Gara Yudis keceplosan, Malamnya Rendi mengiriminya pesan bertubi-tubi sampai video call juga.
Semalam Hana yang tengah rebahan di kamar pun kaget kala Rendi menelfonnya hanya untuk membicarakan tentang hubungannha dengan Alan.
"Pokoknya jelasin se rinci-rinci nya. Bisa-bisanya Abang nggak tau," kata Rendi dari seberang sana.
Hana memutar bola nata malas. "Jelasin gimana sih, Bang? Aku sama Kak Alan ngga pacaran."
"Belum maksudnya," ralat gadis itu membuat Rendi berseru.
"Sejak kapan kalian deket?" sekarang nada bicara Rendi lebih friendly bahkan terkesan ingin tahu bagaikan teman yang penasaran.
"Udah lama mungkin," kediknya.
"Ohh sekarang Abang paham. Pantesan dulu kamu ngebet banget aku bestian sama Alan. Ternyata ini maksudnya," godanya sambil menaik-turunkan kedua alisnya.
Hana mendelik," Ih itu kan masih jamannya main-main. Ga bisa dianggap serius."
"Ohh jadi sekarang dah serius nih? Ngomong-ngomong kapan kamu diseriusin?" malah makin menjadi-jadi.
"Apaan sih, Bang? Kalo bicaranya makin ngelantur, aku matiin nih telfonnya!"
Lebih tepatnya Hana ingin menghindari pertanyaan itu. Benar-benar tidak ingin memikirkannya. Lagipula orang-orang kenapa sih, terlalu serius menjalani asmara. Atau memang dirinya yang terlalu santai.
"Iya-iya maaf."
"Tapi kalau kamu dah jadian sama Alan, transfer PJ ke abang ya?" lanjutnya membuat Hana geram.
"Abang!" Rendi pun langsung mematikan sambungan telepon sepihak sambil terkikik jahat.
Suatu kesalahan berbicara dengan Rendi.
🏙🏙
Seperti kesepakatan kemarin, Hana, Sabiru dan Keano akan mengerjakan tugas kelompok di perpustakaan universitas.
Padahal Hana sudah bersiap-siap. Sudah mandi, sudah segar, sudah cantik, tinggal ngeng. Tapi sepertinya wacana pasti menjadi suatu penghalang kegiatan.
Hana mendial nomor Sabiru dengan ponselnya. Sudah berdering berulang kali, tapi tidak dijawab. Dan dengan kesabaran yang terakhir kalinya, telepon itu berhasil diterima oleh pihak seberang.
"Halo, Sab?" sapa Sabiru masih dengan suara serak khas bangun tidur.
Hana berkacak pinggang. "Jangan bilang lo baru bangun?"
Sabiru meringis. "Sorry, Sab. Kayaknya gue lupa bilang, kalau hari ini gue bisanya kerja kelompok waktu sore. Gimana?"
Hana menghela napas. "Kenapa ngga bilang dari semalem? Ngabisin waktu rebahan aja!"
Pria itu tertawa geli, "Ya maaf, gue lupa. Kalau lo mau kerja kelompok cuma sama Keano, gue sih nggak masalah ya. Takutnya lo yang tekanan batin."
"Nah itu tau!" sahut Hana.
"Yaudah nanti sore ya! Awas kalau wacana lagi," ancamnya.
"Iya-iya, nanti sore gue jemput," katanya mengakhiri acara telepon pada pagi hari ini.
Rara yang akan ke dapur tak sengaja melewati Hana yang tengah duduk dengan raut kesal itu pun bertanya, "Kayaknya hari ini kamu lagi sensi? Kenapa?"
"Kita udah sepakat mau kerja kelompok. Tapi temenku malah cancel. Jadinya nanti sore," sahutnya setengah hati.
Rara tersenyum penuh makna. "Yaudah daripada bete, mendingan ikut aku ke dapur bikin dessert box. Yuk? Temenku ada yang pesen."
Hana menaikkan satu alisnya, "Sekarang Teh Rara jualan?"
"Bisa dibilang iya. Tergantung waktu luang. Kalau ngga ada waktu, kayaknya aku bakal nolak pesenan mereka," kediknya.
Yasudah lah, daripada bad mood terus gara-gara Sabiru. Sepertinya membantu Rara adalah ide yang bagus. Selain dapet pahala juga mendapat pengetahuan gratis darinya.
"Yaudah, Teh. Aku bantu," putusnya membuat Rara tersenyum senang.
Rara mempersiapkan semua bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat pesanan yang dinginkan temannya yakni Red Velvet Dessert box.
Hana mengaduk beberapa bahan kering dan basah yang campur menjadi satu sampai terbentuk adonan. "Terus habis itu gimana, Teh?"
"Tuangin ke dalam loyang yang udah dialasin kertas roti." Rara menunjuk pada sebuah loyang berbentuk persegi.
Setelah Hana menuang seluruh adonan, ia memasukkan loyang ke dalam oven agar adonan berwarna merah maroon itu berubah menjadi kue.
Sedangkan Rara sendiri bagian yang membuat krim dan topping berupa Red Velvet crumble yang biasa ditabur di atas kue merah itu.
Usai menunggu beberapa menit, Rara mengambil alih pekerjaan Hana yakni mengambil kue dari oven dengan sebuah sarung tangan tebal. Kemudian meletakkannya di atas meja makan.
"Terus diapain lagi?" tanya Hana.
"Tunggu dingin dulu. Habis itu dipotongin sesuai ukuran wadah. Tebalnya kira-kira dua senti," jelasnya sambil menaruh adonan lainnya ke dalam oven.
"Wow, banyak banget buat kue nya. Buat siapa aja Teh?" tanya Depita yang baru saja nongol dari kamarnya.
"Temen-temen. Ngga tau tiba-tiba mereka pesen dessert ke aku," jawabnya santai.
"Itu pasti karena bikin kue Teh Rara selalu enak," puji Hana membuat Rara tersipu.
"Masa sih?" Rara tidak percaya diri.
"Bisa diliat cafe tempat Teh Rara kerja ramenya kayak apa," imbuh Depita bersemangat.
"Kenapa Teteh ngga bikin toko kue sendiri aja?" usul Depita.
"Memangnya ngga perlu modal untuk sewa tempat?" sahut Rara.
"Iya juga sih. Tapi kan bisa jualan secara online kaya gini."
Rara menggeleng. "Untuk saat ini masih belum bisa konsisten. Aku perlu penghasilan yang memang pasti setiap bulannya."
Benar juga. Rara masih muda, masih nge kos juga. Tidak bisa meninggalkan pekerjaannya yang pasti begitu saja. Memang lebih baik hanya untuk selingan ketika ada waktu luang.
Hana memotong kue sesuai instruksi Rara. Gadis itu memberikan potongan kue kepada Rara agar diletakkan ke dalam box dan diberi krim perlapisnya. Depita membantu menaburi Red Velvet crumble dan satu oreo di tengahnya sebelum diletakkan ke dalam kulkas.
Setelah semuanya beres, Rara menutup pintu kulkas. "Makasih ya Sabrina, Depita udah bantuin aku bikin kue."
"Sama-sama, Teh. Aku malah suka bantuin bikin kayak gitu," jawab Depita.
Rara menoleh pada Hana. "Gimana? Udah nggak bad mood kan?"
Hana terkekeh lantas menggeleng. Rara memang paling dewasa di antara mereka semua.
It's cooking time
Bersambung.
11 Juni 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girls Dorm (Selesai)
Teen FictionIni adalah sequel cerita 'Saya Terima Kost Putra' Setelah sekian lama menjadi pemilik kost, justru kini Hana menjadi anak kost-nya. Dia berjumpa dengan teman-teman baru yang sekarang tinggal satu atap dengannya. Seperti kisah sebelumnya, setiap pen...