Ruqyah

41 35 0
                                    

Para warga berbondong-bondong masuk ke dalam kamar, mereka semua sangat kaget ketika melihat kondisi mayat yang sudah sangat mengerikan bentuk wujud rupanya. "Kasihan sekali mayat iki," celetuk salah satu warga. Tiga mayat yang tergeletak di lantai langsung di bawa oleh warga ke rumah sakit untuk di bersihkan luka-luka dan darah yang masih mengalir.

Mayat itu di baringkan ke sebuah tandu yang di bawa oleh beberapa tim forensik, lalu di larikan ke rumah sakit. Ketika sudah di bersihkan luka-lukanya, tiba-tiba saja dua mayat itu berubah menjadi boneka. Semua yang menyaksikan hal itu, termasuk Rara sangat kaget dan tak menyangka dengan kejadian yang membuat mereka geleng-geleng kepala.

Mau tak mau, mayat itu di bawa pulang kembali. Akan tetapi memakai ambulance, dua mayat yang sudah menjadi boneka itu di masukkan ke dalam mobil ambulance lalu di antarkan kembali ke rumahnya semula. Semua para warga, termasuk Rara ikut masuk ke dalam mobil.

Di saat sudah sampai di rumah Ratu, dua mayat itu di keluarkan dari dalam mobil kemudian di bawa ke dalam rumah lalu di letakkan di dalam ruang tamu. Tak hanya itu, Rara menyuruh beberapa warga untuk membawa satu mayat yang masih berada di dalam kamar.

Empat warga menggotong mayat yang sudah tidak berwujud, rupa yang sudah gosong dan tidak berbentuk. Ketika mayat mbok Ajeng di letakkan di area ruang tamu, semua warga yang berada di sana membungkam hidungnya karena tidak kuat akan bau di sekujur tubuh mayat tersebut.

Tanpa berlama-lama Laras menyuruh beberapa warga untuk menggali tiga lubang kuburan di area depan rumah. Delapan orang bergegas keluar lalu mencari cangkul di area rumah itu, dan kebetulan saja di halaman belakang rumah sudah tersedia empat cangkul. Ketika cangkul sudah di temukan, mereka langsung membuat galian tiga lubang untuk menguburkan ke tiga jenazah, setelah itu tiga mayat langsung di bawa oleh beberapa warga lalu di kuburkan ke tempat galian masing-masing tanpa di mandikan dan tanpa memakai kain kafan.

Selesai di kuburkan mereka mendoakan tiga mayat tersebut. Setelah di doakan, para warga bersama Laras langsung beranjak pulang meninggalkan rumah tersebut. Suasana di rumah itu sangat sunyi, kecuali petugas yang membawa mobil ambulance masih melihat rumah itu. Ketika dia masuk ke dalam mobil, dan ingin menyetir. Tiba-tiba saja, terdengar suara yang sangat menyeramkan. Sontak saja, petugas ambulance langsung buru-buru pergi dari rumah itu.

Singkat cerita, Laras dan para warga sudah sampai ke halaman rumah mereka masing-masing. Mereka bertiga duduk diteras halaman depan rumah Laras.

"Sangat lelah," celetuk keluhan Sirna.

Laras menghela nafas seraya menyahut, "Tapi dari itu kita mendapatkan pelajaran juga."

Liska terlihat tampak sedih ketika sesudah melihat orangtuanya berubah menjadi boneka setelah kematian. Laras dan Sirna mengelus pundak Liska, Liska menatap mereka berdua sembari tersenyum.

Laras memberikan pilihan kepada Liska.

"Saiki sampeyan ingin tinggal ning endi? Di omahku atau di omahmu?" tawaran Laras memberikan pilihan sekali lagi kepada Liska.

Liska langsung memberikan jawaban, "Aku ingin tinggal di omahmu wae." Laras merespon, "Yowes ... Ndak apa-apa." Tiba-tiba saja terdengar bisikan dari sosok ular penjaga Laras.

"Aku wes tulungi sampeyan ngalahake musuhmu ... Nanging aku pengen panganan sing daging manungsa lawas," pinta sosok ular yang mendampingi Laras.

Laras bertanya, "Aku ora bisa nyukupi kekarepanmu yen arep mangan daginge manungso ... Kanggo liyane kaya kebo atau daging kidang aku isih bisa."

Sosok ular itu murka, "Yen kowe ora bisa cukupi kekarepanku nyawamu dewe sing dadi ijol-ijolan aku mangan." Laras tampak bingung dan ia tidak tahu lagi dengan pilihan yang ada.

Laras berbicara kepada Sirna.

"Sir, sampeyan duwe kenalan Kyai apa ora? Sing iso ruqyah?" tanya Laras. Sirna balik bertanya, "Ada apa denganmu?"

Laras menghela nafas panjang seraya berbisik, "Sosok ular yang mendampingiku minta makan nyawa manusia dan aku tidak sanggup ... Lebih baik aku di ruqyah saja dan ilmuku ini di hilangkan secepatnya."

Sirna berkata, "Ndak usah di tunda-tunda. Saiki aku akan mengantarkanmu ke sebuah pondok pesantren sing letakne dekat dari omahku soale iki tentang nyawa manungso lan uwes bahaya." Laras setuju dengan tawaran Sirna.

Laras, Sirna, dan Liska langsung beranjak menuju pondok pesantren yang di arahkan oleh Sirna.

Dalam perjalanan Laras mengobrol dengan dua temannya. Kemudian Sirna berkata, "Sudah sampai."

Sirna, Laras, dan Liska bersama-sama masuk ke dalam masjid yang terletak dekat dari pondok. Di sana Sirna menyarankan agar dua temannya ikut masuk ke dalam masjid.

"Assalamualaikum...," ucap salam Sirna, Laras, dan Liska serentak. "Waalaikumussalam," jawabnya.

Sirna yang sudah kenal dengan kyai itu, ia langsung menjelaskan ke datangannya.

"Sampurane, Kyai. Aku karo konco-koncoku teka merene arep jaluk tulung supaya Kyai meruqyah lan ing wektu sing pada nyingkirake ilmu ireng sing di duweni koncoku," ucap penjelasan Sirna maksud dari ke datangannya itu.

Kyai menatap ke arah Laras dengan tatapan serius, Laras yang sedang di tatap seperti itu ia merasa tidak nyaman.

"Sirna? Koyokne koncomu wis perjanjian karo dukun," ucap Kyai. Laras menyahut, "Sampurane, Kyai. Opo iso di putuskan lan di hilangkan perjanjian iku? Saya ndak nyaman koyok iki terus menerus."

Kyai memberikan sebuah usulan, "Aku iso membantu sampeyan untuk memutuskan perjanjianmu dengan dukun iku lalu menghilangkan ilmu ireng sing sampeyan miliki ... Asalke sampeyan benar-benar bertaubat kepada Gusti Pengeran Allah lan ndak mengulangi kesalahan yang sama." Laras menyetujui usulan dari sang Kyai.

Kyai yang bersama beberapa santrinya, meminta tolong kepada santri agar membantu memegang tangan dan kaki Laras. Di saat itulah, awal mula Kyai meruqyah Laras.

Dalam proses ruqyah tubuh Laras di masukki oleh sosok ular. Sosok ular yang memasukki tubuh Laras sangat murka.

"Sopo sampeyan sing di dalam awak bocah iki?" tanya Kyai. Sosok itu menjawab murka, "Iku bukan urusanmu! Berhentilah mengganggu lan ikut campur urusanku karo bocah iki!" Kyai hanya menggeleng-gelengkan kepala sembari mengucap istigfar mengelus dada.

Kyai dengan sosok ular itu saling menjawab dan melontarkan perkataan.

"Opo sing dikarepake?"

"Aku ingin daging manungso sing bakal aku mangan."

"Ojo ngelunjak, Setan!" Kyai langsung membacakan ayat suci alquran lalu di tiupkan ke wajah Laras.

Dalam sekejap Laras merasakan kepanasan dan memberontak hebat.

"Panass ... Tolong, hentikan! Panas."

"Saiki aku menehi loro pilihan! Sampeyan ojo ganggu bocah iki lan aku bakal memisahkan sekaligus memutuskan perjanjianmu karo bocah iki utawa sampeyan karo tukang sihir sing punya sampeyan bakal mati."

Sosok ular itu terus memberontak dan tetap kekeh untuk meminta daging manusia. Kyai langsung menghajar sosok ular itu dengan sapu lidi yang di gebrak pelan ke badan Laras.

Sosok ular itu merintih kesakitan, kemudian Kyai memutuskan perjanjian Laras dengan seorang dukun. Setelah itu, Kyai memusnahkan sosok ular pendamping Laras.

Laras yang masih di rasukki sosok ular itu berteriak kesakitan. Tak ada ampun, Kyai langsung membunuh sosok ular tersebut. Proses ruqyah memakan waktu cukup lama, sampai pada akhirnya Laras pingsan.

Di saat Laras pingsan Kyai menghancurkan ilmu hitam yang di miliki Laras secara gaib. Dengan menggunakan daun bidara herbal, minyak zaitun yang sudah di bacakan ayat suci Alquran.

Sirna berbisik kepada Liska. "Jika nanti Laras di ganggu kembali oleh sosok ular itu aku akan membawanya kepada mbah Sarjan agar memutuskan perjanjian yang telah ia sepakati," bisikan Sirna kepada Liska.

Liska heran dengan ucapan Sirna dan ia melontarkan pertanyaan, "Memangnya perjanjian apa yang dilakukan oleh Laras?" Sirna terdiam dan tidak menjawab pertanyaan Liska.

SUKMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang