Minten bertarung di alam gaib yang tak terlihat oleh penglihatan manusia biasa, Minten berubah wujud menjadi sosok yang sangat menyeramkan. Dengan postur tubuhnya yang kurus dan tinggi, tangannya berukuran panjang serta kuku yang tajam. Rambutnya menjulur panjang ke bawah.
Sedangkan sosok hantu perempuan berambut bondol berubah wujud yang lebih menyeramkan pula. Mereka berdua saling bertarung dengan kekuatan masing-masing yang ada pada dirinya.
Minten berhasil menumbangkan sosok perempuan berambut pendek yang mengganggu Laras itu.
"Jangan pernah datang ke sini dan jangan sesekali mengusik keturunanku jika dirimu tidak ingin celaka," murkanya memberikan peringatan. Minten memberikan peringatan kepada sosok itu agar pergi dari tempat tinggal Laras.
"Dasar makhluk sialan! Awas saja kau akan kubalas lebih dari ini!" murka sosok perempuan berambut bondol itu.
Seketika sosok itu pergi menghilang dan lenyap begitu saja. Dalam waktu singkat, Laras yang sedang duduk memantau keadaan merasakan hawa yang sangat tenang dan ia pun langsung tertidur pulas.
Sedangkan Minten saat itu mendampinginya untuk menjaga Laras yang sedang tertidur, bahkan sosok Minten yang menjaga Rara seringkali memantau keadaan area ruang kamar. Minten langsung berubah wujudnya menjadi perempuan cantik bergaun putih.
Minten melihat banyak makhluk tak kasat mata yang berseliweran di area kamar. Ketika ada sosok hantu yang ingin mengganggu Laras, Minten dengan cepat mengusirnya. Sosok-sosok yang lain sangat segan kepada Minten, mereka tidak berani mengganggu Laras yang sedang tertidur.
Saat Laras tertidur, ia mampu mengeluarkan sukma yang ada di dalam raganya. Laras melihat ada suatu lubang berwarna kuning di hadapannya, dengan rasa penasaran Laras mencoba mendekati lubang misterius itu.
Dalam waktu hitungan detik saja, Laras langsung terperosok ke dalam suatu tempat yang tak asing baginya. Laras bertanya-tanya, "Lho? Kenapa aku sudah ada di sini? Kenapa bisa?" Laras melihat keadaan sekitarnya.
Hanya ada Laras saja seorang diri. Saat dirinya melihat keadaan sekitar, tiba-tiba saja pandangannya tertuju ada sebuah rumah yang mirip dengan tempat tinggal temannya, Liska.
Laras celetuk, "Itu seperti rumah temanku, Liska. Mengapa tiba-tiba saja aku berada di sini."
Laras berjalan seorang diri, ia bergegas jalan menghampiri sekitar area rumah yang akan dia telusuri. Ketika sampai di depan pintu rumah, tiba-tiba saja pintu itu terbuka dengan sendirinya perlahan.
Sontak saja Laras terkejut sekaligus panik, dengan pintu yang terbuka dengan sendirinya. Ia sangat ragu untuk memasuki area di dalam rumah itu, akan tetapi rasa penasarannya lebih tinggi daripada rasa takutnya.
"Oh, mungkin saja pintunya sudah rusak," celetuk Laras yang masih berpikir positif.
Tanpa berlama-lama, Laras langsung masuk ke dalam rumah tersebut. Ia menelusuri ruangan yang ada di dalamnya, rumah itu sangat penuh dengan berbagai macam patung dewa dan dewi serta di antaranya ada beberapa bentuk patung yang sangat menyeramkan seperti gambar iblis.
Rara melihat banyak sekali bunga yang bertebaran di seluruh ruangan, bahkan ada sepercik darah merah yang masih menempel di lantai. "Darah siapa ini? Seperti darah segar akan tetapi mengapa darah ini menempel dilantai," batinnya bergumam.
Seketika pandangan Laras tertuju pada salah satu kamar pintunya yang sudah terbuka, Laras berjalan perlahan-lahan menghampiri kamar itu dan masuk ke dalam kamar.
Sesampainya di dalam kamar, Laras melihat Liska yang sedang diikat dengan posisi kakinya berada diatas sedangkan kepalanya berada dibawah.
Liska bergelantungan dengan raut wajah yang terlihat sedih, sampai menitikkan air mata tanpa bersuara. Dihadapan Liska ada sosok penari cantik sedang membelai wajah Liska yang sedang bergelantungan dengan posisi terikat sangat sadis.
Liska menatap ke arah Laras dengan menggerakan tubuhnya seakan memberikan sebuah isyarat disertai ucapan pelan, akan tetapi Laras tidak mengerti dengan isyarat yang dilakukan oleh Liska.
Liska berbisik, "Tolong aku! Carikan tusuk konde yang dirahasiakan oleh Ibuku karena aku tidak kuat dengan ikatan ini sehingga membuat sukmaku ini terjebak oleh jeratan tali dan aku ingin bebas." Sembari merintih pelan. Laras semakin bingung dengan perkataan Liska dan ia tidak mengerti.
Laras terlihat sangat panik, ketika melihat sosok penari menghampiri Liska dengan membawa senjata tajam dan satu tempat wadah yang lumayan besar.
Dalam sekejap saja, sosok penari itu langsung berubah wujud menjadi sosok yang sangat mengerikan dan menyeramkan, rambut Liska ditarik paksa oleh sosok penari tersebut.
Kemudian senjata tajam yang dipegang dalam genggaman sosok penari itu, dengan perlahan ia menempelkan ke area leher Liska.
Ketika senjata tajam diayunkan ke bagian leher Liska, Laras langsung terbangun dari tidurnya dan dirinya sangat kaget sampai terbawa dalam sadar.
Laras mampu mengendalikan sukmanya sendiri, ketika terbangun Laras sangat lelah seperti habis di kejar-kejar oleh orang lain. Ia langsung terduduk diam dan merenung sejenak.
Di saat sudah menjelang pagi, Laras masih terpikirkan tentang mimpinya itu. Laras bertanya-tanya, "Apakah ini hanya mimpi semata atau benar-benar akan terjadi pada temanku?" Ia berusaha menepis rasa kekhawatirannya agar tidak memikirkan aneh-aneh tentang temannya itu. Laras sangat berbaik sangka dan berharap jika Liska akan baik-baik saja.
"Semoga saja Liska baik-baik saja di sana," gumamnya. Laras melihat Minten yang terduduk di sela kasur. "Ada apa kamu ke sini? Ini masih pagi," ujar Laras bertanya. Minten merespon, "Aku hanya menjagamu di sini dari gangguan mereka semalam." Laras bertanya, "Semalam kamu datang ke sini?" Minten menjawab, "Iya, kamu tidak merasakan ke datanganku?" tanyanya untuk memastikan.
Laras mengatakan, "Aku tidak tahu jika kamu datang ke sini saat itu aku benar-benar sangat lelah dan rasanya ingin sekali tidur." Minten merespon, "Tidak apa-apa yang penting sekarang kamu tidak diganggu lagi oleh mereka." Tiba-tiba saja Ibu membuka pintu kamarnya, dan menghampiri Laras yang sedang duduk.
"Mari sarapan, Nduk," ajak Ibu. Laras merespon, "Iya, Buk. Nanti aku susul." Ibu bergegas pergi meninggalkan Laras seorang diri dikamarnya lalu mengunci pintu kembali.
Laras langsung merapihkan tempat tidurnya. Kemudian ia bergegas ke ruang tamu, di sana Laras melihat Ibu yang sedang menyiapkan sarapan. Laras membantu Ibunya dengan membawakan empat piring dan kendi yang sudah berisi air hangat.
"Ipul ... Kenapa diam saja? Bantu Ibu sini," pinta Laras. Ibu menyahut, "Biarkan saja. Ipul, kamu duduk saja di situ biar Ibu dan kakakmu yang menyiapkan sarapan." Laras sedikit jengkel dengan Ipul.
Ketika makanan untuk sarapan sudah dihidangkan di atas meja, mereka bertiga mengambil wadah piring masing-masing dan lauk serta nasi yang ada dihadapannya. "Masakan Ibu sangat enak," puji Ipul sembari menikmati sarapan paginya.
"Benarkah begitu?" tanya Ibu memastikan. Laras menyahut, "Benar, Buk." Laras dan Ipul sangat menikmati santapan makanan pagi dengan lahap. Makanan ikan, tempe, dan tahu goreng tersedia dimeja serta dengan air hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUKMA [TAMAT]
HorrorSeorang wanita yang peka dan memiliki kemampuan khusus supranatural, masuk ke dalam dunia sukma. Dunia yang tidak bisa di tembus oleh manusia lain secara zahir, tanpa di sadari dirinya sudah menembus pada dimensi dunia ghaib. Banyak orang yang tak...