Ibu bertanya kepada Sirna "Benarkah demikian, Sirna?" tanyanya memastikan. Sirna terpaksa berbohong kepada Ibu Laras dan ia menjawab, "Benar, Buk. Laras ingin mampir ke rumah saya karena saya sendiri yang mengajaknya." Ibu mengizinkan Laras untuk pergi bersama Sirna, dan menepis pikiran buruk tentang anaknya itu.
Mereka berdua berpamitan kepada sang Ibu. Laras dan Sirna bergegas jalan menuju rumah Sirna, agar mereka tidak dicurigai oleh Ibu Laras.
"Sudah aman," ujar Sirna memastikan. Laras bertanya, "Apakah paranormal itu bisa membantuku? Aku ingin mengasah kekuatanku." tanyanya memastikan.
Sirna menjawab, "Bisa ... Memberikanmu ilmu sihir juga bisa tetapi ilmu jalur hitam." Laras berkata, "Aku tidak mau jika yang kuasah memiliki campur tangan dengan ilmu jalur hitam."
Sirna menawarkan, "Kalau begitu kamu harus memilih ilmu jalur putih akan tetapi kamu harus mengatakan yang sejujurnya nanti akan dibantu oleh paranormal itu."
Dengan senang hati, Laras menerima tawaran Sirna kepada dirinya.
"Baiklah dan aku sangat senang jika kamu mau membantuku," ujar Laras. Sirna menjawab, "Tenang saja."
"Kita sudah sampai di rumahmu, Sir. Rumah paranormal itu ada disebelah mana arahnya?" tanya Laras memastikan.
Sirna menjawab, "Rumahnya berada dibelakang rumahku tetapi jaraknya lumayan jauh dari sini dan rumahnya berada di area terpencil." Laras berpinta, "Sekarang antarkan aku ke rumahnya." Sirna merespon, "Ikuti aku." Sirna bergegas jalan mendatangi rumah paranormal sesuai keinginan Laras.
Dalam perjalanan Sirna dan Laras saling berbicara mengenai obrolan tentang niat yang dilakukan oleh Laras.
Sirna dilanda penasaran dengan niat yang akan dilakukan oleh Laras. Sirna pun bertanya, "Apa yang kamu niatkan sampai dirimu ingin menemui paranormal? Apakah ini ada kaitannya tentang Liska?" tanyanya.
Laras menjawab, "Lebih baik kamu diak saja nanti juga kamu akan tahu sendiri." Sirna menjelaskan, "Mbah Sarjan merupakan orang pintar paling sakti di daerah sini sekaligus paranormal yang memiliki kesaktian dan ilmu gaib yang tidak bisa dikalahkan oleh siapapun kecuali seseorang yang memiliki kesaktian yang lebih tinggi darinya."
Laras sedikit merasa lega ketika dirinya mengetahui tentang mbah Sarjan yang dijelaskan oleh Sirna kepadanya.
Sirna berhenti didepan halaman rumah kayu sebesar gubuk yang berukuran kecil. "Apakah di sini rumahnya?" tanya Laras memastikan. Sirna menjawab, "Benar, di sini rumahnya." Sirna dan Laras mengunjunginya. Sirna mengetuk pintu berkali-kali.
Mbah Sarjan yang sedang bertapa didalam rumah, dia mendengar suara ketukan pintu. Mbah Sarjan langsung bangun dari pertapaannya dan membuka pintu.
Tiba-tiba saja Laras merasakan hawa yang sangat dingin mencekam di sana, bahkan ia merasakan kehadiran sosok Minten.
Laras mendengar suara bisikan dipendengaran telinganya.
"Laras! Jangan kau lakukan perbuatan yang akan menimbulkan bahaya untuk dirimu bahkan menjauhkanmu dari Gusti Allah! Kamu jangan sesekali menyekutukan Tuhan! Tolong hentikan sebelum dirimu semakin tersesat!" bisikan Minten yang melarang Laras untuk meminta bantuan ke dukun.
Laras menghiraukan bisikan itu dan tetap ingin melanjutkan niatnya, ia terpaksa melakukan itu karena keadaan yang mendesak dirinya hanya untuk menyelamatkan nyawa Liska yang sedang dalam bahaya.
Sirna mengetuk pintu berkali-kali seraya memanggi, "Permisi, Mbah." Suara Sirna berkali-kali memanggil Mbah Sarjan yang sedang melakukan meditasi pertapaan. Mbah Sarjan bergegas keluar menghampiri tamu yang sedang mengetuk pintu sembari memanggil dirinya.
Mbah Sarjan melihat ke datangan Sirna dan Laras. Kemudian Sirna berkata, "Maaf sebelumnya, Mbah. Saya dan teman saya datang ke sini ada sesuatu yang ingin diperlukan."
Mbah Sarjan berkata, "Silakan masuk." Sirna dan Laras masuk ke dalam tempat tinggal Mbah Sarjan. Laras melihat sekeliling area ruangan yang tidak memiliki lantai keramik ataupun lampu penerangan cahaya.
"Rumahnya sangat gelap bahkan sangat banyak sesajen dan bunga bahkan boneka yang terpajang di sini ... Kepala tengkorak juga sudah terpajang," gumamnya.
Tak hanya itu, Laras melihat banyak sosok pocong yang berada di dalam ruangan tersebut. Dengan wajah dan bentuk rupa yang sangat menyeramkan.
Laras merasakan lemas disekujur tubuhnya karena bentrokan energi gaib. Mbah Sarjan menatap kearah Laras dengan tatapan tajam.
"Sepertinya kamu mempunyai kemampuan untuk melihat dan merasakan keberadaan makhluk astral," ucap mbah Sarjan.
Laras sangat terkejut ketika mendengar perkataan mbah Sarjan yang mengetahui tentang dirinya.
Mbah Sarjan berkata, "Kamu kaget? Jika aku mengetahui isi pikiran dan hatimu? Dan saat ini kamu mendatangiku untuk ingin mengasah kemampuanmu itu sekaligus ingin berguru denganku, bukan?" tanyanya sekaligus memastikan.
Laras hanya diam membisu dan sedikit menganggukan kepala tanpa menjawab pertanyaan mbah Sarjan.
Sirna mewakili untuk memberikan jawaban, "Kemungkinan saja ada benarnya juga, Mbah."
Laras memberikan isyarat kepada Sirna agar tidak membuat dirinya malu.
"Kamu tidak usah malu karena Aku tahu ke datanganmu ke sini," ujar Mbah Sarjan.
Rara menyahut, "Benar, Mbah. Seperti yang mbah ketahui ke datangan saya."
Mbah Sarjan memperhatikan Laras sembari memegang dagunya sendiri seperti sedang ingin menerawang Laras.
"Auramu sangat berwibawa dan orang-orang segan kepadamu akan tetapi jika kamu ingin mengasah kemampuanmu itu resikonya kewibawaan yang kamu punya akan hilang ... Sehingga tergantikan oleh ilmu dan kekuatan yang aku berikan kepadamu," tawarnya memberikan pilihan kepada Laras.
Laras sangat bimbang dan ragu dengan pilihan yang di tawarkan kepadanya.
"Benarkah seperti itu?" tanya Laras memastikan kembali.
"Sebaiknya kamu berpikir dahulu sebelum memulai," ujar mbah Sarjan.
"Bolehkah anda memberikan saya waktu untuk memikirkan tentang ini?" pinta Laras.
Mbah Sarjan menjawab, "Silakan saja dan pikirkan secara matang agar tidak menyesal keputusan yang kamu pilih."
Laras meminta usulan kepada Sirna, dirinya sangat bimbang dengan pilihan yang ada.
"Menurut kamu baiknya seperti apa?" tanya Laras meminta usulan.
Sirna mengerti dan paham akan kondisi Laras kemudian dirinya memberikan usulan, "Coba saja kamu asah kemampuanmu dan berguru kepadanya setelah itu kamu harus datang lagi ke sini untuk menghilangkan ilmu darinya."
Laras masih ragu dan berusaha berpikir keras, dirinya tidak mau menyesal karena keputusannya yang akan ia pilih.
Terbesit kembali dalam hatinya tentang Liska, dan ia pun memantapkan diri untuk mengasah kemampuannya itu.
"Aku ingin tetap pada tujuanku mengasah kekuatan supranatural yang kumiliki dan ini menyangkut nyawa temanku," ucap Laras memberitahu keinginan niatnya kepada mbah Sarjan.
Mbah Sarjan memberikan sebuah pilihan kembali dengan melontarkan pertanyaan, "Apakah dirimu sudah yakin jika nanti kewibawaanmu akan hilang?" Laras dengan mantap menjawab, "Aku sudah yakin."
Sirna berbisik, "Sungguh? Akan tetapi nanti aura kewibawaanmu akan hilang jika kamu meminta bantuan kepadanya." Laras menjelaskan, "Aku tidak perduli karena yang kulakukan ini semata-mata untuk menyelamatkan nyawa teman kita ... Aku akan melakukan apapun asalkan Liska selamat dari jeratan sosok penari itu."
Sirna mengatakan, "Akan tetapi jika kamu melawannya itu sangat bahaya." Laras sedikit curiga dengan ucapan Sirna. "Apakah kamu mengetahui semuanya tentang Liska?" tanyanya memastikan. Sirna hanya terdiam membisu tanpa memberikan jawabannya kepada Laras.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUKMA [TAMAT]
HorrorSeorang wanita yang peka dan memiliki kemampuan khusus supranatural, masuk ke dalam dunia sukma. Dunia yang tidak bisa di tembus oleh manusia lain secara zahir, tanpa di sadari dirinya sudah menembus pada dimensi dunia ghaib. Banyak orang yang tak...