Teriakan Kuntilanak

126 143 19
                                    

Sirna dalam kondisi takut kemarahan Laras, sesekali ia meremehkan tentang hal mistis di antara dua alam yakni gaib dan nyata kepada Laras. "Ras, sepertinya aku tidak percaya adanya sosok sosok gaib yang kamu ceritakan kepadaku," ucap Sirna dengan nada menyepelekan.

Laras mendengar ucapan Sirna, ia terdiam memandang Sirna dengan tatapan tajam sedikit kesal. Laras yang sangat peka dan sensitif dengan hal-hal gaib berbau mistis, ia sesekali memberitahu kepada Sirna agar tidak menyepelekan tentang hal yang bersifat gaib ataupun makhluk tak kasat mata.

Laras memberikan pesan, "Jangan sesekali kamu meremehkan mereka yang hidup diantara batas alam manusia ... Mereka semua ada karena di ciptakan oleh gusti Allah dan sesekali jangan pernah mengusik jika mereka tidak mengusik manusia."

Sirna merasa kebingungan lalu ia bertanya, "Mereka siapa yang kamu maksud?" Laras terdiam dan menghela nafas perlahan.

Kemudian Laras memberikan jawaban, "Jin." Sirna terdiam dan sedikit menganggukan kepala menandakan bahwa ia paham dengan jawaban Laras.
Lalu Sirna berkata, "Nanti antarkan aku pulang, Ras. Aku takut jika pulang sendiri."

Laras bertanya, "Memangnya kamu mau pulang sekarang atau nanti?" Sirna menjawab, "Aku ingin pulang sekarang." Laras langsung berdiri dari tempat duduknya, kemudian Sirna ikut berdiri dari tempat duduknya.

"Aku akan mengantarkanmu sekarang," ucap Laras.

Laras dan Sirna bergegas keluar dari rumah, kemudian ia berjalan berdua. Sesekali Laras menatap keatas pohon, ia tidak melihat sosok perempuan berwujud menyeramkan itu lagi. Laras bergumam, "Sosok wanita yang menyeramkan itu rupanya sudah pergi ... Syukurlah."

Laras tersenyum sekaligus menunduk kebawah, ia sangat bahagia dan hatinya sedikit lega ketika melihat sosok menyeramkan itu sudah pergi menghilang.

Laras mengantarkan Sirna pulag dan mereka berdua bergegas jalan menuju rumah Sirna. Sesampainya di depan area rumah, Sirna menawarkan Laras untuk mampir sejenak di rumahnya.

Sirna menawarkan, "Kamu tidak mampir saja ke rumahku?" Laras menolak dengan halus seraya menjawab, "Lain kali saja, Sirna. Untuk saat ini harus ada yang aku tuntaskan di rumah." Sirna memaklumi penolakan Laras karena memiliki alasan yang jelas.

Kemudian Laras pulang berjalan kaki seorang diri. Ketika dalam perjalanan menuju pulang, langkah kaki Laras terhenti oleh sesuatu.

Ia merasakan ada sesuatu yang memantau dirinya, sesekali ia menoleh ke arah belakang. Namun tidak ada seorang pun di sana dan suasananya sangat sepi.

Tiba-tiba saja tatapan mata Laras  tertuju pada satu sosok yang berdiam diri di balik pohon, ia melihat sosok itu berwujud kepala kambing dengan gigi yang menyerupai iblis serta memiliki tanduk seperti rusa.

Sosok menyeramkan itu memperhatikan Laras dari kejauhan, tetapi Laras merasakan jika sosok kakek datang menghampirinya dan berada di sampingnya.

Laras melanjutkan langkah kakinya dan berjalan sampai menuju rumah. Sesampainya di rumah, Laras masuk ke dalam dan duduk dikursi ruang tamu. Ia bersantai duduk dikursi bersama Ibunya.

Laras celetuk, "Coba saja jika bapak masih hidup ... Pasti keluarga kita lengkap." Laras berbicara dengan raut wajah sedih dan tampak rindu dengan sosok bapaknya.

Ibu menanggapi perkataan putrinya dam merespon, "Sudahlah ... Bapakmu sudah tenang dialam yang penuh dengan kenikmatan bersama orang-orang baik di sisi gusti Allah dan sekarang kita doakan saja agar Bapak diberikan kenikmatan bahagia dialam keabadian." Laras hanya terdiam tanpa bersuara.

Tak sengaja, pandangan Laras melihat bayangan putih sekilas terbang di area ruang tamu. Laras bergumam, "Ada perkara apalagi ini."

Laras berusaha untuk tidak menggubris sosok bayangan putih yang membuat dirinya merasa terganggu. Laras mengendalikan sukmanya kembali dan mengeluarkannya dari raga, Laras melihat sosok kuntilanak berpakaian berwarna biru dengan postur tubuhnya yang sangat tinggi disertai wajah yang begitu menyeramkan.

Sukma Laras berkata, "Ternyata kamu yang menjelma menjadi bayangan putih terbang sekilas di area sini." Kuntilanak itu menyeringai sangat lebar dan menertawakan Laras.

Tetapi Laras tidak membalas apapun, ia hanya berdiam diri menatap sosok tersebut. Laras memperhatikan gerak gerik sosok jin itu, dan ia melihat dengan jelas.

Sosok kuntilanak itu membawa kepalanya sendiri dengan wajah yang rusak disertai kuku yang sangat panjang berlumuran nanah.

Sosok perempuan berwujud menyeramkan tersebut, seketika menghampiri Laras. Ia berkata, "Ada apa kau datang ke sini? Pergilah! Sebelum dirimu celaka."

Kuntilanak itu berteriak, "Kau yang harus celaka! Manusia keparat!" Kepala sosok kuntilanak itu terbang dengan sendirinya lalu berteriak.

Teriakannya yang memunculkan suara amat keras disertai mulutnya yang terbuka lebar, sedangkan kepala yang di bawa oleh sosok kuntilanak itu sendiri terbang melayang dan lepas dari genggaman ke dua tangannya.

Laras menyumbat ke dua telinga dengan dua jari telunjuknya seraya membentak, "Berhentilah!" Sosok kuntilanak itu terus saja berteriak dalam jangan waktu selama beberapa menit.

Dalam hitungan detik, sosok Minten datang menghampiri Laras. Minten mengusir kuntilanak yang mengganggu Laras. "Pergilah dari sini!" usirnya. Sosok itu berkata, "Siapa kau? Berani sekali mengusirku!" Minten yang sudah emosi langsung menjawab, "Kau tidak perlu tahu siapa aku jika kau tidak pergi dari sini maka bersiap-siaplah." Sosok kuntilanak itu meremehkan Minten, sehingga membuat Minten merasa ditandingi olehnya.

Minten yang berawal dari manusia cantik dalam sekejap berubah wujud menjadi sosok yang sangat menyeramkan, Minten bertarung melawannya.

"Kamu cepat pergi dari sini ... Biarkan urusan ini menjadi urusanku," pinta Minten. Sukma Laras langsung menghindar dari dua sosok yang menyeramkan itu.

Pertarungan antara Minten dan Kuntilanak semakin sengit, suasana menjadi mencekam dengan timbul aura dan energi panas disekitar ruangan. Laras yang masih setengah sadar, ia merasakan suasana di dalam rumahnya begitu sumpek dan sangat panas.

Sampai dirinya mengeluarkan banyak keringat, sedangkan sukmanya belum masuk ke dalam raga. Sukma Laras melihat pertarungan antar jin, dua-duanya sangat menyeramkan sehingga sukma Laras bersembunyi dibalik tembok.

"Mengapa jadi bertengkar seperti ini?" Laras bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Pertempuran Minten dan Kuntilanak sangat sengit, sampai pada akhirnya Minten berhasil mengalahkan sosok itu.

Sosok yang mengganggu Laras, berhasil dikeluarkan dari rumah dan tidak berani memasuki rumahnya. Dalam sekejap, Minten berubah menjadi perempuan cantik kembali. Ia menghampiri sukma Laras yang sedang bersembunyi dibalik tembok.

"Apakah sudah selesai?" tanya sukma Laras memastikan. Minten menjawab, "Sudah ... Sosok itu langsung pergi dari sini kamu jangan khawatir." Laras sedikit lega dengan kepergian Kuntilanak itu.

Laras tersadar sepenuhnya, dan sukmanya sudah masuk ke dalam raga. "Duh, kepalaku rada pusing," keluhan Laras. Ibu yang khawatir langsung bertanya, "Pusing kenapa kamu?" Laras merespon, "Tidak, Buk. Mungkin kurang minum air putih saja." Sembari memegang sebelah kepalanya.

Ibu pergi ke dapur meninggalkan Laras seorang diri di ruang tamu. Ketika kembali, Ibu membawakan segelas air putih dan memberikannya kepada Laras.

SUKMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang