41. daughter-in-law

556 83 1
                                    

Sophia sengaja duduk di bingkai jendela kamar, melihat bintang. Tidak ada senyum, tidak ada binar mata, wajah itu kosong seperti biasa.

Sesekali ia akan melihat buku yang terbuka dalam genggaman, lalu menatap bintang lagi. "Bintang cantik, tapi lebih cantik lagi kalau ada bulan," ucapnya seakan mengajak bintang-bintang berbincang.

"Tadi siang surat Ayah datang. Katanya, Ayah dan Lyle akan ke sini." Sophia mengarahkan tangan ke udara, jari telunjuk dan ibu jarinya membentuk bulat, seperti teropong. "Lyle suka bintang, ya?"

"Kalian seperti kunang-kunang. Kecil dan bercahaya," gumamnya, menarik tangan kembali.

Hempasan angin kecil meniup kulit wajahnya, saat itu juga merpati putih datang membawa gulungan kertas di kaki. Sore tadi Sophia menitipkan surat untuk Achille, dan sekarang surat balasan datang. Ia heran pada Achille yang tidak membalas suratnya selama tiga hari, padahal lelaki itu selalu membalas tepat waktu.

Namun begitu surat balasan datang, Sophia sangat terkejut karna katanya adiknya sempat hilang. Dan sampai sekarang ia masih menanyakan kronologi tersebut.

Adikku selalu menjerit setiap malam. Aku tidak tahu apa saja yang sudah dia lihat di hutan. Apalagi dia sampai bermalan sendirian. Adikku masih sangat kecil, Sophia, aku sangat kasihan padanya. Apa yang harus aku lakukan sekarang?

Achille.

Sophia ingin bertemu dengan adiknya. Mungkin esok pagi ia akan mengutarakan keinginannya lewat surat. Namun, bagaimana caranya? Sophia tidak bisa keluar, lalu adik itu tidak mungkin melompat lewat pagar, kan? 'Tak apa, aku akan tetap mengatakannya.'

Menyandarkan kepala ke bingkai jendela, mata Sophia perlahan meredup. Ia tanpa sadar tidur. Menit ke menit berlalu, kepala yang bersandar itu bergerak halus hingga lepas dari sandaran.

Ia membuka mata merasa kaget. Ditapakannya kaki ke lantai, Sophia pun menutup jendela. Meski angin malam takan mempengaruhi tubuhnya, ia tetap harus menutup jendela agar tetap aman.

Meletakan buku dan surat ke atas nakas, Sophia berbaring menarik selimut sampai leher. Esok, dia tidak akan tidur sendiri lagi. Tubuh Lyle yang hangat menjadi hal yang ia sukai untuk dipeluk.

Mengingat tentang Lyle---ah, ia sempat kalang kabut. Bilangnya mandi bersama di kamar mandi sebelahnya, namun begitu Sophia keluar dari kamar mandinya, Lyle sendiri sudah hilang begitu saja. Anak itu, dia seperti kabur dari genggaman Sophia.

***

Lyle belum pernah pergi ke march lewat jalan pemukiman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lyle belum pernah pergi ke march lewat jalan pemukiman. Meskipun menjelang siang, pintu penduduk masih tertutup. Tidak ada anak kecil yang seharusnya berkeliaran. "Kenapa seperti ini? Bukankah ini kondisi yang terbalik dengan duchy?"

Alphonsus melirikan mata keluar jendela, melihat apa yang sedang putranya lihat. Hanya ada batang pohon yang menjulang, tanaman merumpun, dan rumah tertutup. "Seperti yang kau ketahui. Mereka takut keluar setelah melihat mayat hidup."

The Cursed Duke's MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang