Tujuan, Niat, Kesesatan

62 77 1
                                    

Laras berkata, "Rumah Liska sangat banyak sosok tak kasat mata di dalamnya." Sirna penasaran dan ia pun bertanya, "Sosok apa yang kamu lihat ketika di sana?" Laras menjawab, "Tak bisa kusebutkan sekarang." Sirna yang sudah terlanjur penasaran ia memaksa Laras untuk menceritakan semuanya.

"Kasih tahu aku apa yang kau lihat di rumah Liska?" tanya Sirna kembali mendesak.

Laras menyarankan agar berhenti berbicara sebelum sampai rumah. "Berhentilah penasaran! Kita belum sampai rumah ... Nanti saja jika sampai di rumahku aku akan menceritakan semuanya padamu," saran Laras.

Sirna menyetujui saran dari Laras, mereka berdua diam tanpa adanya obrolan di sepanjang perjalanan pulang. Banyak sosok yang memantau mereka berdua dalam perjalanan, akan tetapi Laras berusaha bersikap tenang dan melawan rasa takutnya, agar Sirna tidak pingsan ditengah jalan karena panik.

Sesampainya di rumah Laras, Sirna dipersilakan duduk oleh Laras selaku tuan rumah.

"Silakan duduk," ucap Laras mempersilakan. Sirna duduk di kursi teras rumah bersama Laras.

Sirna kembali melontarkan pertanyaan, "Sekarang kita sudah sampai rumah aku pinta lanjutkan penjelasanmu ketika berada di rumah Liska dan suara apa yang telah kamu dengar?"

Laras menjelaskan, "Aku mendengar suara misterius yang menyuruh kita untuk cepat pergi dari sana bahkan memberikan suara itu melontarkan ancaman kepadaku jika kita tidak cepat-cepat pergi dari rumah itu." Sirna tersontak kaget ketika mengetahui hal itu.

"Benarkah yang kamu dengar seperti itu?" tanya Sirna memastikan. Laras menjawab, "Jika aku berbohong mengapa aku menarik tanganmu dengan sangat kuat? Dan mengajakmu cepat-cepat pergi dari sana? Aku tidak bohong kepadamu."

Sirna terdiam membisu tanpa berbicara sepatah kata, Laras terdiam merenung memikirkan kejadian itu.

"Aku sangat khawatir dengan kondisi, Liska. Semoga saja keadaannya baik-baik saja di sana," celetuk Laras.

Sirna ikut khawatir ketika mendengar ucapan Laras yang berkata demikian kepadanya.

"Sudahlah, Ras. Jangan memikirkan hal buruk yang belum tentu terjadi semoga Liska baik-baik saja," ucap Sirna yang menepis kekhawatirannya dan berpikir positif tentang Liska.

Suasana saat itu menjadi sangat hening,  Laras dan Sirna saling terdiam dan tidak ada obrolan apapun. Tiba-tiba saja terbesit dalam pikiran Laras untuk melakukan puasa weton.

"Apakah aku harus ritual puasa weton dan meminum darah ayam cemani untuk melawan sosok penari yang selalu mendampingi temanku itu? Tapi aku khawatir yang kudapatkan ini menjadi awal sebuah petaka untukku," batinnya bergumam.

Sirna melihat Laras yang sedang melamun tanpa sadar dengan tatapan kosong.

"Ra? Raraa!" tegas Sirna memanggil Laras yang sedang melamun.

Laras sangat kaget sontak saja ia tersadarkan dari lamunannya itu. "Ada apa? Selalu saja membuatku kaget," ketusnya.

Laras sedikit kesal dengan perilaku Sirna yang hampir saja membuat dadanya sesak karena kaget.

Sirna mengejek, "Hehehe ... Daritadi aku perhatikan kamu selalu saja melamun seperti itu."

Laras menatap kesal ke arah Sirna.

"Tidak usah marah-marah aku hanya bercanda saja," ujar Sirna agar Laras tidak marah kepadanya.

Laras mengetahui isi pikiran dan hati yang Sirna rasakan, ia tersenyum menatap Sirna lalu berkata, "Santai saja ... Aku tidak akan marah kepadamu hanya saja aku hampir sesak nafas ketika dirimu membuatku kaget."

Sirna meminta maaf berulangkali kepada Laras. "Aku minta maaf, Ras," ucapnya. Tetapi Laras hanya diam saja tanpa menjawab ucapannya.

Sirna bergumam dalam batinnya, "Semoga saja Laras mau memaafkanku karena aku takut jika ia masih marah kepadaku dan tidak ingin memaafkan diriku." Laras merasakan ungkapan isi hati Sirna, ia langsung tersenyum sekaligus tertawa ketika melihat Sirna.

Sirna merasa keheranan ketika melihat Laras yang sedang menatap dirinya dengan menetertawakannya.

"Kenapa kamu melihatku sembari tertawa seperti itu? Apakah ada yang salah dengan diriku?" tanya Sirna penasaran.

Laras menjawab, "Tidak ada yang salah dari dirimu, aku merasa lucu saja ketika melihatmu sepertinya kamu tampak ketakutan jika aku marah padamu padahal sebenarnya aku tidak marah hanya saja sedang menahan kesal."

Sirna sangat kaget ketika Laras mengetahui yang diucapkan dalam hatinya dan ketakutan yang ia rasakan.

"Bagaimana dirimu bisa mengetahui perasaanku? Padahal aku tidak berbicara apapun kepadamu tentang ini," tanya Sirna yang semakin penasaran.

Laras menjawab, "Sebenarnya aku mengetahui ungkapan isi hati dan pikiranmu tetapi aku lebih memilih diam daripada aku harus mengungkapkan semuanya." Sirna merasa malu dengan Laras.

Laras mengatakan, "Sudahlah, kamu jangan merasa malu seperti itu." Sirna merespon, "Iya, aku biasa saja."

Laras memikirkan keadaan Liska, ia masih saja memikirkan tentang suara misterius yang memberikan ancaman kepadanya ketika ia berada di rumah Liska dan memikirkan tentang mimpinya itu.

"Aku masih kepikiran tentang Liska ... Aku khawatir jika sukmanya tidak kembali masuk ke dalam raganya sehingga dengan hal itu menyebabkan dia meninggal dunia," celetuk Laras.

Sirna yang mendengar ucapan Laras, ia sangat kaget dan semakin khawatir.

"Kenapa kamu berpikir seperti itu? Semoga saja tidak terjadi hal buruk kepadanya," ujar Sirna menepis firasat buruk Laras.

Laras terdiam ia menghela nafas perlahan sekaligus memikirkan cara strategi yang akan ia lakukan untuk menyelamatkan Liska dari jeratan sukmanya yang terjebak oleh sosok penari itu.

Laras bertanya, "Apakah di sini ada seorang guru paranormal yang bisa membantu prosesku?" Sirna terdiam sejenak. "Memangnya ada perlu apa? Dan proses apa yang kamu maksud itu?" tanya balik Sirna.

Laras menjawab, "Proses untuk meningkatkan bakat kemampuan dan kekuatanku dan ini demi kebaikan Liska."

Tak lama kemudian, Sirna teringat dengan seorang paranormal yang sakti mandraguna karena kekuatan gaibnya.

"Di daerah sini ada seorang paranormal tetapi dia sudah sangat sepuh," ungkap Sirna memberitahu.

Laras penasaran dan ingin berguru kepada paranormal itu untuk mengasah kemampuannya lebih dalam lagi sekaligus ingin memiliki ilmu gaib yang lebih dari yang ia punya untuk menolong Liska dari bahaya.

Laras kembali bertanya, "Namanya siapa?" Sirna menjawab, "Mbah Sarjan." Laras meminta tolong kepada Sirna untuk memberitahu alamat tempat tinggal paranormal itu.

"Di mana rumahnya? Jika kamu bisa antarkan aku ke sana," tanya Laras. Ia sangat tidak sabar untuk mengasah kemampuan dirinya agar lebih tinggi energi kemampuannya sekaligus ingin menimba ilmu tentang dunia gaib.

Sirna menjawab sekaligus memberikan tawaran, "Rumahnya sangat dekat dari sini dan terletak dibelakang rumahku kalau kamu ingin ke sana akan aku antarkan sekarang juga." Sirna menawarkan bantuan untuk Laras.

Laras sedikit mengangguk dan berkata, "Baiklah ... Sekarang antarkan aku ke sana." Tiba-tiba saja Ibu datang menghampiri Laras yang sedang bersama Sirna di teras rumah.

"Kamu mau pergi ke mana?" tanya Ibu. Laras beralasan agar niatnya tidak diketahui oleh Ibunya. Ia menjawab, "Aku mau ke rumah Sirna, Buk." Firasat Ibu sangat tidak enak dan merasakan ada sesuatu yang telah Laras sembunyikan darinya.

SUKMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang