Pagi hari Laras melakukan rutinitas kesehariannya di rumah. Tidak lupa Laras bermeditasi dan mengasah kembali kemampuan ilmunya.
Bahkan ketika ada sosok makhluk astral yang ingin mencelakai dirinya, dengan waktu singkat makhluk itu lari terbirit-birit ketakutan ketika melihat sosok ular yang berada dibelakang Laras.
Selesai bermeditasi Laras keluar kamar dan berjalan keluar rumah, ia duduk diteras depan halaman rumahnya. Laras melihat Sirna dari kejauhan berjalan menuju rumahnya. Sesampainya Sirna di rumah Laras, tanpa basa-basi Laras menyuruh Sirna duduk dikursi.
Sirna pun duduk dikursi samping Laras.
"Tidak seperti biasanya kamu ke sini datang dipagi hari," celetuk Laras sedikit penasaran.Sirna menjawab, "Apakah kamu lupa tentang persiapan untuk membantu Liska?" Sirna memastikan. Laras merespon, "Tenang saja, aku tidak akan lupa." Laras dan Sirna membicarakan tentang persiapan yang harus mereka lakukan untuk menyelamatkan Liska.
"Bisakah kamu membantuku untuk membuat ide yang bagus dengan rencana yang akan kita lakukan?" tanya Laras kepada Sirna.
Sirna terdiam sejenak dan ia memikirkan rencana yang harus mereka berdua hadapi ketika hendak menyelamatkan nyawa salah satu temannya yang dalam bahaya.
Tiba-tiba saja terbesit dalam pikiran Sirna sebuah ide.
"Aku memiliki ide tentang segala rencana yang untuk kita upayakan," celetuk Sirna memberitahu.
Laras bertanya, "Ide apa itu? Katakan saja padaku?" Sirna menghela nafas pelan kemudian memberikan penjelasan, "Kamu pergunakan saja kemampuanmu itu yang telah diberikan oleh mbah Sarjan sepenuhnya ... Jika kamu tidak kuat kamu beritahu saja penjagamu itu agar dapat membantu kita menyelamatkan nyawa Liska."
Laras terdiam merenung ia memikirkan dengan ide yang diberikan oleh Sirna.
"Kamu memiliki berapa penjaga gaib?" tanya Sirna untuk memastikan. Laras menjawab, "Ada satu akan tetapi aku memiliki teman gaib yang bernama Minten dan dia selalu membantuku ketika aku sedang berada dalam kesulitan."
Sirna memberikan usulan, "Kamu harus memberitahu kepada penjagamu dan teman gaibmu itu mulai dari sekarang agar nanti ketika kamu sedang dalam bahaya mereka dengan sigap menolong kamu dengan rasa peka."
Laras menyahut, "Benar juga idemu itu." Kemudian Laras menoleh kebelakang dan ia berbicara kepada sosok ular yang mendampinginya.
"Bisakah kamu bekerjasama denganku untuk menyelamatkan nyawa temanku yang sedang dalam bahaya," pinta Laras.
Sosok ular itu mengatakan, "Aku akan setia menemanimu dan jika dirimu celaka aku yang akan membantumu mengalahkan mereka!"
Tidak sampai di situ Laras memanggil sosok Minten teman gaibnya itu.
Minten merasa terpanggil oleh Laras dalam sekejap Minten sudah berada dihadapan Laras.
"Ada apa kamu memanggilku?" tanya Minten.
Laras menjawab, "Bisakah kamu membantuku? Aku sedang merencanakan sesuatu untuk menyelamatkan nyawa Liska."
Minten melontarkan pertanyaan, "Apakah kamu siap dengan tantangan berat yang akan terjadi? Bahkan peperangan antar gaib." Laras yang sudah mantap dengan niatnya itu ia menjawab, "Aku sudah siap dengan segala resiko yang akan aku terima demi menyelamatkan nyawa temanku."
Minten berkata, "Aku akan membantumu, Laras. Jika kamu tidak sanggup mengalahkan mereka maka biarkan aku yang menghadapi mereka dengan kekuatanku ini dan aku selalu melindungimu serta Tuhan akan menjaga dirimu."
Sirna melihat Laras yang sedang berbicara sendiri, tetapi Sirna mengerti bahwa ia sedang berbicara dengan sosok tak kasat mata.
Selesai berbicara Laras menyetujui saran usulan dari Sirna.
"Aku menyetujui ide darimu," ucap Laras.
Sirna begitu lega dan sangat senang jika Laras menyetujui usulan darinya.
Waktu semakin cepat tidak terasa oleh mereka jika sudah menjelang sore kembali.
"Sudah menjelang sore kenapa sangat cepat waktunya," celetuk Sirna.
Laras menyahut, "Aku juga heran."
Sirna pamit pulang kepada Laras, dan Laras pun mempersilakan Sirna pulang.
Ia masuk kembali kedalam rumahnya. Laras bergegas kedalam kamar mengambil handuk, kemudian lanjut berjalan ke arah sumur untuk mandi.
Sekitar lima belas menit Laras selesai mandi ia memakai handuk menutupi anggota tubuhnya dengan balutan handuk yang ia pakai kemudian langsung bergegas jalan ke kamar.
Sesampainya di kamar, Laras mengambil pakaian yang tersimpan rapih di dalam lemari. Ia memakai pakaian yang sudah di ambil olehnya.
Tanpa berlama-lama Laras melaksanakan meditasi seorang diri di dalam kamar.
Ruangan kamar yang sedikit gelap dan hanya sebagian sudut ruang yang terang karena penerangan cahaya melalui lentera untuk menerangi sudut dalam ruang kamarnya.
Laras duduk bersila kemudian memejamkan ke dua matanya, ia menarik nafas kemudian di hembuskannya kembali. Laras melakukan meditasi selama tiga jam.
Ia melakukan meditasi dari jam enam sore dan selesai jam sembilan malam. Ketika sudah tiga jam meditasi Laras membuka ke dua matanya dan selesai melakukan meditasi.
Tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kamarnya.
Kemudian Laras bertanya, "Siapa diluar?"
Tetapi tidak ada jawaban apapun dari luar pintu.
"Sangat jahil jin yang datang," gumamnya. Laras langsung beristirahat tertidur pulas.
Semakin hari waktu semakin singkat. Laras terbangun ketika mendengar suara azan dari Musolla yang jaraknya tidak jauh dari rumah.
Laras merasakan panas kembali disekujur tubuhnya seperti dibakar oleh api. Ketika selesai azan rasa sakit yang membakar tubuhnya dalam sekejap menghilang.
Ia langsung terdiam mengumpulkan energi saat bangun tidur. Tidak lama kemudian, Laras berdiri mengambil handuk lalu pergi mandi.
Sekitar lima belas menit Laras selesai mandi. Seperti biasanya ia bergegas jalan ke dalam kamar.
Laras mengambil pakaian kemudian memakainya. Setelah itu Laras langsung berjalan keluar kamar lalu keluar rumah. Ia duduk di kursi depan teras halaman rumah.
Tiba-tiba saja terbesit dalam pikirannya untuk membuat sebuah rencana strategi agar bisa menumbangkan sosok penari yang seringkali mendampingi Liska, ia berpikir jika strategi disertai dengan ide yang diberikan oleh Sirna.
Kemudian ia celetuk, "Sekarang sudah hari ke dua aku melakukan puasa mutih." Laras sangat tidak sabar untuk melawan sosok penari yang selalu saja menemani Liska.
Rasa kesal Laras sangat membara tak tertahankan. Ke dua tangannya mengepal keras, ia tidak tega melihat Liska dalam jeratan setan.
Saat itu Laras sedang menghirup udara segar dipagi hari. Kabut pagi terlihat begitu jelas dari pandangannya.
"Udaranya sangat sejuk," celetuk Laras.
Laras yang sedang duduk di teras ia bergegas masuk kembali ke dalam rumah. Ia berjalan ke ruang tamu, dan duduk bersantai di kursi.
Sang Ibu keluar dari kamarnya, lalu menghampiri Laras yang sedang duduk disampingnya.
"Ibu kenapa tidak keluar rumah? Tidak seperti biasanya?" tanya Laras memastikan.
Ibu tersenyum pada Laras kemudian menjawab, "Ibu baru saja selesai solat."
Kemudian Laras menyarankan Ibu agar memasak sarapan terlebih dahulu.
Ibu menuruti keinginan putrinya, Ibu berdiri dari tempat duduknya lalu pergi ke dapur untuk memasak sarapan.
Sedangkan Laras masih saja duduk dengan santai seorang diri, Laras telah mempersiapkan strategi dan energi di dalam pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUKMA [TAMAT]
HororSeorang wanita yang peka dan memiliki kemampuan khusus supranatural, masuk ke dalam dunia sukma. Dunia yang tidak bisa di tembus oleh manusia lain secara zahir, tanpa di sadari dirinya sudah menembus pada dimensi dunia ghaib. Banyak orang yang tak...