Sensitif Dengan Ayat Suci

61 73 1
                                    

Selesai melakukan ritual Laras memakai kain yang menutupi bagian dada sampai kebawa dan ia mengenakannya seorang diri di tempat yang sudah tersedia.

Selanjutnya Laras melaksanakan ritual kembali dengan cara mandi kembang, tubuhnya sudah dibaluti pakai kain. Ketika sudah bersiap-siap melakukan ritual Laras bersama Mbah Sarjan menghampiri Sirna yang sedang duduk menunggu Laras.

Sirna menghampiri Laras kemudian berbisik, "Apakah sudah selesai proses ritual yang kamu lakukan? Atau masih dalam proses ritual lagi? Aku takut sendirian di sini."

Mbah Sarjan mendengar ucapan Sirna yang sedang ketakutan jika ia berada diruangan itu.

Mbah Sarjan langsung memberikan saran, "Kamu tidak usah takut selagi ada saya di sini mereka hanya memperhatikanmu saja tanpa mengganggu."

Sirna yang kurang mempercayai adanya makhluk astral, sedikit lega dengan ucapan mbah Sarjan hanya saja ia merasakan merinding disekujur tubuhnya dan merasa ketakutan jika di tinggal sendiri.

Mbah Sarjan memberikan usulan, "Jika kamu takut sendiri di sini lebih baik kamu ikut menyaksikan ritual temanmu ini." Sirna yang penasaran ia bertanya, "Melakukan ritual apalagi? Belum selesai?" Laras menjawab, "Melakukan mandi kembang yang ke dua kalinya dan ini ritual terakhir yang harus kulakukan." Sirna menyetujui usulan mbah Sarjan, ia berdiri menghampiri Laras.

Sirna, Laras, dan mbah Sarjan berjalan kearea sumur. Sirna menyaksikan ritual yang dilakukan oleh Laras, ia berada disamping mbah Sarjan yang sedang menyirami Laras dengan air yang sudah ditaburi berbagai macam bunga.

Selesai melaksanakan mandi kembang Laras mengajak Sirna untuk menemaninya mengganti pakaian.

"Sirna ... Antarkan aku mengganti pakaian," ajak Laras. Sirna bertanya, "Kamu mau mengganti pakaian di mana?" Laras menjawab, "Sudahlah kamu diam saja dan ikuti aku!" Sirna mengikuti Laras.

Mereka berdua berhenti ditempat khusus untuk mengganti pakaian.

"Kamu mengganti pakaian di sini?" tanya Sirna.

Laras menjawab, "Benar."

"Di sini tempatnya sangat seram ada tengkorak kepala dan balutan kain merah juga," celetuk Sirna.

Laras memberikan teguran untuk Sirna. "Hustt! Jangan bicara sembarangan," tegurnya. Sirna terdiam ketika Laras memberikan teguran kepadanya.

Selesai memakai pakaian, Laras dan Sinta langsung bergegas menghampiri mbah Sarjan yang sudah menunggunya diarea ruang tempat dia bersemedi.

"Sudah selesai?" tanya mbah Sarjan memastikan. Laras menjawab, "Sudah, Mbah."

Mbah Sarjan memberikan sebuah gelang hitam untuk Laras. "Pakai gelang ini," pintanya. Laras mengambil gelang pemberian dari mbah Sarjan.

"Gelang ini untuk apa?" tanya Laras penasaran. Mbah Sarjan hanya mengatakan, "Pakai saja untuk menjaga dirimu dari bahaya." Laras langsung memakai gelang hitam pemberian dari dukun itu.

Kemudian Laras terlihat sangat bingung ia ingin memberi upah dan bayaran untuk mbah Sarjan yang sudah membantunya, akan tetapi Laras tidak memiliki uang yang cukup untuk membayarnya.

Mbah Sarjan mengetahui yang ada pada pikiran Laras. "Saya tidak masalah jika kamu tidak memberikan upah untuk saya ... Tidak usah dibayar juga tidak apa-apa tetapi saya sangat senang jika kamu memberikan saya sebatang rokok saja," pinta mbah Sarjan.

Sirna langsung memberikan setengah uang yang ia bawa untuk membayar mahar kepada mbah Sarjan.

"Kenapa kamu yang membayar uang maharnya?" tanya Laras sedikit kaget.

Sirna menjawab, "Kamu tenang saja ... Tidak apa-apa yang penting kamu sudah selesai melakukan yang terbaik menurutmu untuk membantu Liska dan aku hanya membantumu untuk membayar mahar saja." Laras merasa tidak enak hati kepada Sirna.

Sirna berupaya menenangkan Laras agar dirinya tidak memikirkan apapun tentang bayaran yang dilakukan oleh Sirna.

Laras mengucapkan rasa syukurnya dan tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Sirna.

"Terimakasih atas bantuanmu, Sir.  Kamu benar-benar sangat baik dan mau menolongku," ucap Laras memberikan pujian kepada Sirna.

Sirna tersenyum memandang Laras dan merasa senang membantunya. Kemudian Sirna dan Laras pamit pulang.

Tetapi mbah Sarjan senantiasa mengingatkan ritual selanjutnya yang harus dijalani oleh Laras yakni puasa weton, setelah itu mbah Sarjan mempersilakan Laras dan Sirna pulang.

Dalam perjalanan Sirna penasaran dengan ritual yang dilakukan oleh Laras ketika berada diarea tempat tinggal mbah Sarjan.

"Laras?" panggil Sirna.

Laras menyahut, "Ada apa? Kamu memanggilku?"

Sirna menghela nafas perlahan.  Kemudian ia bertanya, "Kamu melakukan ritual apa saja ketika berada di sana?"

Laras terdiam sejenak. Dalam batinnya ia tidak ingin menceritakan pengalamannya waktu melakukan ritual yang pernah ia lakukan.

Tetapi Sirna terus saja mendesak Laras agar menceritakan kepadanya, Sirna sangat penasaran dengan ritual yang dilakukan oleh Laras bersama mbah Sarjan.

Namun Laras memilih untuk diam dan tidak menjawab pertanyaan Sirna. Ia tidak menggubris dengan desakan yang dilakukan oleh Sirna kepadanya.

Ketika sudah sampai dihalaman depan rumah Sinta, Sinta langsung berhenti dihalaman depan rumahnya.

Kemudian Sinta berkata, "Maaf, Ras.  Hari ini aku ingin di rumah saja dan aku minta maaf jika tidak bisa mengantarkanmu pulang ke rumah."

Laras tersenyum menatap Sirna seraya menjawab, "Tidak apa-apa ... Yasudah kamu istirahat saja sana dan terimakasih juga karena kamu aku bisa mencapai keinginanku."

Sirna sedikit menganggukan kepala dan tersenyum menatap Laras.

Kemudian Laras melanjutkan perjalanannya kembali dan ia bergegas pulang seorang diri.

Ketika Laras sedang berjalan, ia merasakan ada yang mendampinginya.

Sesekali ia menoleh kebelakang, dan alangkah terkejutnya Laras melihat ada sosok ular besar memiliki dua tanduk yang mengikutinya dari belakang.

Laras sedikit ketakutan dan ia bertanya, "Siapa kamu? Ada perlu apa kamu mengikutiku?"

Sosok ular besar itu memberikan jawaban, "Tenanglah! Aku yang akan mendampingimu ke manapun kamu berada."

Laras baru saja teringat dengan ritual yang ia lakukan bersama mbah Sarjan.

Laras bergumam dalam batin, "Apakah sosok ular ini ada kaitannya dengan ritual yang aku lakukan? Sehingga sosok ini mengikutiku dari belakang?" Laras bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Ia berjalan pulang ditemani oleh sosok ular besar dibelakangnya. Sesampainya dirumah Laras merasakan panas di sekujur tubuhnya.

Kemudian ia melihat pada laci yang tersimpan kitab suci alquran yang tersimpan diatas laci tersebut.

Laras sangat ketakutan dan benar-benar kesal ketika melihat kitab suci yang berada diatas laci.

"Duh, siapa yang meletakkan kitab itu di sini!" kesal Laras jengkel hati.

Laras langsung bergegas pergi menjauhi laci yang terdapat kitab suci, Laras merasakan sakit disekujur tubuhnya ketika mendekat dari kitab suci itu.

Secara mendadak kepala Laras merasakan sakit disertai tubuhnya yang tidak enak dirasa. Tiba-tiba saja sosok Minten menghampiri Laras, akan tetapi ia sedikit menjauh dari Laras dan menjaga jarak darinya.

Laras merasa keheranan dengan perubahan sikap Minten kepadanya. "Mengapa kamu menjauh dariku?" tanya Laras. Minten menjawab dengan tegas, "Aku tidak ingin mendekati seseorang yang bekerjasama dan berguru dengan dukun!"

"Aku terpaksa melakukan ini hanya untuk menyelamatkan nyawa Liska! Jika temanku sudah selamat dari jeratan setan itu aku akan melepaskan ilmu ini dan mendatangi dukun itu agar membantuku melepaskannya," ungkap Laras yang sedang menahan rasa sedihnya.

SUKMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang