Bab 36

3.3K 118 1
                                    


Sudah lima menit berlalu sejak Zefa tiba, hingga sekarang Zefa masih menatap pintu tertutup di depannya tanpa berniat untuk mengetuknya. Hatinya terlalu cemas dengan apa pun yang akan terjadi jika ia melihat orang yang berada di kamar itu.

Pikiran Zefa semakin berkecamuk tidak tenang. Rasanya ia ingin pulang saja sekarang. Namun ia tahu, dirinya tidak akan bisa tenang sebelum memastikan dengan siapa Sean berada di kamar hotel itu.

"Apa Kak Gio ya?" pikir Zefa menenangkan diri, sedari tadi ia hanya menerka-nerka agar pikirannya tidak semakin kacau. Membuat jawaban sendiri di kepalanya tanpa ingin memikirkan suatu hal yang paling buruk, yang mungkin akan membuat dirinya tidak karuan nantinya.

Dengan mata terpejam Zefa akhirnya memberanikan diri mengetuk pintu itu beberapa kali sebelum menjauhkan tangannya yang bergetar samar.

Tak berselang lama pintu terbuka. Keterkejutan nampak dari mata cowok yang membukakan pintu saat melihat Zefa berdiri di hadapannya sekarang.

"Hai kak," sapa Zefa dengan menunjukkan senyuman manis yang biasa ia tampilkan. Ingat, ia harus tetap tenang.

"Zefa—lo ngapain di sini?"

Zefa sadar, Sean tidak menyukai kedatangannya, terlihat dari alisnya yang menukik tajam dan pertanyaan yang baru saja cowok itu layangkan. Belum sempat Zefa memberi jawaban, tiba-tiba suara lirih terdengar di tengah keheningan itu.

"Sean, siapa?"

Deg!

Suara wanita. Tanpa meminta izin Zefa masuk begitu saja melewati Sean yang bahkan sudah akan menahan dirinya masuk.

"Zefa!"

Debaran lainnya langsung muncul setelah melihat sosok familier yang berada di dalam kamar. Tidak! Dirinya bahkan tidak memikirkan hal ini sedari tadi.

Zefa masih menatap pemandangan yang berhasil membuat sebagian jiwanya runtuh sesaat dengan tubuhnya yang mendadak lemas kala melihat Ayla duduk di pinggir ranjang dengan selimut yang menutupi tubuhnya.

"Zefa," Ayla terkejut melihat Zefa. Ia pikir tadi petugas resepsionis yang mengetuk pintu.

Zefa langsung menepis tangan Sean yang memegang bahunya. Ia menoleh, menatap Sean dengan tatapan tidak percaya. Pelupuk matanya sudah menggenang, sebentar lagi air matanya pasti turun. Dan tentu saja Zefa tidak akan membiarkan mereka melihat lemahnya dirinya sekarang.

Tanpa berpamitan Zefa langsung berbalik, menabrak sisi tubuh Sean dengan keras, dan berlari keluar dari kamar itu.

Sean mengepalkan tangannya, menatap kekasihnya yang pergi dengan perasaan hancur. Ia ingin mengejar, namun Ayla lebih membutuhkannya sekarang.

"Sean, lo kejar Zefa aja." ucap Ayla menatap Sean sendu.

Sean menatap Ayla sekilas, lalu mengangguk. Sean segera berlari keluar meninggalkan Ayla yang semakin mengeratkan cengkeramannya pada ujung selimut yang masih menutupi tubuhnya.

Sesampainya di bawah Sean mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Zefa. Matanya berkeliling untuk menemukan gadis yang baru saja ia sakiti secara tidak langsung itu.

Sementara Zefa sekarang sudah berjongkok di parkiran luar dan menangis dengan kepala yang menelungkup di atas tangan. Hatinya sakit. Ini pertama kalinya ia merasakan jatuh cinta. Tidak ada yang memberitahunya jika jatuh cinta akan terasa sesakit ini. Padahal biasanya ia bisa menahan rasa sedihnya karena cowok itu, namun malam ini rasanya ia sudah tidak bisa lagi. Hatinya terlalu sakit.

Bukan cuma hatinya, bahkan tubuhnya juga terasa lemah sekarang. Ia rasa dirinya belum bisa berdiri karena kakinya yang lemas. Ia masih belum berniat pergi, namun tangisannya langsung berhenti sesaat setelah suara lirih menginterupsinya dari belakang.

Beetle Knight and PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang