22. beloved daughter

1K 129 19
                                    

Dia memporak-porandakan labolatoriumnya dan berteriak. Lantas masuk ke lubang hitam yang aneh.

Kita berhasil menggagalkannya.

Begitulah isi surat yang disampaikan Achille Rognvaldr melalui merpati. Lyle teringat akan sumpah Achille kemarin malam, berpikir bahwa anak itu sudah tahu yang berkaitan dengan darah wanita yang menjadi tumbal di malam gelap.

'Tapi siapa? Dia tak akan memberitahu kah?' Lyle pansaran.

Meski baru bangun dari sakit dan belum pulih, ia kembali. Istrinya di depan tertutup rapih jubah, anehnya selalu tidur di jalan.

"Aneh, bagaimana bisa tidur saat berkuda?" bisik Lyle, merasa tubuhnya ditekan oleh punggung sang istri. Hal ini membuat Lyle harus hati-hati. Ia pula mencari jalan yang tak memutar agar segera sampai.

Setiba di gerbang, gadis di depan mengusik. "Sudah datang?"

"Iya, sayang."

Lyle dipinta menunggu dahulu seraya diberi jamuan, sedangkan Sophia pergi memanggil ayahnya.

Rasanya sedikit berdebar akan ocehan sang mertua yang mungkin menimpa. Walau ia tau posisinya lebih tinggi bukan bearti dapat semena-mena pada orang yang istrinya cintai. Ayahnya.

Sophia tidak menunjukkan diri lagi, hanya Marquess Erland yang tiba seraya membawa ....

'Buku itu?' Ia tertegun.

Nampaknya sang mertua tak akan memarahi, lihat saja sekarang beliau duduk di depan dan meletakkan buku dengan santai.

Tunggu, buku itu mengganggu Lyle!

"Simpan ini, dan bacalah," pesan Erland sembari mendorong pelan buku tersebut. "Rencananya untuk putri saya, tetapi Anda mungkin perlu membaca juga."

Elaine.

Kitab yang amat berjasa untuknya. Tanpa bertemu kitab tersebut mungkin Correy Lyle akan memilih mati saja.

Atau setidaknya hidup ia berantakkan dan sedikit kurang waras.

"Dengarkan saya," pinta Erland lagi, dan Lyle menegakkan kepala untuk melihat si Pembicara.

"Seperti kertas putih, kosong, tanpa noda, tanpa warna sedikit pun. Sebelum menginjak 17 tahun, Bangsa Murni belum memiliki emosi," ujarnya.

Ah, Mertua tengah membahas mengenai Sophia. Itulah mengapa saat melihat istri kecilnya, wajah itu kerap kali tidak memiliki emosi, bahkan bisa dikatakan tak beremosi. Namun sekarang, Lyle sudah mulai melihat perbedaan raut Sophia sedikit demi sedikit.

"Untuk wawasan, mungkin efek Sophia yang dikurung. Di sini hanya diajari hal dasar, hanya membaca buku dongeng, menulis, dan berbicara."

"Putri saya penurut, tak protes meskipun selalu dikurung." Marquess menjelaskan seraya memeperhatikan sang menantu. Ia mengerutkan dahi, Duke Muda nampak tidak fokus. 'Apa anak ini mendengarkan?'

"Anda mengerti, Your Highness?"

"Dia ... tak beremosi? Itu ciri khas mereka? Wajahnya sulit sekali berekspresi. Juga jarang terlihat tertawa, menangis, atau marah," ujar Lyle, meraba-raba.

"Iya." Erland menegakkan tubuh. "Tidak ada cinta pada lawan jenis, tidak ada dendam, tidak ada kebencian, hidupnya kosong. Setidaknya tunggu dia sampai 17 tahun agar perasaannya terbentuk. Meski sedikit kemungkinan Whittaker memiliki dendam atau kebencian."

Begitulah sebabnya disebut bangsa murni. Mereka hidup rukun tanpa kenegatifan. Kehidupan mereka seperti kedamaian dalam surgawi.

"Saya sudah membocorkan rahasia selama hidup. Sekarang saya akan bertanya. Kenapa Grand Duke begitu kukuh melamar Sophia?"

The Cursed Duke's MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang