Laras menikmati sahur sebelum melakukan puasa, ia menyantap makanan seorang diri diruang tamu. Tiba-tiba saja datang sosok Minten menemuinya.
"Laras...," panggil Minten yang berada dibelakangnya. Laras menoleh kebelakang dan ia melihat Minten berdiri dibelakangnya.
"Kamu dari kapan datang ke sini?" tanya Laras. Minten menghampiri Laras yang sedang makan lalu menjawab, "Aku baru saja datang ke sini untuk menemuimu." Laras berkata, "Aku sedang sahur sebelum melakukan puasa weton."
Minten sedikit curiga dengan Laras. "Untuk apa kamu melakukan puasa weton?" tanyanya. Laras menjawab, "Aku melakukan ini semua karena terpaksa untuk menyelamatkan nyawa temanku dan kamu tahu sendiri kemarin aku sudah pernah bilang kepadamu."
Minten memandangi Laras dengan raut wajah khawatir. Laras terheran dengan tatapan Minten kepadanya. "Kenapa kamu melihatku seperti itu?" tanya Laras penasaran. Minten merespon, "Tidak! Aku hanya sedikit khawatir tentang dirimu."
Laras dibuat penasaran dengan ucapan Minten mengenai dirinya. "Mengapa khawatir? Ataukah kamu melihat masa depan yang akan terjadi padaku?" tanya Laras kembali disertai rasa penasaran.
Minten terdiam membisu tanpa memberikan jawaban kepada Laras. "Jelaskan padaku tentang ini, Minten! Jangan membuat diriku khawatir!" desak Laras semakin penasaran.
Minten merespon, "Kamu mengetahui tentang hal itu! Aku akan menjawab pertanyaanmu yang mendesakku berkali-kali. Laras mengatakan, "Kalau begitu ... Silakan kamu memberikan penjelasan kepadaku."
Minten menjelaskan, "Dengan paksaan darimu aku akan menjelaskan hari ini ... Aku melihat dirimu akan menyelamatkan Liska dari jeratan hantu itu akan tetapi semua itu belum berakhir! Kamu akan melawan orang terdekatnya dengan pertarungan gaib." Laras sontak kaget dengan penjelasan yang dilontarkan oleh Minten.
"Benarkah seperti itu penglihatanmu tentangku?" tanya Laras memastikan. Minten menjawab, "Iya!" Laras menghentikan santapan sahurnya dan ia memikirkan perkataan yang dikatakan oleh Minten tentang dirinya.
Minten melihat Laras yang tiba-tiba saja merenung tanpa sebab.
"Kenapa kamu berhenti makan? Katanya niatmu ingin melakukan puasa weton?" Minten penasaran dengan Laras ketika tidak melanjutkan santapan sahurnya.
Minten kembali bertanya, "Kamu memikirkan apa?" Laras menjawab, "Aku tidak memikirkan apapun."
Laras tidak kuasa melanjutkan santapan sahur, terpaksa ia lanjutkan kembali menyantap makanan agar keinginannya bisa terwujud sekaligus kemampuannya terasah dengan baik terhindar dari segala konsekuensi dari ilmu yang ia miliki.
"Akan aku habiskan makanan sahurku ini sebelum waktunya tiba berpuasa," batin Laras bergumam.
Laras hanya menikmati makan sahur ditemani oleh Minten, kemudian ia menengguk air putih tiga kali.
Selesai makan sahur Laras langsung melaksanakan puasa weton pada saat itu juga.
Laras merapihkan piring bekas makan dan ia mencucinya sampai bersih, Laras langsung mengambil handuk dengan tangan kanannya.
Kemudian ia bergegas ke dapur menaruh piring dan gelas yang baru saja ia cuci ke rak tempat piring, setelah itu Laras langsung bergegas jalan kearea sumur untuk mandi.
Selama lima belas menit Laras selesai mandi lalu ia berjalan menuju kamarnya. Ketika ia sudah sampai dikamar, Laras mengambil pakaian di dalam lemari.
Laras memakai pakaian yang sudah ia ambil. Saat sudah rapih Laras duduk sejenak disela-sela pinggir kasur.
Kasur milik Laras sangat pendek tanpa memiliki ranjang.
Laras merasa sangat bosan saat dirinya tidak melakukan kegiatan apapun, tiba-tiba saja terbesit dalam pikirannya untuk melakukan meditasi seorang diri.
"Sangat jenuh diriku di sini ... Huftt! Lebih baik aku melakukan meditasi saja," gumamnya.
Laras mencoba duduk rileks dengan melipatkan ke dua kakinya ke depan sehingga menyatukan antara betis kaki kanan serta betis kaki kiri yakni duduk bersila.
Ke dua tangannya ia luruskan dan menyentuh paha ke duanya. Jari jempol dan telunjuk ia satukan sedangkan ke tiga jarinya ia biarkan.
Laras sangat rileks. Ia memejamkan ke dua matanya lalu menghela nafas perlahan yang cukup dalam. Rara fokus meditasi seorang diri di dalam kamarnya.
Seperti biasanya sukma Laras tiba-tiba saja keluar sendiri dari raganya, sukma Laras berjalan-jalan melihat keadaan lingkungan rumahnya.
Laras mengeluarkan sukmanya hanya untuk memantau keadaan sekitar.
Saat itu Laras melakukan teleportasi gaib dengan cara masuk ke dalam sebuah lubangan cahaya putih yang sudah muncul dihadapannya, kemudian dalam hitungan detik ia sudah berada dihalaman depan rumah Liska.
Laras sontak kaget dan dirinya heran.
"Setiap aku melakukan raga sukma dan menemukan lubang cahaya putih kenapa aku diantarkan ke rumah Liska kembali? Ada apa ini?" batinnya bergumam bertanya-tanya.Laras menelusuri rumah Liska dan bergegas masuk ke dalamnya. Dalam keadaan melayang Laras berhasil masuk menembus pintu dan tembok sehingga sangat mudah baginya untuk melihat keadaan Liska.
Seperti biasanya Laras berjalan ke arah kamar Liska untuk mengetahui kondisi terbaru temannya saat itu.
Laras melihat sosok penari yang senantiasa mendampingi Liska diranjang tempat tidurnya.
"Lho! Kenapa masih ada saja sosok itu di sini? Bukankah kemarin dia sudah pergi dari sini?" celetuk sukma Laras tanpa berpikir panjang.
Sosok Dewi yang melihat kehadiran Laras datang ke kamar Liska, sosok itu memandang Laras dengan tatapan tajam ke arahnya.
"Ada apalagi kau datang ke sini? Sudahi rasa penasaranmu itu! Belum puaskah peringatan dan ancaman yang kuberikan padamu kemarin?" ucap sosok penari itu dengan kasar.
Sukma Laras tertawa mengejek sosok Dewi yang sedang memarahi dirinya.
"Apakah dirimu tidak puas dengan kemarin? Bukankah kau yang seharusnya pergi dari sini? Kenapa kau datang kembali menemani temanku?" tanya Laras sedikit kesal.
"Bukan urusanmu! Pergilah dari sini dan jangan ikut campur tentang urusanku!" gertaknya.
Tak henti sampai di situ Laras melontarkan pertanyaan, "Siapa yang menyuruh dirimu untuk menjaga dia dan datang kembali ke sini?"
Sosok penari yang bernama Dewi itu memberikan jawaban, "Bukan urusanmu! Berhentilah menanyakan hal itu!"
Laras mengendalikan sukmanya kembali dan memasukkannya ke dalam raga. Ia melakukan perjalanan teleportasi gaib.
Selama sepuluh menit bermeditasi, Laras sudah merasakan lega dalam hatinya dan pikirannya.
Sesekali ia menarik nafas panjang. "Sangat lega pikiranku ... Sudah tidak merasakan pusing seperti tadi," gumamnya.
Selesai meditasi Laras duduk santai sejenak dalam kamarnya. Ia melihat ke seluruh arah ruangan kamar.
Laras merasakan kurang nyaman dengan kehadiran sosok makhluk astral didalam kamar yang menjatuhkan barang-barang disekitarnya.
"Siapa kalian? Tunjukkan dirimu dan jangan menggangguku!" gertakan Laras terdengar sangat tegas.
"Lantang sekali ucapanmu itu!" Suara misterius yang tidak dikenal dengan nada murka.
"Jangan berisik! Aku tidak mengganggu kalian!" tegur Laras.
Laras mencoba memakai ilmu tenaga dalam, seketika energi dari makhluk astral itu terbuka sehingga Laras bisa melihat bentuk rupa asli dari suara misterius itu dengan jelas.
Laras melihat banyak makhluk astral dari berbagai macam rupa yang sangat menyeramkan, akan tetapi Laras merasa biasa saja tanpa adanya rasa takut yang di dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUKMA [TAMAT]
HorrorSeorang wanita yang peka dan memiliki kemampuan khusus supranatural, masuk ke dalam dunia sukma. Dunia yang tidak bisa di tembus oleh manusia lain secara zahir, tanpa di sadari dirinya sudah menembus pada dimensi dunia ghaib. Banyak orang yang tak...