Menyembunyikan rahasia dari pihak istana, apakah bangsawan tersebut masih tergolong paling setia dan tak perlu diwaspadai? Mereka berputar arah, meruntuhkan rasa percaya akan D'Lupus yang kaku itu.
Whittaker si bangsa mitos itu ada, dia ada di genggaman D'Lupus, dia berdarah Florentine. Bangsawan yang katanya menjadi pendukung netral itu, kini ada bersama D'Lupus. Itu artinya, Florentine menjadi sekutu D'Lupus yang mendukung Putra Mahkota.
Selama ini, keluarga D'Lupus sangat penting bagi keluarga kerajaan. Namun, hal tak terduga ternyata disembunyikan rapat-rapat, apalagi mengenai pernikahan putranya. Bibir manusia yang tinggal di kediaman D'Lupus seakan dijahit, lidah mereka seolah dipotong, tak ada seorang pun yang membahas pada sanak-saudaranya tentang pernikahan rahasia tersebut.
Jauh dalam benaknya, Achille mengalami ketakutan mengenai dirinya sendiri. Bagaimana dia bisa begitu lalai mendengarkan isu yang mulai beredar di istana bunga? Pelayan yang lain senyap tak membahas, namun di sana, isu-isu berkembang dan mulai bercabang.
Ia kira, Atarah diam saja karena masih dalam proses membuat strategi, namun ternyata dirinya kalah tanpa disadari. Achille mulai meragukan pergerakannya, mengira hal itu terbongkar sebab keteledoran dia yang pernah terlibat ke Florentine secara terus terang.
Apakah ia pasrah sampai di sini? Tidak akan! Yang terbongkar, akan sulit ditutupi, bukan bearti bisa ditutupi. Jadi dia hanya perlu menjalankan tugas untuk mengajak Sophia memulai rencana.
Tebakan dia sangat benar, Raja dicuci otaknya lagi. Pria itu tidak melakukan penyelidikan lebih lama, meskipun pernah masuk ke ruang perpustakaan Atarah dan menemukan kitab sihir hitam.
"Sial! Sial! Sial! Sial!"
Dalam kondisi jengkel dan hati rumit tersebut, terlintas sesuatu di benaknya. Daripada dia terus berpusat pada Atarah, Achille merubah haluan pada Permaisuri Kedua. Ingatan itu membuat ia duduk merenung untuk memulai rencana baru. Mungkin saja dengan berakhirnya masa permaisuri tersebut, lambat laun bukti untuk Atarah juga ikut terkuak.
"Kak!"
Achille hampir memantul di atas tempat tidur, sebab terkejut akan kehadiran Asteria. "Jangan ikuti perkataan Kakak!"
"Bukan itu, tapi, Kakak menduduki susku yang jatuh. Cepat bangun!"
Tanpa perlawanan, Achille bangun dan mendapati sus menjadi pipih. Hal itu membuat Asteria marah secara membabi buta. "Asteria, berhenti mengejar! Kamu ingat Kakak Malaikat? Dia dalam bahaya! Biarkan Kakak berpikir lebih lama, Asteria!"
****
Lyle, memang hanya menyuruh pelayan pribadi Atarah untuk mengawasi apabila ada pergerakan hendak melakukan sesuatu. Namun sejauh ini, laporan yang didapat berkisar dari sikap Atarah yang lesu. Kadang katanya saat pelayan itu mengintip, putri tersebut sedang bermain dengan api tanpa minat.
Tahu atau tidak mengenai lenyapnya sang iblis, bukan masalah penting. Namun jika ia pikirkan, apakah benar iblis itu lenyap? Jika menyebut bahwa iblis tersebut belum lenyap, bukankah tanda merah itu menghilang setelah mengalahkan iblis? Atau hilang hanya karena dirinya masuk ke dalam tartarus?
Justru anehnya, apakah Moller itu membiarkan berita pernikahan tersebar di istana bunga? Lyle meragukan laki-laki itu. Memanglah bukan orang itu yang memberitahu akan berita tersebut, melainkan Achille saat beberapa hari silam.
Dibukanya salah satu pintu yang berbaris dari lorong, indra pendengarnya disambut suara teriakan kesakitan seseorang. Itu pasti ulah ayahnya.
Ia menyelusuri ruangan itu guna memasuki ruangan paling dalam. Dia juga tidak tahu, ada berapa ruang penyiksaan di tempat ini. Sebab dirinya hanya masuk dan masuk, tak pernah menghitungi. Namun di tempat yang saat ini dia lalui, untuk menuju ruang tujuan hanya perlu berjalan dan berbelok saja, tanpa harus membuka pintu lagi.
Di dalam sana, ia disuguhkam Grand Duke yang melayangkan pecut. Tindakan Grand Duke berhenti ketika suara Lyle terdengar.
"Tuan Ernest, bangsawan dari wilayah selatan," panggil Lyle begitu masuk, seraya mengetuk-ngetukan ujung pedang ke lantai. Kondisi mereka mengenaskan, namun tak sebanding dengan rasa sakit anak-anak yang pernah ia lihat.
"Istri Anda sedang hamil, namun Anda jauh-jauh kemari hanya hendak mencelakai istri orang lain? Bagaimana perasaan Anda jika berada di posisiku?" tanya ia pelan, namun penuh intimidasi. Pria si pemilik nama, kelopak matanya terlihat mengencang.
"Baron Donatien yang baru saja mendapat gelar, dan baru saja kehilangan putrinya beberapa bulan lalu, apakah Anda tidak bisa berempati walaupun telah mengalami itu?" Kemudian Lyle melirik pada ayahnya, meminta untuk ditinggalkan, dan permintaan tersebut dikabulkan. "Oh, aku ingat, bahkan aku sendiri yang melihat mayat putrimu. Kabarnya, Anda seorang Ayah yang buruk."
Beberapa kaki mereka sudah patah, entah itu dipatahkan atau sebatas remuk, itu terjadi dengan mudah karena berniat kabur setelah ditangkap. Sekarang, mereka yang kakinya baik-baik saja pun tidak bisa bergerak. Kedua kakinya diikat dengan kaki kursi, sedangkan tangannya diikat ke belakang kursi. Terlebih, tubuh sekaligus kursi tersebut, diikat pada masing-masing tiang yang menjulang di belakang.
"Tuan Muda Lambert, putra ke tiga dari Duke Rouge. " Ia menatap laki-laki tersebut. Lyle tidak bisa berkomentar banyak, kebencian keluarga tersebut telah mendarah daging terhadapnya. Jadi ia hanya menghela napas, mencoba untuk menjadi tenang.
"Tuan Severin, Timothee, Ourson, Valiant, dan Egmont, kesatria kerajaan. Kalian dari wilayah yang jauh sekali dari Ibukota maupun march. Aku ingin kalian berpikir sejenak." Mereka tidak dapat mengeluarkan suara pembelaan, sama seperti Moller, semua sudah bersumpah untuk mengunci mulut. Walaupun begitu, manik erenite milik Lambert, menyolot tajam padanya.
"Pergi ke ibukota bukankah untuk mengabdi pada pertahanan dan keamanan kerajaan? Namun, satu nyawa tak bersalah saja hendak kalian korbankan? Bagaimana rasanya ketika berpulang, ibumu telah mati dibunuh seseorang?"
"Tak berempati!" Emosi di dadanya kini bergemuruh hebat. Mereka orang yang biadab! Sekelompok para lelaki yang berebut cinta dari Atarah. Mereka bisa melakukan hal segila apa pun, agar bisa dilirik secara istimewa oleh Atarah.
Duke tersebut mengangkat pedang sejajar di depan wajahnya, dengan arah vertikal. "Pedang ini pernah menebas iblis, pedang ini selalu kupakai saat berperang untuk mematahkan tubuh maupun leher mereka, sering kugunakan untuk menebas pohon di kebun belakang, dan pernah kugunakan untuk menghabisi beruang. Dia tetap tajam. Kalian ingin berkenalan dengannya?"
Ekspresi tujuh dari delapan di antara mereka mulai diselimuti ketakutan. Rasa sakit yang baru diperoleh dari Grand Duke, akan ditumpahkan lagi oleh Duke Muda. Bahkan, kaki mereka hanya dibalut perban. Memang benar, mati lebih baik, dibanding harus berurusan dengan hukuman pemimpin wilayah Lupus ini.
Tidak dapat bergerak, serta diberi makan hanya untuk bertahan lebih lama, hanya untuk disiksa lebih lama. Masing-masing menahan ringisan tatkala Lyle tanpa ragu menggoreskan pedang tersebut pada pipi mereka secara adil.
Saat proses penangkapan, kebetulan Lyle tidak membawa pedang. Dia mematahkan kaki dua orang itu pun menggunakan senjata Edward. "Hari ini sampai di sini saja," katanya, sembari mengembalikan pedang ke dalam sarungnya. Lantas, Lyle berlalu keluar tanpa menoleh secuil pun ke belakang.
Jika diambil dari sudut saat ini, mereka belum terlalu bersalah, hukuman tersebut dianggap pantas. Sedangkan jika ia ambil dari sudut kehidupan saat itu, mereka adalah pengkhianat untuk seluruh negri. Bukan hanya ini, masih ada beberapa orang yang terlibat untuk persiapan ritual.
Para bajingan itu, dengan keji menculik dan membunuh perempuan untuk dijadikan tumbal, dan sialnya dia tidak bisa menemukan lokasi persembunyian. Entahlah, sudah berapa nyawa tak bersalah yang melayang di kerjaan ini. Bila mengingat, rasanya Lyle ingin sekali menyiksa para boneka tersebut dengan bengis.
☘️☘️☘️
Netral sebelum memutar waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Duke's Moon
FantasyAlur lambat⚠️ Demigoddess-Wizard Correy Lyle, Duke Muda D'Lupus yang terkutuk kegelapan. Pernikahan paksa yang diputuskan Grand Duke pada dirinya saat masih belia, membuat ia kabur dari pernikahan. Tiga tahun berlalu, dan ia kembali dari medan peran...