Ia melihat banyak dari tetangganya yang menjadi petani sedang melewati depan halaman rumah Laras dengan membawa cangkul dan pupuk.

Ketika Laras sedang bersantai, tanpa diduga Sirna mendatangi Laras yang sedang berjemur dihalaman depan rumah.

Sirna memanggil, "Laras!" Sembari menepuk pundak Laras yang sedang duduk.

Laras menoleh kesamping lalu menjawab, "Hufft! Bikin kaget saja," gertak Laras jengkel.

"Sedang apa kamu di sini sendirian?" tanya Sirna dan ia pun duduk disamping Laras.

"Kamu lihat sendiri," tuturnya singkat. "Pasti marah," ujar Sirna. Laras sedikit tertawa ketika Sirna mengetahui jika dirinya kesal.

"Hahaha ... Tahu saja kamu," jawab Laras.

Kemudian Laras menawari minuman kepada Sirna. "Kamu mau minum apa? Teh hangat atau kopi? Atau hanya air putih saja?" tawarannya.

Sirna menolak dengan sopan. "Tidak usah ... Aku hanya ingin mampir saja ke rumahmu soalnya aku sangat jenuh di rumah saja tanpa teman," ujar Sirna.

Laras tersenyum menatap Sirna. Saat itu Laras dan Sirna duduk diteras rumah, mereka berdua berbicara santai.

"Pasti kamu sedang berjemur di sini," celetuk Sirna. Rara menjawab, "Itu kamu tahu kalau aku sedang berjemur."

Sirna tak enak hati dan merasa bahwa dirinya telah mengganggu Laras.

"Maaf, Ras. Jika aku mengganggu waktumu yang sedang berjemur di sini," tutur Sirna meminta maaf. Laras merespon, "Tidak apa-apa ... Aku lebih menghormati tamu yang datang kepadaku daripada diriku sendiri karena dari itu aku bisa menghormati orang lain."

Sirna merasa dihormati dan disanjung oleh Laras, akan tetapi Sirna sangat malu jika dirinya telah mengganggu rutinitas Laras yang sedang menikmati berjemur dibawah teriknya matahari.

Tiba-tiba saja Laras terdiam, ia langsung memikirkan tentang mimpinya itu. Sirna penasaran kemudian ia bertanya kepada Laras. "Kamu kenapa diam saja?" tanyanya. Laras menarik nafas sangat dalam lalu menghelanya perlahan.

Kemudian ia menjawab, "Semalam aku mimpi bertemu Liska di rumahnya." Sirna dibuat penasaran oleh mimpi yang dialami oleh Laras. "Apa yang kamu lihat didalam mimpimu itu?" tanya Sirna memastikan. Laras terdiam dan tidak menjawab pertanyaan Sirna.

Rasa penasaran Sirna semakin bergejolak, dan ia ingin tahu tentang mimpi yang dialami oleh Laras.

"Kenapa kamu hanya diam saja? Aku mohon ceritakan saja padaku," pinta Sirna. Laras merasa ragu menceritakan tentang mimpi yang ia alami, Sirna seringkali mendesak dirinya agar menceritakan tentang mimpinya itu.

"Ceritakan saja, Ras. Aku mohon," desak Sirna yang semakin penasaran.

Desakan Sirna membuat Laras terpaksa menceritakan mimpinya. Laras menjelaskan, "Dalam mimpiku saat itu aku melihat ada lubang berwarna kuning terang dan aku memasukinya dalam hitungan detik diriku sudah berada di area halaman rumah Liska." Penjelasannya sengaja ia hentikan.

Namun, Sirna selalu saja membujuk Laras untuk menceritakannya kembali.

Laras melanjutkan cerita tentang mimpinya kembali.

"Ketika diriku sudah berada di sana aku berjalan masuk ke dalam rumahnya namun tiba-tiba saja pintu terbuka dengan sendirinya dan aku pun masuk ke dalam setelah itu diriku melihat diarea ruang tamu sangat banyak patung-patung yang berjejeran dan ada satu patung paling aneh kulihat karena bentukannya seperti gambar iblis bahkan dibawah lantai banyak bertaburan bunga sekaligus sepercik darah kental ... Akan tetapi pandanganku tertuju pada kamar yang pintunya sudah terbuka lebar lalu aku menelusuri kamar itu," jelasnya.

Sirna bertanya, "Lalu bagaimana lagi kelanjutannya?" Laras menghela nafas panjang.

Kemudian Laras kembali menjelaskan, "Aku benar-benar terkejut ketika masuk ke dalam kamar itu dan di sana aku melihat Liska yang sedang tergantung dengan posisi kaki berada diatas dan kepala berada dibawah bahkan ada sosok penari cantik mengitari Liska yang sedang diikat bergelantungan ... Dalam hitungan detik saja sosok penari cantik itu langsung berubah wujud menjadi sangat menyeramkan dengan membawa senjata tajam dan aku melihat sosok itu ingin menebas leher Liska saat itu juga aku terbangun dari tidurku." Laras menjelaskan secara detail mimpi yang dialaminya.

Sontak saja Sirna sangat kaget ketika mendengarkan penjelasan dari Laras tentang mimpi yang dialami olehnya, ia benar-benar sangat khawatir dengan keadaan Liska. Mereka berdua terdiam tanpa berkata-kata.

"Mengapa mimpimu seperti itu? Kamu membuat diriku khawatir," ujar Sirna bertanya. Laras menjawab, "Aku pun tidak tahu mengapa aku memimpikan Liska." Tiba-tiba saja sosok Minten datang menghampiri Laras.

Minten berbisik padanya. "Mimpimu itu akan terjadi dan kamu harus bersiap-siap menghadapi itu untuk menolong temanmu yang sedang dalam bahaya," bisiknya memberitahu. Laras bertanya-tanya dan berbisik, "Maksudmu? Apakah Liska tidak baik-baik saja dan dalam bahaya?" Minten menjawab, "Benar ... Temanmu dalam keadaan genting dan kamu harus menolongnya karena ini menyangkut perihal nyawa dan sukma antara hidup dan mati." Seketika Laras berubah terlihat sedih dan ia merenungi tentang keselamatan dan keadaan salah satu temannya itu.

Minten mengatakan, "Jangan bersedih hati ... Mimpimu itu sebuah petunjuk dan jika kamu membantu menyelamatkan temanmu itu kamu akan berhasil menyelamatkan nyawa seseorang." Laras terdiam membisu sembari memikirkan cara untuk membuktikan tentang mimpinya itu.

SUKMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang