Merasa Terganggu

130 148 11
                                    

Laras masih penasaran dengan sosok penari yang berada di dalam kamar menemani Liska. Dalam hati kecil Laras, ia khawatir tentang keadaan Liska. Kekhawatirannya sama seperti yang dirasakan oleh Sirna.

Sirna menatap wajah Laras, ia tampak heran. "Ada apa denganmu? Seperti tampak khawatir?" tanya Sirna penasaran. Laras menyahut, "Tidak." Sirna memandang wajah Laras, dan Laras pun menatap Sirna sembari menghela nafas.

"Hufft"

Laras memiliki firasat buruk tentang Liska dan semakin kuat firasat yang telah ia rasakan.

Kemudian Laras bertanya kepada Sirna.  "Apakah kamu sudah mengenali seluruh keluarga Liska?" tanya Laras penasaran.

Sirna menjawab, "Aku hanya mengenali beberapa dari keluarganya saja ... Selebihnya aku tidak tahu."

Laras terdiam dan menghela nafas perlahan, tiba-tiba saja tanpa ia duga Laras merasakan jiwanya keluar dari raga. Ia melihat sosok kakek berjubah putih di sampingnya.

Laras penasaran lalu bertanya, "Permisi, kakek berasal dari mana?" Sosok kakek berjubah putih memberikan jawaban dengan nada yang tegas, "Kamu tidak perlu tahu siapa diri saya ... Saya bertugas untuk melindungimu dari marabahaya."

Sontak saja Laras terkejut dengan jawaban dari sosok kakek yang berada di sampingnya, Laras terdiam dan menatap sosok kakek tersebut.

Dalam sekejap, sukmanya masuk kembali ke dalam raga. Laras langsung menoleh ke kanan yang ternyata tidak ada siapapun, akan tetapi ia merasakan hawa yang sangat dingin.

Setelah itu tatapan Laras beralih kepada suatu pohon yang ada di halaman depan rumahnya. Rara melihat sosok perempuan yang bergelantungan di atas pohon dengan payudara yang sangat panjang, mempunyai gigi taring dan kukunya yang amat panjang, serta memiliki rambut gimbal yang berantakan.

Sosok perempuan yang ia lihat begitu menyeramkan dengan wajah yang rusak berlumuran darah, bahkan seringkali menyeringat menatap Laras.

Laras menatap tajam ke arah sosok perempuan yang bergelantungan di atas pohon, waktu siang hari. Laras memberitahu Sirna seraya berkata, "Sirna, coba deh kamu lihat ke atas pohon. Ada sosok perempuan tidak?" Sirna langsung menatap ke atas pohon yang telah di tunjuk oleh Laras.

Sirna menjawab, "Aku tidak melihat apapun yang kulihat hanya ranting dan batang pohon saja." Laras menjawab, "Aku melihat sosok perempuan yang memiliki bentuk wujud menyeramkan." Mendengar jawaban Laras, Sirna tampak ketakutan dan ia menatap kembali ke atas pohon.

Dalam keadaan takut, Sirna ingin mengetahui wujud sosok perempuan itu kepada Laras. "Bagaimana bentuk rupa dan ciri-ciri sosok yang kamu lihat?" tanya Sirna yang penasaran. "Kalau aku beritahu ciri-ciri bentuk rupanya nanti kamu terbayang-bayang sampai dirimu takut untuk ke mana-mana," ujar Laras.

"Ihh ... Sudah beritahu saja padaku jangan membuat aku penasaran," desak Sirna. Ia terus saja mendesak Laras untuk memberitahunya.

Terpaksa Laras memberitahu ciri-ciri sosok itu dan menjelaskan, "Ciri-cirinya memiliki payudara panjang sampai ke bawah menyentuh tanah dan postur tubuhnya kurus dan tinggi." Sirna kembali bertanya, "Sedang apa sosok itu sekarang?" Laras terdiam sejenak.

Kemudian Laras mengatakan, "Posisi sosok perempuan itu sedang bergelantungan diatas dahan pohon dengan rambutnya yang masih gimbal memanjang." Seketika Sirna merasakan bangun bulu di sekujur tubuhnya.

Sirna berkata, "Jangan membuatku takut ... Sosok perempuan yang kamu maksud kemungkinan merupakan wewe gombel yang menculik bayi dan balita." Laras menghela nafas kembali.

"Huuuffffttt" dengan Laras sedikit jengkel kepada Sirna. "Sudah kubilang hilangkan sekarang penasaranmu itu jika kamu takut jangan memaksa ingin tahu," kesalnya menasihati Sirna.

Sirna yang tidak ada kapok-kapoknya ia kembali bertanya, "Tapi apakah sosok itu melihat kita?"

Laras menjawab, "Sosok itu melihat kita berdua ... Lebih baik kita pergi saja dari sini dan masuk ke dalam rumahku." Sirna menyetujui ajakan Laras.

Laras dan Sirna langsung bergegas masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu, kemudian Laras mengeluarkan sukmanya kembali dari raganya. Ia melihat sosok kakek yang mengikutinya dari belakang.

"Nyuwun pangapunten sakderengipun, saged ngusir sosok wanita ingkang nggandhol ing wit ing ngajeng griya? sosok wanita iku ndadekake aku ora kepenak."

Laras meminta tolong kepada sosok kakek tersebut. Tanpa berlama-lama, sosok kakek menghilang dari hadapannya. Sedangkan raga Laras sadar jika dirinya sedang mengobrol bersama Sirna dengan tatapan yang sedikit kosong.

Sirna melihat pandangan Laras sedikit kosong lalu ia yang penasaran langsung bertanya, "Tatapanmu tiba-tiba kosong seperti itu? Kamu kenapa?" Laras dengan santai menjawab, "Aku tidak apa-apa ... Aku hanya ada pikiran yang membuat awakku mumet seperti ini." Sirna sedikit tak percaya, akan tetapi ia masih memaklumi Laras.

Kemudian sukma Laras kembali masuk ke dalam raganya, dan tatapan Laras sudah tidak kosong kembali. Laras yang sudah berusia dua puluh tahun bisa mengendalikan sukmanya sendiri ketika keluar dari raganya.

Tiba-tiba Laras celetuk, "Semoga saja berhasil." Sontak saja Sirna kaget dan membuat dirinya penasaran kembali dengan perkataan Laras.

"Maksudmu berhasil kenapa?" tanya Sirna. Laras dengan tenang menjawab, "Nanti juga kamu akan tahu sendiri." Sirna terus saja mendesak Laras agar memberitahukan kepadanya tentang perkataan yang telah terlontarkan oleh Laras.

Laras langsung berdalih, "Tidak ... Udah tak usah dibahas lagi." Sirna masih kurang puas dengan jawaban Laras. Ia masih saja mencoba membujuk Laras agar memberitahunya.

"Ras, tolong beritahu padaku tentang perkataanmu itu," pinta Sirna. Laras bertanya, "Perkataanku yang mana?" Sirna menjelaskan, "Perkataanmu yang tadi pembahasan tentang berhasil ... Aku tidak tahu maksudmu apa yang akan berhasil?" Sirna menanyakan perihal itu kepada Laras.

Laras menceritakan dan menjelaskan, "Kamu tidak perlu tahu ... Ini semua demi kebaikan kita agar tidak diganggu oleh sosok yang berada dipohon depan rumahku itu." Sirna terdiam membisu dan tidak menanyakan perihal itu kembali.

"Lebih baik kamu diam saja tidak usah penasaran segala macam ... Aku tahu kamu orangnya penakut jika aku menceritakan semuanya," saran Laras kepada Sirna.

Sirna menjawab, "Tapi kan-" Laras memotong pembicaraan Sirna dan berkata, "Sttt, tidak ada tapi-tapi. Lebih baik kamu diam saja dan jangan membuatku kesal padamu." Semenjak itu Sirna tidak bertanya-tanya lagi tentang rasa penasarannya dengan makhluk gaib.

Sirna lebih memilih diam daripada ia kena marah Laras. "Lebih baik aku diam saja," batinnya bergumam. Laras yang merasakan getaran batin diucapkan oleh Sirna, ia langsung menatap Sirna.

Sirna mengalihkan sedikit pandangannya karena ia merasa malu dan segan, dipandang oleh Laras. "Kamu kenapa menatapku dengan tajam seperti itu? Apakah ada yang salah dengan diriku?" tanya Sirna memastikannya. Laras tersenyum tipis dan merespon, "Tidak ada yang salah aku hanya merasakan ucapan hatimu." Sirna merasa segan dengan Laras dan ia takut jika Laras marah kepada dirinya.

SUKMA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang