16

4.7K 152 1
                                    

Hiduplah seperti matematika yang tidak disukai banyak orang, namun faktanya banyak dibutuhkan.

Seanno Argatama🪲

🐰 🐰 🐰 🐰

Sesuai tebakan, Raka pasti tidak akan bisa tenang melihat kondisi adik kesayangannya sekarang.

"Perlu gue samperin ke rumahnya, apa perlu gue bawain pistol Om Andre sekalian? Gue tembak ibu-ibu yang udah ganggu lo?" tanya Raka dengan suara serius membuat teman-temannya bergidik ngeri mendengar itu.

"Abang apaan sih? Nggak usah aneh-aneh," omel Zefa. Sekarang ia jadi menyesal menceritakan kejadian tadi pada Raka. Padahal ia sudah berniat tutup mulut seolah tahu reaksi ini yang akan Raka tunjukkan. Tapi kakaknya itu tetap memaksanya untuk bercerita, bahkan sampai mengancam nama 'Sean' juga. Sebenarnya bukan ancaman yang aneh-aneh sih, Raka hanya akan meminta Sean untuk menjauhinya bahkan menyuruhnya segera mencari pacar. Dan Zefa yang lemah pun hanya bisa pasrah dan menuruti permintaan kakaknya.

Zefa diputuskan untuk rawat inap oleh Raka, padahal Zefa sudah menolaknya karena tidak ingin merepotkan keluarganya yang harus bolak-balik rumah sakit untuk merawatnya. Setelah teman-teman Raka pergi Mama dan Papa bergantian menemani Zefa, lalu setelah pulang sekolah Raka akan menggantikannya sampai malam, Niken juga biasanya datang dengan Raka. Lalu saat Zefa sudah tidur ia sendirian di kamar pasien, Mama juga menemani. Terkadang teman-teman Raka datang, kecuali Sean yang entah hilang ke mana setelah mengantarkannya ke rumah sakit waktu itu.

"Abang nggak bosen apa? Sana pergi main sama temen-temen lo," ujar Zefa menatap kakaknya yang diam duduk di samping brankar sembari menatapnya.

Raka berdecak, "Waktu gue sakit juga lo nemenin gue terus, sampai kepala sekolah datengin sambil ngancam lo nggak lulus kalau nggak sekolah," ujar Raka mengingat masa-masa kelam mereka dulu.

Zefa mencibir. Lagipula situasinya berbeda, kondisi Raka benar-benar parah waktu itu, bahkan ia sempat takut kehilangan kakaknya jika ia tinggalkan sebentar saja.

"Ngapain tiba-tiba ngomongin temen-temen gue? Lo kangen?" tanya Raka curiga.

Pipi Zefa langsung memerah. "Apaansih, nggak usah cari perkara,"

Zefa memejamkan matanya menghindari tatapan abangnya. Ya, dia merindukan Sean. Sangat merindukannya. Apa memang dirinya yang terlalu berharap? Dengan bodohnya ia bisa langsung percaya diri jika Sean juga memiliki perasaan yang sama dengan dirinya. Kenapa mencintai seseorang yang tidak mencintai kita itu sesakit ini?

.

.

.

"Akhirnya lo masuk juga Zef!" ujar Naufal yang menyambut baik kedatangan Zefa. Begitu juga teman-temannya yang lain.

"Lo ngapain sih Ken? Gue bisa sendiri kali," ucap Zefa karena sedari tadi Niken memegang lengannya.

"Ssst, lo diem aja sih," Niken tidak peduli dan terus memapah Zefa yang ingin pergi ke kamar mandi. Zefa terus mencibir selama perjalanan. Ia benar-benar malu ketika banyak orang menatapnya. Tapi Niken tetap kekeh melakukannya karena katanya ini adalah perintah Raka, padahal ia sudah bisa berjalan normal lagi. Memang, kakaknya itu selalu berlebihan jika menyangkut tentang dirinya.

Zefa menghentikan langkah ketika matanya tidak sengaja melihat sosok yang tidak muncul di depan matanya beberapa hari ini. jantungnya sudah berdebar, padahal posisi mereka cukup jauh. ck, padahal ia sudah memutuskan move on ketika Sean sama sekali tidak menjenguknya di rumah sakit, namun akhirnya malah seperti ini lagi.
.

Beetle Knight and PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang