Bab 10

5.4K 152 0
                                    

Akhirnya hari Sabtu lagi. Raka berangkat pagi di hari itu setelah sekian lama ia lebih memilih telat atau membolos. Dan ini ia lakukan semata-mata karena adiknya. Zefa mengancam ingin berangkat sendiri jika Raka tidak mau berangkat pagi. Zefa itu sangat ceroboh, adiknya itu sangat sering lupa jalan dan nyasar jika naik kendaraan sendiri. Jadilah Raka ikut berangkat pagi dengan Zefa walau jamnya masih mepet-mepet terlambat.

Zefa menautkan jarinya karena tidak ada seorang pun yang ia kenal ikut keterampilan yang sama dengannya. Ia takut kejadian yang lalu kembali terjadi. Lebih baik dihukum tapi ada temannya, daripada dihukum sendirian, itulah yang selalu Zefa terapkan di kehidupan sehari-harinya. Makanya ia sangat membutuhkan teman, walau cuma sebatas kenal saja.

Mata Zefa berbinar kala melihat sosok familiar yang baru saja masuk ke kelas ketrampilan. "Tapi kan Kak Sean kakak kelas. Dia juga nggak mungkin mau kenal sama gue di kelas," ujar Zefa murung.

"Hai Zef. Nggak masuk?" Zefa menoleh karena merasa ada yang mengajaknya berbicara.

"Reza? Lo ikut multi juga?" tanya Zefa terkejut.

Reza mengangguk, "Pertemuan pertama, gue nggak masuk gara-gara ada acara di rumah," ucap Reza yang seolah paham Zefa ingin menanyakan apa.

"Yuk masuk," ajak Reza. Ia sudah mengangkat tangannya untuk merangkul Zefa, tapi teringat kejadian masa lalu membuatnya mengurungkan hal itu.

Kegiatan di kelas ketrampilan itu tidak semengerikan yang Zefa pikirkan. Ternyata kakak kelas memiliki kelas mereka sendiri, sedangkan yang mengajar tetaplah guru pembimbing yang menurut Zefa cukup menyenangkan. Zefa juga bisa dengan mudah berbaur dengan teman-teman barunya. Karena kebanyakan dari mereka sudah mengenal Zefa. Tentunya itu dari kepopuleran Raka dan Sean, walau Zefa belum bisa mengingat nama mereka semua.

Guru pembimbing baru saja keluar setelah jam istirahat. Tapi banyak anak yang memilih tetap di kelas karena waktu istirahatnya yang hanya sedikit. Mereka memilih berdiskusi tentang tugas yang baru saja diberikan.

"Gimana pembagian kelompoknya? Milih sendiri atau nanti minta Bu Riska yang milihin?" tanya Zaguar dengan suara keras karena bangkunya ada di belakang sendiri.

"Milih sendiri aja kenapa sih? Kagak punya temen lo?" sungut siswi yang duduk tepat di depannya. Tipe manusia yang ke mana-mana dengan circle-nya.

"Bukannya kagak punya temen. maksud gue ya biar kita bisa lebih kenal gitu," sambung Zaguar.

"Reza, itu bukannya tugas buat dua minggu lagi ya? Kan kita baru aja diajarin buatnya. Gue juga belum terlalu bisa," tanya Zefa yang bingung dengan apa yang teman-temannya bicarakan.

Reza terkekeh mendengar kepolosan Zefa. "Kan dua minggu lagi itu batas akhir pengumpulan Zef," ujar Reza mengingatkan.

Zefa menepuk kepalanya sendiri lupa, "Terus gue gimana dong?" tanya Zefa cemas. Karena ia merasa hanya dirinya sendiri yang tidak tahu apa-apa dengan materi yang Bu Riska jelaskan, tapi teman-temannya seperti sudah ahli melakukannya. Seingatnya juga minggu kemarin tidak ada guru pembimbing yang mengajar, mereka hanya ditemani kakak-kakak kelas.

Daripada pusing mendengar pembicaraan teman-teman barunya, Zefa memilih mengambil ponselnya dan membuka salah satu aplikasi di sana. Zefa memelankan volume ponselnya ketika video singkat itu di mulai.

"Gimana kalau kita juga minta bantuan kakak kelas, mereka pasti lebih tahu daripada kita kan?"

"Iya juga sih? Tapi siapa? Kak Indah juga kayaknya sulit banget diajak komunikasi,"

"Eh Zef. Lo kan kenal sama Kak Sean, gimana kalau minta bantuan sama dia?" tanya Sandra yang membuat hampir semua anak-anak di kelas menatap cewek yang masih sibuk dengan ponselnya itu.

Beetle Knight and PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang