Sirna melihat Laras yang sedang memikirkan sesuatu. "Kamu kenapa melamun saja? Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Sirna memastikan. Laras berusaha untuk menyembunyikan semua mimpinya yang berkaitan tentang Liska, agar Sirna tidak penasaran.
"Tidak apa-apa ... Aku sangat lelah saat ini," jawaban singkat Laras. Sirna hanya memperhatikan raut wajah Laras yang sedang memikirkan sesuatu darinya.
Laras tampak khawatir jika mimpinya akan menjadi kenyataan.
"Aku sangat takut jika mimpiku benar adanya," gumamnya dalam hati. Sirna selalu saja menatap Laras, ia tidak mengetahui apa yang ada dipikirannya sampai Laras diam saja.
"Kamu ada masalah?" tanya Sirna kembali dengan rasa penasarannya itu.
"Aku hanya lelah," respon Laras. Ia menghela nafas cukup dalam dan diam kembali tanpa berkata apapun.
Sirna kembali bertanya, "Pasti kamu sedang memikirkan mimpimu itu tentang Liska?" Laras mendeham, "Hemm." Sirna mengetahui diamnya Laras merupakan kekhawatirannya tentang Liska.
Sirna memberikan usulan, "Bagaimana kalau kita jenguk saja, Liska? Sekarang kita langsung mendatangi dia dirumahnya sekaligus ingin tahu kondisi dia saat ini." Laras masih saja terdiam dan sedikit ragu dengan usulan Sirna.
Laras berkata, "Tunggu ... Aku membutuhkan waktu untuk berpikir sejenak."
Laras memikirkan ajakan Sirna yang mengusulkan untuk menjenguk Liska. Ketika Laras sudah memikirkan hal itu berkali-kali, ia langsung menyetujui usulan yang diberikan oleh Sirna.
"Yasudah sekarang kita berangkat mengunjungi rumah Liska dan ingin memastikan keadaannya di sana," ucap Laras menyetujui ajakan Sirna.
Sirna sangat senang jika usulannya dihargai oleh Laras, mereka berdua bangun dari duduknya lalu berdiri. Saat itu mereka berdua langsung saja bergegas jalan mengunjungi rumah Liska.
Dalam perjalanan, Laras melihat sosok makhluk tak kasat mata yang beraneka ragam dengan wujud berbeda-beda dan juga sangat menyeramkan. Laras tidak menghiraukan ataupun menggubris penglihatannya, sekalipun banyak sosok yang mengganggunya.
Laras tidak ingin Sirna mengetahui sosok yang ia lihat di area hutan yang sedang mereka lewati, ia khawatir jika Sirna ketakutan dan membatalkan mengunjungi rumah Liska.
Sesampainya di area halaman rumah Liska, Sirna dan Laras bergegas menunggu di depan pintu. Sirna berkali-kali mengetuk pintu.
Tak lama setelahnya, pembantu yang bekerja di rumah Liska tergesa-gesa membuka pintu dan menyambut ke datangan Sirna yang bersama Laras dengan baik.
"Sirna? Ada apa datang ke sini?" tanya mbak Ajeng. Sirna bertanya, "Tidak apa-apa, Mbak. Saya hanya ingin menjenguk Liska dan sekarang bagaimana kondisinya?" Mbak Ajeng selaku pembantu yang bekerja di rumah Liska dengan senang hati menjawab, "Liska ada di dalam kamarnya dan kondisinya sedikit membaik ... Silakan masuk ke dalam." Sirna dan Laras berjalan masuk ke dalam rumah Liska.
Mereka berdua di dampingi oleh mbak Ajeng berada dibelakangnya, dan mereka memasuki area kamar Liska. Ketika Sirna dan Laras masuk ke dalam kamar, Laras kembali melihat sosok penari yang pernah ia lihat dalam mimpinya dan masih ada di samping Liska yang sedang terbaring di kasur.
Akan tetapi wujud penari yang saat ini ia lihat, begitu sangat menyeramkan. Laras berusaha tenang, ketika dirinya mengetahui jika ia sedang ditatap sinis oleh sosok penari itu.
Tak lama kemudian, Laras merasakan kehadiran sosok Minten yang berada di sampingnya. Minten langsung datang mendampingi Laras, saat sosok Minten datang ia memasuki raga Laras ia langsung merasakan getaran pada tubuhnya sehingga jiwanya menyatu jadi satu.
Raga Laras diambil alih oleh Minten dan memberikan pandangan tajam ke arah sosok penari yang berdiri di sampin Liska. Sosok penari itu menghormati Minten karena energi kekuatannya sangat besar dan penari itu tertunduk segan menghormati Minten.
Ketika Laras sedang melamun, sukma yang ada didalam raganya langsung keluar begitu saja. Akan tetapi raga Laras dimasuki dan dikendalikan oleh Minten, hanya saja sukmanya yang keluar untuk bisa melihat sosok lain yang berada disekitarnya termasuk yang ada dihadapannya.
Sukma Laras melihat dengan jelas jika sukma Liska sedang diikat tangan dan kakinya, Laras yang melihat Liska seperti itu ia tidak bisa berbuat apapun selain pasrah bahkan tidak berani mendekatinya.
Ada penjaga berwujud ular raksasa hitam dan buaya emas yang sedang menjaga sukma Liska.
Sukma Laras bertanya, "Kenapa kamu diikat seperti ini? Siapa yang berbuat jahat kepadamu?" Sukma Liska yang mendengar perkataan Laras ia langsung memberikan jawaban, "Tolong aku, Ras. Kembalikan diriku pada ragaku." Pintanya kepada Laras.
"Apa yang harus kulakukan? Mereka berdua sangat menjagamu," jawabnya. Sukma Liska hanya bisa menangis pasrah.
Tiba-tiba saja sosok penari itu menghampiri raga Laras yang sedang dikendalikan oleh Minten.
"Permisi, ada perlu apa datang ke sini?" tanya sosok penari itu. Jiwa Minten yang sudah menyatu dengan raga dan jiwa Laras, ia menatap tajam ke arah sosok penari itu.
"Lepaskan dia atau kau yang aku hadapi!" gertak Laras yang dirasuki sosok Minten. Sontak saja mbak Ajeng kaget ketika melihat Laras yang sedang berbicara dengan sosok tak kasat mata.
"Mengapa perempuan itu bisa melihat sosok penari yang berada di sini? Apakah dia mempunyai kekuatan gaib pula?" gumamnya bertanya-tanya.
"Ada apa denganmu? Kamu sedang berbicara dengan siapa?" tanya Sirna memperhatikan Laras.
Laras menjawab, "Aku berbicara dengan dia yang menjaga Liska dan dia telah memberi ancaman untukku." Sirna berkata, "Jangan membuat diriku takut ... Sedangkan aku lihat tidak ada siapapun di sini selain kita bertiga."
Laras menunjukkan ke arah Liska yang sedang terbaring dikasur. "Di mana sosok itu? Tidak ada siapapun di sana," ucap Sirna melihat sekitar ruangan kamar.
"Dia ada di sana sedang membelai rambut Liska yang sedang tertidur," responnya.
Sirna berbisik, "Sosoknya berwujud cantik atau seram?" Ia bertanya penasaran. Laras memberitahu seraya mengatakan, "Sosoknya sudah berubah wujud menjadi makhluk yang menyeramkan dia menatapku dengan tatapan tajam seakan tidak suka dengan ke datanganku ke sini."
Sosok penari itu memandangi Laras dengan tatapan sinis dan tajam, Laras merespon dengan tatapan sinis pula.
"Berani sekali dirimu memandangiku seperti itu? Apakah dirimu tidak takut kepadaku?" tanya sosok penari itu. Laras menuai respon, "Mestikah aku takut kepadamu? Oh, tentu tidak dan jangan harap!"
Ketika sukma Laras menghampiri sosok penari itu, tiba-tiba ia ditahan oleh Minten, raga Laras menghentikan langkah sukmanya.
"Diamlah! Jangan ke mana-mana," saran Minten memberikan usulan. Sosok penari dan sosok Minten yang bersemayam ditubuh Laras, mereka berdua saling bertatapa mata dengan tatapan tajam.
"Namamu siapa?" tanya Minten yang merasuki Laras. Sosok penari itu menjawab, "Dewi." Sukma Laras saat itu sontak terkejut ketika ia mengetahui nama sosok penari yang mendampingi Liska di dalam kamar.
Minten yang masih saja mengendalikan raga Laras, ia berbicara dengan sosok penari yang tak kasat mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUKMA [TAMAT]
Kinh dịSeorang wanita yang peka dan memiliki kemampuan khusus supranatural, masuk ke dalam dunia sukma. Dunia yang tidak bisa di tembus oleh manusia lain secara zahir, tanpa di sadari dirinya sudah menembus pada dimensi dunia ghaib. Banyak orang yang tak...