Malam semakin menjelang, sedangkan Duke Muda dan dua kesatria muda masih saja memacu kuda menyusuri hutan. Kuda mereka berlari kencang seakan tengah berlomba.
Seekor merpati putih muncul dan mengepakan sayapnya dengan cepat seraya terbang mundur agar tidak tertabrak. Menyadari itu, Lyle yang berada terdepan segera menarik tali kekang hingga kedua kaki depan kuda terangkat serta meringik.
Merpati tersebut hinggap ke bahu, dia meraihnya dan mengambil kertas tergulung di kaki. Seiring dengan membaca kertas tersebut, kelopak mata lelaki itu melebar. "Kita harus cepat ke kediaman Florentine!"
Setelah perjalanan melelahkan yang hanya mengisi tenaga dengan roti dari kios pedesaan, serta kepala hampir pecah memikirkan Sophia hilang, sebuah surat yang bahkan bukan ditunjukan untuk dirinya—melainkan pelayan yang ditugaskan merawat Sophia di manor D'Lupus, cukup membuat ia sedikit lega.
Tidak ia sangka, Marquess Florentine yang sama sekali belum diketahuinya itu, menugaskan kesatria menjemput Sophia malam hari. Yang pastinya akan melewati jalan pintas ini. Ia harap, sang istri menempuh jalan dengan aman.
"Tuan Muda, belok kanan."
"Tuan Muda, lewat jalan ini."
"Masih jauh?!" Lyle yang mengikuti arah demi arah jalan yang ditunjukan kesatria kembar, sudah tidak bersabar untuk menemukan Sophia.
"Kita akan segera sampai!"
Di ujung, dapat terlihat rumah manor bewarna coklat keemasan. Diberi tahu bahwa itu kediaman Florentine, Lyle berhenti di depan gerbang dan lekas melompat dari kuda. Belum sempat berjalan, matanya yang mengarah ke atas tersebut sudah terlebih dahulu menangkap sosok pria muda di balkon.
****
Pria di hadapannya masih terlihat muda, namun siapa sangka, ternyata dialah ayah Sophia. Menurut Lyle, Marquess itu lebih cocok disebut sebagai kakaknya Sophia. Wajah itu tidak terlihat ramah ataupun marah, ekspresi Marquess begitu datar.
"Di mana istriku?"
Tidak mendapat jawaban serta pria itu telihat tidak ingin menjawab, Lyle lantas bangkit dari sofa berniat mencari sendiri keberadaan Sophia. "Di mana kamar Sophia?" tanya Lyle pada seorang pelayan.
Pelayan itu melotot dan terlonjak, spontan mengusap dada seakan sedang menenangkan jantungnya yang berdetak kencang. Dia membungkuk. "Sebelah kiri, Tuan Muda," jawabnya dengan suara dan tubuh gemetaran.
Bagaimana tidak terkejut? Saat santai akan kembali untuk istirahat, pelayan itu dihadirkan sosok pemuda yang teramat terkenal. Bukan terkenal karena ketampanan, kegagahan, atau posisinya sebagai Putra Grand Duke D'Lupus, melainkan karena tanda kutukan yang disebut bisa membunuh tanpa sadar. Terlebih beredar kabar bahwa Duke Muda kejam dan tidak punya hati saat menghukum orang.
"Lebih baik Anda kembali!" tegur pria di belakang. Suaranya tegas dan tidak ramah, namun lebih dominan dengan nada seorang ayah yang marah ketika putrinya diambil. "Putri saya baru saja tidur!" kata pria itu.
Merasa tidak percaya, Lyle yang hendak naik tangga itu menoleh ke samping guna memeriksa. Di balik jendela kaca sana, seorang gadis mematung dekat ayunan. Marquess berhenti berbicara, sedangkan tungkai Lyle melangkah lebar menuju pintu keluar. Tidak bisa dibohongi, ia tahu di mana keberadaan istrinya selain kamar.
"Ikut saya."
Sophia menarik pergelangannya begitu saja, membawa masuk ke dalam tanpa mengatakan apa pun. Gadis itu menarik Lyle hingga ke ruang elegan yang dihiasi mawar putih di meja. Sophia menarik kursi dan menududukan Lyle, tidak lama kemudian, pelayan membawa panggang kalkun serta dua gelas cantik berbeda warna.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Duke's Moon
FantasyAlur lambat⚠️ Demigoddess-Wizard Correy Lyle, Duke Muda D'Lupus yang terkutuk kegelapan. Pernikahan paksa yang diputuskan Grand Duke pada dirinya saat masih belia, membuat ia kabur dari pernikahan. Tiga tahun berlalu, dan ia kembali dari medan peran...