13. capital 3 : beauty

1.5K 201 7
                                    

Sophia, dia tidur lagi di atas kuda. Entah karena tubuh Lyle yang nyaman, atau dia mengantuk. Perempuan itu bersandar seolah sedang tidur di kasur. Sebisa mungkin, Lyle menurunkan istrinya dari kuda tanpa membuatnya bangun.

Disambut oleh para pelayan yang bertugas di mansion, ia memasuki mansion D'Lupus. Secara hati-hati lelaki tersebut meletakan gadis kesayangannya ke ranjang. Jubah yang masih menutupi tubuh Sophia, ia buka perlahan setelah menolak pelayan-pelayan yang mengajukan diri untuk membantu. Ia mengangkat kepala Sophia dan menarik tudung ke belakang.

Begitu rambut perak itu keluar dari kurungannya, hati para pelayan seketika ribut. Satu sama lain saling lirik seolah ingin membicarakan warna rambut itu sekarang juga. Yang mereka ketahui, rambut itu merupakan ciri khas kerajaan Berly yang kabarnya sudah tiada.

Melihat sang tuan muda menoleh, mereka segera menunduk dalam dengan rasa gugup dan takut. Itu menyeramkan, wajah tuan muda tersebut seolah kotor oleh darah. Padahal saat ini, lelaki tersebut hanya memasang raut biasa-biasa saja tanpa emosi.

"Beritahu pada semua pelayan ataupun pekerja untuk tidak membicarakan apa pun tentang Sophia, kalian bisa menganggap tidak pernah melihatnya. Jika melanggar, kalian pasti tahu akibatnya. Juga, jangan ceritakan pada siapa pun termasuk keluarga kalian," perintahnya santai, namun mereka seakan ditimpa tekanan berat.

Tidak berani mengangkat wajah, hanya pengurus mansion saja yang berani maju selangkah guna menerima jubah tersebut. Meskipun belum pernah masuk ke penjara D'Lupus, mereka tahu betul seburuk apa tempat dan siksaan di penjara D'Lupus. Sehingga biasanya akan memohon untuk dibunuh saja.

Lyle berbalik mendekati istrinya di ranjang, dan memberi perintah lagi saat para pelayan hendak pergi. "Siapkan cairan dalam botol. Aromanya seperti mawar. Aku tidak tahu apa itu, intinya aroma yang harum mawar untuk istriku mandi."

Kali ini, mereka mengerutkan bibir guna menahan tawa mendengar tuan mudanya yang mencoba perhatian namun tidak tahu sesuatu yang sedang disampaikan.

Lyle berbaring di belakang istrinya yang tidur menyamping, dan dengan penun damba ia menghirupi aroma rambut Sophia. Manisnya apel sudah sirna seiring berjalannya usia, digantikan mawar yang menenangkan. "Mawar biruku," monolognya. Ia terus menemaninya, hingga beberapa waktu pun berlalu.

****

"... ia."

"... phia."

"Sophia."

Sayup-sayup suara lembut seorang lelaki masuk ke dalam pendengaran, membangunkan dia dari buaian mimpi. Suhu hangat menyebar di seluruh punggungnya. Tempat yang empuk ..., dan punggung yang terasa hangat ..., Sophia akhirnya membuka mata.

"Mau mandi?" tanya lelaki di belakangnya.

"Berapa lama aku tidur?" Tubuhnya terasa semakin hangat akibat pelukan Lyle yang semakin mengerat, seraya mendaratkan kecupan ke ubun-ubunnya. Ini pertama kali bagi Sophia mendapati sang suami tidur di belakang.

"Semenjak di atas kuda, kamu tidur, dan sekarang sudah sore," balasnya.

"Apa ini mansion? Kenapa lebih mirip dengan manor? Apa dirimu membawaku ke manor?" tanya gadis itu yang ditanggapi lucu oleh Lyle. Gedung ini sama persis seperti kediaman di duchy.

"Setelah mandi, kamu bisa mengelilingi mansion." Meskipun dibuat mirip, mansion jelas tidak akan seluas rumah manor. Hanya bentuk dan warnanya saja yang dibuat semirip mungkin.

The Cursed Duke's MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang