Bab 22

4.2K 135 0
                                    

Sudah lebih dari satu bulan Zefa pacaran dengan Sean. Zefa sudah mulai terbiasa dengan sikap Sean yang memang terkadang tidak bisa ia mengerti karena cowok itu terlalu pendiam. Zefa juga tidak banyak menuntut Sean untuk melakukan hal romantis seperti yang biasa dilakukan cowok di drama yang ia tonton. Ia hanya berharap hubungannya dengan cowok itu bisa baik-baik saja seperti sekarang.

Hanya teman-teman Sean, Niken, dan Abian saja yang tahu mengenai hubungan mereka. Mungkin karena dirinya juga tidak terlalu banyak berinteraksi dengan Sean di sekolah. Entahlah, ia pun tidak tahu. Dan menurutnya hubungan seperti ini saja sudah cukup menyenangkan untuknya.

Sabtu ini Zefa tengah menonton tv bersama Raka karena kegiatan keterampilan dan ekskul diliburkan, ada rapat besar di sekolahan. Zefa melirik Raka yang tengah bermain game setelah selesai mencuci motornya. Baju Raka juga basah di beberapa tempat karena cowok itu tidak sempat berganti pakaian.

"Abang nggak mau keluar?" tanya Zefa setelah melihat Raka selesai bermain game.

"Gak. Males," jawab Raka.

Tiba-tiba saja sebuah ide muncul di kepala Zefa. Zefa mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Setelah mendapatkan balasan yang ia inginkan Zefa pergi ke kamar untuk bersiap.

"Mau ke mana lo?" tanya Raka saat melihat adiknya yang terlihat terburu-buru menuruni tangga.

"Jalan-jalan!" ujar Zefa berteriak sembari berlari keluar rumah.

Membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk Zefa akhirnya sampai di depan rumah mewah yang benar-benar besar itu. Zefa turun dari motor ojek sembari membayar ongkosnya.

Zefa terpana melihat rumah yang sepertinya dua atau tiga kali lebih besar daripada rumah milik orang tuanya itu. Zefa melihat ponselnya, memastikan jika ia tidak salah alamat. Setelah memastikannya benar, ia masuk lewat gerbang yang terbuka. Yang lagi-lagi membuatnya takjub melihat betapa luasnya halaman rumah dengan berbagai jenis tanaman yang membuatnya terlihat lebih indah dan asri.

Zefa menghentikan langkah sembari memukul kepalanya, "Ntar kalau orang tuanya yang keluar gimana?" tanya Zefa pada dirinya sendiri. Ia menatap penampilannya. Merutuk setelah sadar jika seharusnya ia memakai pakaian yang terlihat lebih dewasa dan kasual.

"Moga aja nggak didepak," lirihnya sembari melanjutkan langkah. Toh sudah sampai juga.

Dengan ragu ia memencet bel beberapa kali. Tak lama kemudian pintu terbuka, menampilkan seorang wanita cantik yang sekali lagi membuat Zefa terdiam.

"Iya, cari siapa?" tanya wanita itu. Sepertinya berusia lebih muda dari Mamanya, juga penampilannya yang terlihat elegan menambahkan kesan lain yang membuatnya terlihat lebih muda dan cantik.

"Maaf?"

Zefa gelagapan dan reflek mencium tangan wanita itu, "Anu Tante. S-saya cari Kak Sean. Kak Seannya ada?"

Wanita itu mengubah ekspresinya, memperhatikan Zefa dari atas sampai bawah. Sementara Zefa yang diperhatikan seperti itu tidak bisa mengatur debaran hebat di jantungnya. Ia takut,

"Kamu pacar Sean?"

.
.
.

Sean masih memejamkan mata, setelah akhrinya ketiduran di tempatnya bekerja, ia memilih untuk melanjutkan tidurnya di sana. Ditambah dengan hari libur membuatnya jadi lebih santai untuk mengisi energinya hari ini.

Gio yang sudah bangun dari tadi menatap Sean miris. Kehidupan yang selama ini selalu dianggap sempurna oleh orang lain itu nyatanya tidak sesuai dengan kenyataan. Otak pintar, hidup mewah, dan bergelimang harta. Siapa yang tidak menginginkan hidup seperti itu?

Beetle Knight and PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang