TYPO BERTEBARAN
tiga hari berlalu setelah kejadian kecelakaan kemarin dulu, setelah kejadian itu dua orang yang masih berjuang untuk hidup sekarang terbaring koma. Ayla perempuan kuat, dirinya berjuang untuk anaknya, anaknya harus sehat. Ayla mendapatkan luka yang cukup serius karena benturan keras dikepalanya dan bokongnya.
setelah Ayla melakukan oprasi cesar kemarin, Ayla koma selama dua hari tak sadarkan diri. sedangkan anaknya harus tidur di sebuah kotak khusus inkubator, keluarga itu masih berjuang dalam mimpi mereka. anak mereka dinyatakan sangat-sangat lemah sekarang, bahkan ditubuh bayi kecil itu sudah banyak alat terpasang.
diruangan serba putih dan selang di hidungnya. perlahan matanya terbuka perlahan, yang pertama dilihat adalah atap putih dan seorang perempuan duduk di sampingnya yang sedang melantungkan ayat suci Al-Quran.
"Nak? kamu sudah sadar? Alhamdulillah YaAllah" ucap Umi Hani sambil mengusap kening anaknya, mencium pucuk dahi Izam dengan lembut. air matanya tak berhenti mengalir, Umi Hani bahagia sekaligus takut akan respon Izam tentang istrinya."Umi? Ayla" ucap Izam dengan suara pelanya, pikirannya kini Dipunuhi oleh Istri dan anaknya.
"Ayla baik-baik aja kan?" tanya Izam memegang lengan Umi Hani, sedangkan Umi Hani bungkam dan pandangannya berhenti disatu titik. mulutnya keluh mengatakan sesuatu.
"Umi? jawab Izam Umi" suara Izam sedikit meninggi. pikiran Izam sudah tidak karuan, pikiran buruk menginap di otak Izam. Izam sungguh khawatir dengan keadaan Ayla dan Anaknya.
"Nak, kamu tenang dulu" ucap Umi Hani, air matanya membendung di kelopak mata Umi Hani. Umi Hani tidak kuat melihat kekhawatiran Izam dengan anak dan istrinya.
"Izam cuman mau tau keadaan istri dan anak Izam Umi" Izam mengeluarkan tangisan kepedihannya.
"ini semua salah Izam Umi... kalau saja Izam waktu itu hati-hati ini semua gak bakalan terjadi" Izam menutup matanya dengan kedua tangannya. mungkin jika sampai terjadi sesuatu dengan keluarga kecilnya, Izam akan sulit memanfaatkan dirinya sendiri.
"ini salah Izam" lirih Izam disertai dengan tangisnya.
"tidak Nak, jangan salahkan diri kamu sendiri. ini semua sudah kehendak Allah, Allah sekarang menguji keluarga kita nak" ucap Umi Hani mengusap air mata putranya, hati Umi Hani terasa tercabut mendegar tangisan putranya. ini pertama kalinya Izam menangis seperti ini di hadapannya.
"Umi, bawa Izam keruangan Ayla Umi. Izam mau lihat Ayla" Izam dengan sekuat tenaganya untuk duduk.
"Nak, biarkan dirimu pulih terlebih dahulu" bujuk Umi Hani, bagaimana mungkin Izam mengunjungi istrinya sedang dirinya saja sedang tidak baik-baik saja.
"Ayla membutuhkan Izam Umi, Izam mau lihat anak dan istri Izam" paksa Izam kepada Umi nya.
tiba-tiba pintu ruangan terbuka memperlihatkan Abi Asim dan Abang Ariz.
"Izam" panggil Ariz menghampiri tempat tidur Izam. tatapan sendu Izam sekarang menyatat hati seorang kaka dan Ayah, tatapan yang dulu sesekali menebarkan senyum kesemua orang sekarang berubah menjadi tatapan sendu dan basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta halal (END)
Teen Fiction𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐚𝐢 𝐣𝐚𝐧𝐧𝐚𝐡 "𝓬𝓲𝓷𝓽𝓪 𝓴𝓲𝓽𝓪 𝓪𝓴𝓪𝓷 𝓪𝓴𝓾 𝓫𝓪𝔀𝓪 𝓼𝓪𝓶𝓹𝓪𝓲 𝓙𝓪𝓷𝓷𝓪𝓱 𝓐𝓵𝓵𝓪𝓱" "𝓐𝓴𝓾 𝓽𝓲𝓭𝓪𝓴 𝓫𝓮𝓻𝓳𝓪𝓷𝓳𝓲 𝓾𝓷𝓽𝓾𝓴 𝓼𝓮𝓵𝓪𝓵𝓾 𝓪𝓭𝓪 𝓶𝓮𝓷𝓭𝓪𝓶𝓹𝓲𝓷𝓰𝓲𝓶𝓾 𝓽𝓪𝓹𝓲 𝓪𝓴𝓾 𝓫𝓮𝓻𝓳𝓪𝓷𝓳𝓲...