Bab 31

3.4K 111 3
                                    

Hari terakhir ujian adalah hari yang cukup melegakan untuk sebagian anak. Karena biasanya guru akan menempatkan mata pelajaran yang cukup mudah di hari terakhir. Seolah sengaja agar anak-anak tidak terlalu stres mungkin.

Sudah tiga tahun SMA Penta menjalankan sistem ujian secara online. Sistemnya memang online, namun sebenarnya ini jauh lebih ketat daripada ujian menggunakan kertas. Sebab anak-anak akan menyalurkan laptop yang digunakan untuk ujian menggunakan WiFi sekolahan yang sudah menyeting secara otomatis laptop agar tidak bisa keluar dari web ujian. Belum lagi dua kamera CCTV yang dipasang di dalam ruangan sebagai pengawas tambahan. Sangat ketat memang, namun ini juga sebagai bentuk apresiasi pada anak yang benar-benar belajar sungguh-sungguh.

Zefa dengan santai mengklik tombol selesai pada laptopnya sembari menunggu pengawas memastikan dirinya benar-benar menyelesaikan ujian. Membawa laptop ke depan dan memasukkan ke dalam tasnya yang diletakkan di depan bersama tas anak-anak lain.

Zefa menghela napas lega setelah keluar dari ruangan yang ia tempati selama kurang lebih 10 hari. Selama 10 hari itu juga ia tidak bisa jauh-jauh dari buku. Tekadnya untuk mendapatkan nilai bagus di semester pertama ini benar-benar ingin ia wujudkan.

"Gampang banget elah soalnya. Gue aja cuma buka buku bentar tadi pagi," ucap Niken menghampiri Zefa. Cewek itu juga baru keluar dari ruangan.

Zefa cemberut mendengar nada mengentengkan dari Niken, "Diem gak lo. Liat nih mata gue sampai kayak panda!" sahut Zefa tidak bisa santai.

Niken tidak bisa menahan tawanya ketika melihat Zefa yang memang seperti mayat hidup beberapa hari ini. Ia benar-benar tidak menyangka efek ancaman dikeluarkan dari tempat les akan sehebat ini. Ya, walau sebenarnya karena Sean juga sih. Tapi ini sebuah peningkatan yang pesat kala mengingat Zefa sering mendapatkan nilai dengan tinta merah ketika mengerjakan ulangan harian. Semoga hasilnya juga sesuai harapan.

"Ayo Ken! Gue kangen sama ayang!" ucap Zefa tidak sabaran. Karena selain ancaman dari Mama, ini juga karena Sean melarangnya untuk menemui cowok itu selama hari-hari ujian.

"Gue selalu ganggu fokus lo belajar. Sampai selesai ujian, kita jangan ketemu dulu,"

Bahkan cowok itu juga tidak mengajar di tempat les.

Dengan pasrah Niken mengikuti Zefa yang menarik lengannya menuju gedung sebelah, tempat Sean ujian.

"Gue harap Kak Sean responsnya kek lo,"

"Hah?"

"Hah heh hah heh. Korek kuping dulu sono," jawab Niken sarkas ketika melihat Zefa yang tersenyum seperti orang gila, jangan lupakan juga wajah pucat dengan kulit kering dan mata pandanya yang semakin mendukung pemikirannya.

Zefa hanya nyengir menanggapinya. Ia sangat merindukan Sean setelah sepuluh hari ini. Tidak ada ketemuan, tidak ada chat, tidak ada telepon. Bahkan cowok itu sengaja memblokir sosial medianya agar ia tidak stalking.

Pengawas ruangan baru saja keluar, namun murid-murid masih lengkap di dalam. Itu pasti pengawas yang mengharuskan satu ruangan selesai semua agar bisa keluar kelas. Zefa pernah mengalaminya sekali, dan karena salah seorang kakak kelasnya yang konon katanya rangking pertama satu angkatan ia harus pulang setengah jam lebih lambat karena permintaan penambahan waktu. Agak mengherankan memang, karena pengawas menuruti saja saat kakak kelasnya itu meminta tambahan waktu, padahal sudah waktunya selesai ujian. Tapi ya gitu, akhirnya semua siswa di kelas harus terpaksa menunggu sampai dia selesai.

Zefa menahan tangan Niken menunggu di luar kelas. Mereka mengintip dari samping pintu yang terbuka.

"Sandra bukan sih?"

Beetle Knight and PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang