Bab 43

3.2K 106 1
                                    

...Happy Reading...
🦋🪲🦋🪲

"Terus aku berangkat sama siapa kalau Abang--"

"Ojek?" sela Raka setelah menghabiskan susunya.

Zefa mengepalkan tangannya, "Sebenarnya tujuan tuh cewek pindah sekolah apa sih? Sengaja mau nyusahin abang apa gimana?" tanya Zefa tidak habis pikir setelah Raka mengatakan akan berangkat ke sekolah bersama Ayla.

"Nyusahin?" suara Raka mengambang sebelum kembali melanjutkan kalimatnya, "Bukannya itu lo?"

Zefa tersentak, "Zefa ada salah apa sih sama Abang?" tanya Zefa setelah sekian lama memendam perasaan sedihnya karena ucapan kasar dan perubahan sikap Raka.

Raka memutar bola mata lalu berdecak malas. Ia mengabaikan pertanyaan Zefa setelah berdiri dan mengambil tasnya.

"Mending lo pesan dari sekarang daripada telat," ucap Raka mengingatkan sebelum benar-benar pergi meninggalkan Zefa.

Zefa mengeratkan cengkeramannya pada mug berisi susu cokelat. Ia memejamkan matanya cukup lama untuk menghalau air mata yang sudah menggenang di pelupuknya. Setelah beberapa saat, Zefa menarik napas dan menghembuskannya kasar sebelum berdiri menarik tasnya.

"BIBI ZEFA BERANGKAT!" pamit Zefa berteriak pada Bibi yang sedang mencuci baju di belakang.

.
.
.

Kesialan memang tidak mengenal waktu dan situasi. Suara ban meletus yang cukup keras membuat tukang ojek itu langsung menghentikan motornya.

"Ya Allah padahal baru seminggu ditambal," keluh tukang ojek itu miris setelah melihat ban motor bagian belakang yang kempes dan merata dengan aspal.

Melihat wajah kesusahan pria yang ia pikir lebih tua daripada Ayahnya itu membuat Zefa jadi tidak kuasa merengek atau pun marah. Zefa mengeluarkan dompetnya.

"Ini Pak. Bapak cari tambal ban dulu ya," ujar Zefa sembari menyodorkan selembar uang 50 ribu dan selembar uang 20 ribu-an kepada Bapak tukang ojek.

"Ya Allah ini kebanyakan mbak. Ini salah saya mbak, saya minta maaf. Mbaknya jadi telat gara-gara saya." kaget pria itu.

Zefa menggeleng cepat.

"Udah, Bapak nggak usah khawatirin saya. Saya pergi dulu ya? Terima kasih." ucap Zefa yang langsung berlari menjauh karena tidak ingin Bapak itu kembali meminta maaf padanya.

Zefa tak henti-hentinya melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul tujuh lebih dua puluh menit. Sudah tidak diragukan lagi, dirinya pasti telat.

Zefa menghentikan langkah dengan napas tersengal. Gadis itu mengedarkan pandangan, namun tidak menemukan satu pun kendaraan yang lewat. Rasanya ia ingin menangis saja sekarang.

Dari arah tikungan sebuah motor yang tadinya melaju kencang Zefa rasa memelankan kecepatan saat akan melewatinya. Zefa yang menunduk segera mengangkat kepala untuk melihat siapa yang berhenti.

"Hai cantik,"

Setengah wajah Deon mulai terlihat setelah kaca helmnya naik ke atas. Zefa reflek berdecak lalu berbalik. Ia melangkahkan kakinya meninggalkan Deon membuat cowok itu terkekeh. Deon kembali menyalakan motornya dan mengikuti Zefa dengan laju pelan.

"Btw ini hampir jam delapan sih. Palingan nanti dihukum sama panggilan orang tua," Deon berucap menggoda.

Entah mengapa semakin sering bertemu Deon membuat Zefa mulai kehilangan rasa takutnya kepada cowok berwajah sangar itu. Ditambah dengan fakta jika Deon adalah kakak tiri Naufal, sahabatnya. Ia berpikir jika cowok itu pasti tidak akan berani semena-mena kepada teman adiknya, pemikiran dangkal dari seorang Zefanya.

Beetle Knight and PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang