Bab 38

3.5K 107 7
                                    

"Tuan, aden Sean datang."

Wisnu yang tengah membereskan dokumen di ruang kerjanya langsung berhenti setelah mendengar kabar dari bibi tentang kedatangan putranya. Sesuai tebakannya, Sean akan mendatanginya dan menyetujui permintaannya. Ia yakin, pasti sebentar lagi hubungannya dengan putranya itu akan kembali seperti sedia kala. Pemikiran kolot seorang Wisnu Argatama.

Suara langkah kaki masuk, Bibi langsung keluar dari sana. Wisnu menatap putranya yang semakin mendekat. Namun bukannya kata-kata persetujuan seperti yang ia harapkan, tiba-tiba sebuah pukulan melayang dengan sempurna di sisi kiri kepalanya.

"Aden!" Bibi berteriak histeris melihat majikannya yang kini dipukuli dengan membabi buta oleh putra kandungnya sendiri.

Merasa tidak ingin diganggu, Sean langsung mendorong Bibi keluar dan mengunci pintu dari dalam.

"SEANNO! APA-APAAN KAMU?!"

Wisnu hendak berdiri, namun Sean sudah lebih dulu menindih tubuhnya dan memukulinya dengan membabi-buta.

"SE—AN!"

Sean benar-benar menulikan telinganya. Dengan perasaan penuh dendam ia pukuli pria itu tanpa memikirkan hubungan keduanya. Bahkan ia merasa pukulannya ini tidak sebanding dengan apa yang sudah pria itu lakukan.

Pintu didobrak dari luar. Dua pria yang merupakan karyawan Wisnu menarik Sean dengan kuat.

"Pak Wisnu!"

Tubuh Sean didorong dengan kasar hingga menubruk laci di belakangnya.

"Anda siapa?! Berani-beraninya memukuli bos saya!" tanya salah seorang pria yang memiliki badan besar dan berotot.

"Bapak masih sadar?" Seorang lainnya dan Bibi menghampiri Wisnu.

Sean menatap datar pria yang kini menarik kerah bajunya kasar. "Kamu sama sekali tidak punya sopan-santun ya?"

Pria itu sudah akan memukul Sean, namun terhenti karena interupsi Wisnu.

"Jangan pukul dia! Dia a—nak saya," ujar Wisnu terbata sembari berusaha duduk dengan dibantu oleh Bibi dan pegawainya.

"Hah? Anak Bapak?" Pria itu segera melepaskan cengkeramannya dan reflek meminta maaf pada Sean.

"Kalian keluar!"

Dengan bantuan bibi Wisnu berusaha berdiri, memegang meja sebagai sanggahan tubuhnya yang kini terasa lemas.

"Tapi Pak—"

"Keluar!"

Bibi dan kedua pegawai itu akhirnya keluar dari ruang kerja. Sean tersenyum miring sembari berjalan santai mendekati Wisnu. Entahlah, bahkan melihat Wisnu seperti ini tetap tidak bisa menggugah perasaan ibanya kepada sosok yang katanya adalah ayah kandungnya.

"Kamu—"

"Apa masih belum cukup anda menghancurkan kehidupan saya?" sela Sean dengan wajahnya yang kembali datar tanpa ekspresi.

"Apa maksud kamu? Ayah nggak ngerti," Wisnu benar-benar berusaha mengontrol emosinya. Bisa saja ia membalas perlakuan Sean kepadanya, namun untuk kali ini ia akan menahannya. Tamparannya ketika di apartemen Sean waktu itu masih menimbulkan rasa bersalah di lubuk hatinya. Ia takut putranya akan benar-benar jauh darinya, karena di dunia ini hanya Sean yang ia miliki.

Sean mendesis, "Jangan pura-pura tidak tahu seperti orang bodoh!"

"Ayah tidak tahu apa—"

"Bajingan!"

Tangan Sean mengambang tepat di depan wajah Wisnu. Sean menghembuskan napas pendek, sudut kanan bibirnya reflek tertarik kala melihat ekspresi ketakutan pria itu.

Beetle Knight and PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang