Hari Minggu dimana seluruh penghuni kos libur dari pekerjaan dan tugas. Aktivitas setiap seminggu sekali ialah bersih-bersih, mengingat betapa sibuknya mereka hanya bisa di weekend saja.
Depita menyapu lantai sampai ujung pintu yang sudah ada ikrak nangkring. Sebenarnya menyapu termasuk kategori mudah dari yang lainnya.
Rara tengah mengucek kain pel dengan menekan-nekan ke lantai berulang kali sebelum diperas. Pernah nggak sih kalian kadang ngerasa jijik kalau mau peres kain pel? Rara juga begitu. Bisa dilihat bagaimana jari-jarinya sedikit terangkat.
Hana mengelap perabotan rumah dengan kanebo yang dibasahi agar debu-debu yang menempel hilang. Ia harus naik ke atas kursi teras karena jendelannya yang lumayan tinggi juga kusen pintu dan jendela.
Julie yang mendengar suara percikan air pun perlahan mengerjapkan kelopak matanya. Saat di terduduk, handuk kecil jatuh ke atas selimutnya. Ia pun mengambilnya. Ah ia teringat semalam demam.
Saat gadis itu turun dari ranjang. Rasa pusing menerjang sehingga mengharuskannya untuk duduk sejenak.
Setelah dirasa membaik, ia segera merapikan tempat tidur dan menghampiri teman-temannya.
"Gimana Jul? Udah mendingan?" tanya Hana tidak sengaja melihat Julie keluar kamar.
"Iya udah lumayan."
"Yaudah lo langsung makan aja, udah siap kok!" suruhnya.
"Gue mau ikut bersih-bersih." Hana langsung menggeleng lantas menggiring Julie ke ruang makan.
"Lo habis sakit, ga usah bantu-bantu bersih-bersih dulu. Pokoknya sekarang lo harus makan."
"Bentar gue ambilin air sama obat."
Hana datang dengan segelas air putih dan satu bungkus pil obat kemudian meletakkannya di samping Julie. "Gue tunggal dulu ya? Mau lanjutin ngelapin kaca. Kalau butuh sesuatu bilang aja."
Julie menatap punggung Hana yag semakin jauh. Dia benar-benar merasa beruntung tinggal bersama dengan mereka.
🏙🏙🏙
Sama seperti kos an putri, Sabiru pun begitu di rumahnya. Dia membereskan kamar yang dirasa berantakan.
"Assalamualaikum!"
Sosok wanita pemilik rumah yakni ibunda Sabiru membuka pintu rumah. "Eh Keano?"
Keano menyengir sambil menyalimi tangannya, "Sabiru ada di rumah nggak, Tan?"
"Ada tuh di kamarnya. Samperin aja," ujar wanita itu mempersilahkan.
Keano masuk ke dalam rumah, menaiki tangga menuju kamar Sabiru yang sudah familiar olehnya. Pria itu terbilang cukup sering bermain ke rumah ini.
"Oy, Sab!"
Sabiru berbalik badan melihat siapa yang memanggilnya. Ia menghela napas kala tau siapa yang datang. "Ngapain lu pagi-pagi ke sini?"
"Bosen gue di rumah," katanya lalu masuk ke dalam kamar temannya.
"Kalau lo mau main, bantuin gue bersih-bersih," suruhnya.
"Lo rajin juga ya jadi cowo," cibirnya tapi tak urung membantu sabiru. Keano sendiri jarang bersih-bersih karena orang tuanya sudah menugaskan ART untuk merapikan kamarnya.
"Mau rajin ngga harus jadi cewe," jawabnya seadanya.
Keano dan Sabiru bersama-sama mengganti sprei dan bed cover berwarna gelap itu. Benar-benar nuansa kamar ala pria.
"Lo mending duduk aja di kursi, mau gue pel." Dengan senang hati Keano duduk di atas kursi yang sepaket dengan meja belajar.
Mengangkat kaki ke atas kursi dan duduk bersila saat Sabiru mengepel lantai di bawahnya. "Lo bosen nggak sih kalau free day gini?"
"Engga, gue orangnya sibuk. Tugas kuliah juga seabrek."
Keano membalikkan badan melihat meja belajar Sabiru yang masih berantakan. "Eh, Sab. Meja lo masih berantakan nih! Gue bantuin beresin ya?"
"Iya."
Pria itu merapikan buku-buku yang cukup tebal dan menyusunnya di sisi kiri meja belajar. Alat-alat tulis juga ia masukkan ke dalam tempat pensil.
Sebentar.
Ada suatu barang yang menarik perhatian Keano.
Selama ini ia berkunjung rumah Sabiru, Keano baru menyadari ada sebuah foto polaroid yang tertempel di dinding. Ah tidak, bukan baru menyadari, namun baru mengamati. Keano sering mengabaikannya.
"Sab, lo punya adek cewe?" ucap Keano tiba-tiba. Acara mengepel lantai pun terhenti.
"Setau gue, lo anak tunggal," lanjutnya.
Di dalam foto itu adalah Sabiru dan teman perempuannya sewaktu kecil. Foto itu diambil kala ia masih duduk di bangku TK. Foto kuno yang sengaja dijepret oleh fotografer di sebuah tangga tempat rekreasi terkenal, Candi Borobudur.
Gadis cilik bertopi bundar di sebelahnya duduk berpose bertopang dagu dengan Sabiru bergaya peace dua jari di dekat mata minimalisnya.
"Temen gue," ucap Sabiru pelan.
"Lo masih inget namanya?" Sabiru mengangguk.
"Siapa?" Keano bertanya.
"Sabrina."
Bersambung.
12 Juni 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girls Dorm (Selesai)
Teen FictionIni adalah sequel cerita 'Saya Terima Kost Putra' Setelah sekian lama menjadi pemilik kost, justru kini Hana menjadi anak kost-nya. Dia berjumpa dengan teman-teman baru yang sekarang tinggal satu atap dengannya. Seperti kisah sebelumnya, setiap pen...