Ekstra

1K 77 1
                                    

"Lyle, lihat, ada ikan terbang!" Sophia yang menghadap laut dengan menumpu tangan ke pagar kapal itu, berseru riang. Sudah berkali-kali dirinya memanggil, namun orang yang dipanggil tetap berbaring di kursi panjang yang berdempetan dengan dinding kapal. "Lyle, cepat! Mereka tidak akan muncul lama! Yaaah, kan, mereka tenggelam lagi."

"Ikan terbang darimana, Sophia?" sahut pemuda yang menutup wajah dengan lengan kanannya. Saat ini, kepeningan seolah menjamur dalam kepala. Dia tidak tahan akan aroma laut yang sesekali menyebar terbawa angin. Terlebih, guncangan pelayaran sesekali terasa olehnya, rasanya dia ingin tidur sepanjang pelayaran. "Ikan tidak memiliki sayap. Ternyata istriku masih bodoh."

"Lyyle!" Gadis itu berbalik dan memanggil dengan sedikit jengkel, rambutnya berkali-kali tertiup kencang oleh angin laut. "Aku tidak pernah belajar tentang laut! Apakah itu lumba-lumba? Kata Julia, di laut ada lumba-lumba yang suka timbul ke permukaan dan meloncat-loncat."

"Gemas sekali," gumam Lyle. Meskipun hanya mendengar celotehnya, telinga ia merasa geli dan rasanya ingin tertawa.

"Lyle, bangun!" Perempuan yang telah mendekat tersebut menarik tangan suaminya. "Bukankah kamu ingin menemaniku? Tapi, kenapa sekarang berbaring terus?"

"Malas ...."

Singkat, dan bernada malas, Sophia kemudian menyentuh dahi suaminya. Tidak ada suhu hangat ataupun panas, kulit lelaki itu tidak memiliki rasa sama sekali. "Kamu tidak menyukai perjalanan laut? Kamu mabuk laut? Kamu ingin istirahat? Kalau begitu, lebih baik kita masuk, Lyle," ajaknya begitu menyadari kondisi Lyle saat ini.

Berkali-kali naik kapal saat mencari Lyle, Sophia tidak tahu bahwa kapal bisa disulap semacam kamar bangsawan. Semua perlengkapan tersedia di sana. Dari tempat tidur yang empuk, sofa, termasuk pelayan untuk diperintah. Bahkan dirinya bisa memandang laut dari dalam, hanya tinggal membuka gorden saja.

Begitu masuk, Lyle segera menuju tempat tidur dan berbaring, tanpa butuh waktu lama lelaki itu benar-benar melelap dalam tidur. Kadang bangun, namun karena tahu masih di laut, ia memilih melanjutkan tidur, dan terus seperti itu. Meskipun dibangunkan untuk makan, Lyle mengatakan tidak selera dan memilih lanjut tidur. Sampai akhirnya, Sophia membangunkan dan mengatakan sudah datang di pelabuhan.

Mencuci wajah sejenak dan mengusapnya dengan handuk. Ia pun keluar kapal bersama istrinya. Namun begitu hendak turun dari kapal, betapa terkejutnya mendapati pemandangan di pelabuhan dan jalanan. Sehingga secara spontan Sophia dan dirinya mematung.

"Apa ini?" bisik Sophia pada Lyle.

Ribuan manusia berderet sepanjang mata memandang, mereka membawa keranjang berisi kelopak mawar maupun setangkai mawar. Beragam usia pun terlihat, dari wanita maupun pria, dari remaja maupun anak-anak, serta sampai lanjut usia.

Ini terlalu ramai, Lyle terlintas ingin berteleportasi agar dapat menghindari keramaian, sayangnya itu akan terkesan sangat tidak bermoral. Bukan sekedar candaan atau main-main, Cygnus benar-benar menunggu kepulangannya. "Mau bagaimana lagi? Mereka sedang menyambut secara berlebihan," timpalnya secara pelan.

"Duchess dan Duke D'Lupus kita telah datang!" seru beberapa di antara mereka, menyebabkan suara gaduh semakin terjadi. Namun, itu lekas menjadi tenang dan rapih ketika Sophia dan Lyle melangkah.

"Selamat atas kedatangan Anda berdua!"

"Selamat atas kesembuhan Anda berdua!"

"Kesejahteraan untuk D'Lupus! Kepulangan kalian selalu ditunggu Cygnus!" Kalimat itu sesekali menyela di antara ucapan selamat. "Keselamatan selalu menyertai pahlawan Cygnus!"

Seraya berjalan, Sophia dan Lyle mendapat sorakan kegembiraan dan huru-hara mawar yang diterbangkan dari sebelah kiri dan kanan. Cygnus terlihat begitu ceria dan serempak hari ini. Benar-benar sepanjang jalan yang dilalui, pasangan muda itu tiada henti menerima taburan bunga. Sampai tiba ke tepi jalan, kereta kuda bewarna putih tanpa beratap tengah menunggu bersama sang kusir yang siap melaju.

The Cursed Duke's MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang