Bab 49

3.3K 102 4
                                    

Jangan lupa vote and coment nya untuk bab ini...

Aku seneng banget baca komen kalian...seriussss

Sampai pengen nangis tau gaaa😭😭 (don't call me pickme frenn🫶🫶🫠)

Mood buat ngetik aku semakin besar pas baca komen kaliannnn

Okelah, intinya jangan lupa vote and komen yawww🫶🫶🫶

Selamat membaca...

🪲🦋🪲🦋

"Rasanya pengen mati!" teriak Ayla dalam kesunyian di dalam kamarnya. Napasnya tersengal berat ketika akhirnya tubuhnya ambruk di atas lantai. Gadis itu menunduk dengan tatapan kosong, sementara air matanya terus turun membasahi pipinya sampai ke leher.

Kesunyian melanda setelahnya. Bahkan sangking sunyinya hanya terdengar suara denting jam di atas nakas yang memenuhi ruangan.

"Ayla, saya tahu kamu tidak memiliki orang tua untuk menanggung biaya hidup kamu, tapi bukan seperti ini caranya."

Ayla semakin menundukkan kepalanya yang terasa akan pecah saking peningnya.

"Ayla. Kamu dengar saya kan?"

Ayla mengangguk pelan sebelum mendongak menatap guru BK yang merupakan guru ketiga yang menginterogasinya setelah kepala sekolah dan wali kelas. Mereka sudah keluar karena terlalu marah dirinya tidak memberikan jawaban apapun.

"Bu, saya benar-benar terpaksa melakukan ini."

Dapat Ayla lihat Bu Nina yang menghela napas lega setelah mendengar jawabannya.

"Ayla, kamu bisa ceritakan ke ibu semuanya. Ibu tidak akan membicarakannya dengan siapa pun,"

Tidak. Ayla tahu jika orang itu pasti berbohong. Semuanya akan menyebar secepat kilatan cahaya setelah ia menceritakan kejadian sebenarnya. Dan bukannya rasa simpati, hanya cacian yang semakin besar jika ia mengatakan semuanya. Membuat dirinya kembali diam tanpa memberikan jawaban apa pun lagi. Surat skors akhirnya ia dapatkan sebelum keluar dari ruangan dingin yang terasa menyesakkan itu.

Gagang pintu yang ditarik ke bawah tidak membuat gadis itu mengalihkan pandangannya, diikuti dengan suara langkah kaki samar yang semakin dekat.

"Om, saya capek."

Ayla tidak bergerak sedikit pun, hanya matanya yang perlahan menatap ke atas kaki jenjang di depannya. Sampai akhirnya mata sayu itu memecahkan kembali tangisannya dengan pilu.

Sean terdiam sejenak melihat kondisi Ayla sebelum akhirnya menarik lengan Ayla agar berdiri dari dinginnya lantai. Hal itu membuat air mata yang turun semakin deras. Ayla mencengkeram erat kaos hitam yang Sean kenakan sebagai pijakan.

Setelah mendudukkan Ayla di atas ranjang, Sean berlutut di bawah. Tangannya masih menggenggam tangan Ayla yang semakin dingin dengan matanya yang tidak beralih dari wajah Ayla yang semakin basah karena air mata.

"Sean," Sean bergumam sembari mengusap tangan Ayla.

"Gue capek,"

🦋🪲🦋🪲

"Puas Lo sekarang?!"

Zefa tersentak dari kursi belajar setelah pintu kamarnya terbuka, menampilkan Raka yang tampak sangat marah berjalan mendekatinya. Zefa reflek berdiri dengan tangan yang tanpa sadar gemetar samar.

"Lihat!" Raka melemparkan ponselnya ke atas meja belajar Zefa, membuat Zefa mau tidak mau melihat layar ponsel Raka yang menampilkan sebuah surat. Ia tidak membaca seluruh isinya, tetapi ia tahu intinya. Itu surat skorsing yang dimaksudkan kepada Ayla.

Beetle Knight and PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang