Perubahan

63 62 1
                                    

Laras hanya duduk terdiam di kamarnya, ia melihat ke seluruh ruangan. Laras melihat sangat banyak sosok makhluk tak kasat mata muncul di berbagai macam tempat area tertentu.

"Awas saja jika sampai kalian menggangguku! Aku akan memberi pelajaran untum kalian semua," gerutu Laras seorang diri.

Laras merasakan ketenangan dan ia mendapati kenyamanan ketika sedang sendiri di dalam kamarnya.

Tidak lama setelah itu terdengar suara azan dari musolla yang jaraknya terletak tidak jauh dari rumah Laras. Laras merasa tidak nyaman ketika mendengarkan lantunan suara azan, ia berusaha membungkam ke dua telinganya dengan telunjuk jari sampai selesai azan.

"Suara ini sangat menggangguku! Tubuhku seketika merasa terbakar!" celetuknya.

Selesai azan kumandang, tiba-tiba saja Laras merasa sesak nafas serta merasakan sakit dibagian area dada. Ia mencoba mengatur nafasnya berulangkali, hingga rasa sesaknya itu perlahan-lahan hilang dengan sendirinya.

Di saat itu Laras hanya duduk terdiam melihat ke sekeliling kamarnya hingga menjelang pagi hari. Laras benar-benar sangat senang ketika dirinya sudah melaksanakan puasa weton.

Waktu sudah menjelang pagi hari Laras  benar-benar merasa malas untuk membersihkan ruangan kamarnya. Ia merasa berat untuk beres-beres rumah, seringkali Laras menghabiskan waktunya untuk melakukan meditasi bertujuan agar dapat menenangkan pikirannya.

Tiba-tiba saja Ibu mengetuk pintu kamar Laras.

"Nduk? Apakah sekarang kamu sedang berpuasa? Kalau tidak melaksanakan puasa kita sarapan bersama," panggilan Ibu terdengar dari luar kamar Laras yang sedang mengajak Laras untuk sarapan pagi.

Rara membentak Ibunya dengan nada tinggi. "Aku ndak sarapan, Buk! Jangan ganggu konsentrasiku!" gertak Laras.

Sehingga membuat Ibunya mengelus dada dan menahan sedih.

"Yasudah ... Jika kamu tidak berpuasa nanti makan saja sarapan yang telah Ibu siapkan dimeja," ucap Ibu.

Laras menjawab, "Tidak usah! Aku sedang berpuasa hari ini." Laras sangat kesal ketika konsentrasinya diganggu.

Sang Ibu bergegas pergi dari kamar Laras, sedangkan Laras masih saja duduk di kamarnya.

"Kesal sekali diriku! Aku sedang melakukan puasa weton diajak sarapan," gerutu Laras.

Laras berdiri lalu bergegas ke ruang tamu, ia membuka tudung makanan dan melihat makanan yang sudah tersedia di meja.

"Waw! Ternyata ada makanan kesukaanku ... Akan tetapi aku sudah berniat untuk melakukan puasa weton," gumamnya dalam batin.

Laras sangat bimbang dan dilanda bingung dengan pilihan yang ada, antara melanjutkan puasa yang ia lakukan atau sebaliknya yakni membatalkannya.

Tiba-tiba saja terdengar suara gertakan dari belakang.

"Jangan sampai kamu membatalkan puasa yang telah kamu jika kamu membatalkannya kamu sendiri yang akan mendapatkan segala resiko dalam perjanjian dan mendapatkan konsekuensinya! Jangan tergoda dan tahanlah!" teguran keras untuknya.

Laras sontak kaget ketika mendengar suara misterius yang memberikan teguran kepadanya. Laras menoleh kearah belakang, ternyata sosok ular besar bertanduk dua yang memberikan peringatan kepada Laras.

Laras menjawab, "Aku tidak akan pernah membatalkannya! Terimakasih sudah memberikanku peringatan."

Laras bergegas jalan keruang tamu, lalu ia duduk bersantai bersama Ibu dan adiknya yang sudah berada di ruang tamu. Laras melihat Ibu sedang menjahit baju, sedangkan Ipul menyantap makanan yang tersisa di meja.

"Kamu bisa menjahit baju tidak?" tanya Ibu sembari fokus menjahit.

Laras menjawab, "Bisa, Buk." Ibu menatap Laras dengan tatapan kasih sayang dan memberikan senyuman kepadanya.

"Benarkah? Sangat hebat jika kamu bisa menjahit baju." pujian Ibu terlontarkan untuk Laras.

Laras tersipu malu ketika dirinya mendapatkan pujian dari Ibu.

Tiba-tiba saja Laras merasakan berat sekujur tubuhnya, ia tidak sontak saja panik. Hampir semenit Laras pulih kembali.

Saat itu Laras penasaran dan ingin mengetahui efek dari puasa weton yang sedang ia jalani, Laras mencoba ilmu kemampuan yang ia miliki.

Laras mampu menggeser kursi yang berada di dekatnya hanya dengan gerakan satu tangan saja dari jarak jauh, dengan mudahnya kursi itu bergeser sendiri.

"Lho! Ternyata berhasil," batinnya bergumam. Ibu yang melihat kejadian Laras memiliki kemampuan supranatural sangat terkejut, ketika putrinya mampu menggerakan kursi hingga bergeser dengan sendirinya tanpa di sentuh.

Laras melihat Ibu yang sedang terkejut heran ia melontarkan pertanyaan, "Kenapa Ibu melihatku seperti itu? Aku hanya iseng saja dengan kemampuanku ini dan Ibu jangan panik seperti itu." Laras menenangkan Ibunya.

Ibu hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaan Laras dan ia hanya menggelengkan sedikit kepala karena tidak menduga dengan bakat dari kemampuan Laras.

"Ibu sudah sarapan?" tanya Laras memastikan. Ibu menjawab, "Sudah tadi bersama Ipul."

Laras langsung terdiam sejenak lalu menghela nafas perlahan.

"Aku melihat disekitar area rumah ini sangat banyak sosok makhluk astral yang tak kasat mata," celetuk Laras.

Ibu sedikit kaget ketika mendengar perkataan Laras mengenai para makhluk astral dirumah yang mereka tempati.

Ibu terlihat khawatir dan ia bertanya, "Sosok apa saja yang kamu lihat di rumah ini?" Laras menjelaskan, "Aku tidak bisa menyebutkan satu persatu secara detail akan tetapi wujud mereka sangat seram dan energinya negatif."

Ipul menyahut, "Stop! Jangan dibahas lagi." Laras menghentikan penjelasannya.

"Apakah hari ini kamu sedang melakukan puasa weton?" tanya Ibu kembali memastikan. Laras menjawab, "Ibu sudah tahu jawabannya."

Ibu memberikan pertanyaan yang sama. "Kamu melakukan puasa weton diniatkan untuk apa?" tanyanya.

Laras memberikan jawaban, "Ini rahasiaku, Buk. Aku tidak bisa memberitahu tentang niatku kepada siapapun." Ibu hanya mengelus dada, Ibu sangat takut jika Laras menyalahgunakan niat puasa yang sedang dilakukannya.

"Kamu tidak untuk hal yang aneh-aneh, kan?" tanyanya memastikan. Laras menjawab, "Sudahlah, Buk. Lagipula apa untungnya Ibu bertanya-tanya seperti itu?" Ibu merespon, "Ibu hanya khawatir jika kamu salah jalan dengan niatmu itu ... Ibu juga tidak ingin kamu tersesat."

Ipul memiliki firasat bahwa kakaknya melakukan puasa weton untuk mencari ilmu gaib semata. "Kakak tidak memiliki niat untuk mengasah kemampuan ataupun ilmu gaib, kan?" tanya Ipul yang memastikannya.

Laras menjawab, "Tahu apa kamu tentang itu? Sudahlah! Lebih baik kamu diam saja tidak usah bertanya-tanya." Ipul memberikan penjelasan, "Aku hanya khawatir jika kakak melakukan puasa hanya untuk mencari ilmu saja sehingga membuat kakak celaka dikemudian hari karena firasatku tidak enak tentang kakak."

Laras terlihat panik dan ia berusaha menyembunyikan dari kecurigaan Ibu dan Ipul kepadanya.

"Sepertinya Ibu dan Ipul sudah mulai curiga kepadaku ... Aku harus menyembunyikannya dari mereka agar mereka tidak mengetahui dan tidak mencurigaiku," ungkapnya.

Ibu dan Ipul menaruh rasa curiga dengan sikap Laras yang telah berbeda, perubahan Laras membuat Ibu bertanya-tanya disertai rasa heran sekaligus penasaran.

"Biasanya kamu sangat sabar tetapi kenapa sekarang sifat kamu jadi sangat berbeda?" tanya Ibu yang penasaran. Laras melontarkan pertanyaan balik kepada Ibunya. "Berbeda bagaimana? Aku masih sama saja dengan diriku yang dahulu," ujarnya.

Ipul menyahut, "Kamu menjadi sangat pemarah, Kak." Laras terdiam membisu tanpa berkata-kata.

SUKMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang