Bab 15

4.9K 155 2
                                    

Karena tidak ada guru pembina akhirnya anak-anak kelas sepuluh berkumpul di dalam kelas baru multimedia yang kebetulan kosong. Tidak semua, karena kebanyakan memilih keluar untuk berjalan-jalan atau melihat ekskul lain yang mungkin sedang latihan. Hanya Zefa, Reza, Sandra, Zidan, dan Lora saja yang bermain. Mereka duduk melingkar di atas karpet hijau dengan sebuah botol kaca panjang di tengah-tengah yang tengah berputar.

"Ah, kok gue sih," pekik Sandra karena ujung botol menunjuk ke arahnya.

"Yeay. Kena juga lo," ucap Lora yang sudah bersemangat.

"Truth or dare!" tanya Zefa.

Sandra berdecak sembari berpikir. "Truth aja deh,"

"Ah, kagak seru lo," cibir Lora.

"Ayo ambil mbak model kita," ujar Zidan menggoda sembari memberikan kotak berisikan kartu truth yang sudah mereka beli di depan sekolahan sebelumnya.

Sandra mengambil satu kartu di dalamnya, dan memberikannya kepada Reza. Reza tersenyum penuh arti setelah membaca isi kartu itu.

"Ih Reza, isinya apa?" tanya Zefa kepo.

"Siapa orang yang kamu sukai diam-diam?" Zefa dan Lora bersorak sembari menatap ke arah Sandra.

"Harus jujur lo San," goda Zidan.

Pipi Sandra bersemu mendengarnya, "Ih apaan sih? Ganti pertanyaannya!" ujar Sandra galak.

"Ya nggak boleh dong. Ayo apa jawabannya!" Lora mendesak.

"Iya tuh. Nggak boleh curang dong San," Zefa menimpali.

Reza mendengkus, "Kalau kelamaan ganti dare aja gimana? Setuju?"

"Setuju!" teriak Lora dan Zefa bersama.

Sandra berdecak kesal. "Anno,"

"Ha? Anno?" tanya Lora dan Zefa bersama lagi. Mereka saling tatap lalu tertawa karena hal kecil ini.

"Udah kan. Itu nama cowok yang gue suka. Puas?!" ujar Sandra.

Berbeda dengan Lora dan Zefa yang mendebatkan siapa Anno itu, Zidan dan Reza malah saling menatap dengan pemikiran sama. Reza berdehem kecil lalu mengembalikan kartunya ke kotaknya kembali. "Ayo selanjutnya,"

Memang tidak ada yang normal dari berbagai tantangan dan pertanyaan itu. Lora yang disuruh cari semut jantan lah, Reza yang harus minta nomor kakak kelas cewek lah, dan Zidan yang harus mencium salah satu kaus kaki di antara mereka.

"Ayok Jidan, cium kaus kaki gue," Zefa dengan bangga melepaskan kaus kakinya karena Zidan memilih kaus kakinya untuk menyelesaikan tantangannya.

"Anjir lo Zef. Beneran udah lo cuci kan?" tanya Zidan ragu melihat kaus kaki pendek dengan motif burung hantu itu.

"Beneran Zidan..." Zidan mencium kaus kaki itu cepat membuat yang lainnya tertawa keras, "minggu lalu cucinya," lanjut Zefa dengan tidak berdosanya. Zidan reflek melemparkan kaus kaki itu disaat yang lain sibuk menertawakan nasib sialnya ini.

"Ih kaus kaki gue!" Zefa berlari mengambil kaus kakinya yang terlempar ke ambang pintu. Cewek itu terdiam ketika melihat Raya berada di luar kelas.

"Kak Raya?" Zefa reflek menoleh ke belakang. Zidan dan yang lainnya segera menyimpan kotak-kotak kartu truth or dare itu, tapi sayangnya Raya sudah melihatnya terlebih dahulu.

"Gak papa kali kalau mau main. Gue boleh ikut nggak?" ujar Raya yang seolah paham jika adik-adik kelasnya itu takut dimarahi olehnya.

"Eh. Boleh dong kak, boleh banget malah,"

Beetle Knight and PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang