"Langkah pertama, tanya tentang barang apa yang ingin dia beli nantinya."
Sesuai petunjuk di atas, Sabiru tengah berada di kantin yang ramai akan mahasiswa-mahasiswa yang tengah menikmati masing-masing hidangannya.
Di antara keramaian itu, ada Hana di sana yang tengah memakan semangkuk mie sendirian. Perempuan itu lebih sering terlihat sendiri.
"Buruan sana samperin," suruh Keano mendorong tubuh Sabiru.
Langkah Sabiru membawanya mendekat ke meja dimana ada Hana di sana. Gadis itu menotice kedatangan Sabiru.
"Eh, Biru. Baru dateng?"
"Iya. Lo sendirian?" Sabiru celingukan siapa tau Hana sedang bersama teman-temannya.
"Tadi ada temen gue sih, tapi udah balik duluan."
Sabiru sedikit menoleh pada Keano yang berdiri tak jauh dari mereka namun keberadaannya tak disadari oleh Hana. Gelagat Keano menyuruhnya untuk bergerak cepat.
Dia kira hal itu semudah membalikkan telapak tangan? Masalahnya kali ini kondisinya berbeda.
Melihat Sabiru yang hanya diam duduk di hadapannya, Hana pun tak bjsa menahan untuk tidak bertanya. "Lo nggak pesen makanan?"
"Engga."
"Terus ngapain lo ke kantin kalau ngga buat isi perut?" guraunya.
"Gue mau tanya sama lo."
"Tanya apa?" santainya di sela-sela suapan mie ke dalam mulut.
Kaki Sabiru tidak bisa diam. Jari telunjuknya juga terus mengetuk meja. "Lo-- maksud gue, apa barang yang jadi wishlist lo?"
Hana menunjuk dirinya sendiri. "Lo dateng ke kantin nyari gue cuma mau buat tanya ini? Serius?" Sabiru cuma diam mengalihkan pandangan.
Gadis itu mendongak menatap langit-langit sambil berpikir. "Wishlist ya? Banyak sih! Mau gue sebutin berapa?"
"Semuanya," gugupnya.
"Sebentar, lo tanya ginian dalam rangka apa nih?" Hana mulai menginterogasi.
Waduhh Sabiru tidak ada persiapan untuk menjawab pertanyaan yang melenceng dari perkiraan. Dia harus menjawab apa? Pria itu menoleh sedikit ke arah Keano meminta bantuan dengan isyarat bibir tanpa suara.
Keano menghela napas lelah. Dia tidak habis pikir mengapa memandu Sabiru adalah hal yang paling rumit?
Langkah pertama dinyatakan gagal.
🏙🏙
"Cara yang kedua, lo harus tau tipe cowo idealnya."
Kini, Sabiru tengah berada di kamar milik Keano. Iya, gantian. Sekarang dia yang main.
"Cari tau tipe cowo? Gimana caranya?" tanya Sabiru yang sedang duduk di kursi belajar Keano.
"Tanyain lah sama orangnya. Gitu aja pake nanya!" pedas Keano sekaligus geram dengan temannya yang tiba-tiba jadi bodoh.
"Nggak. Gue ngga bisa." Sabiru mengangkat tangannya. Kalau begitu caranya, yang ada dia akan malu sendiri.
"Terus mau lo gimana? Nyerah sampai sini aja sampai akhirnya dia jadian sama orang lain?" ucapannya membuat Sabiru terdiam. Dia jadi teringat laki-laki yang bersama Hana sewaktu kecelakaan.
"Tapi kayaknya Sabrina memang udah punya pacar," ucap Sabiru pelan.
"Info darimana?"
Sabiru berdecak. "Waktu Sabrina kecelakaan, ada laki-laki yang dateng. Namanya Alan."
"Kalaupun Sabrina udah official, dia bakalan posting foto cowonya. Gue yakin. Tapi selama ini feed sosmednya masih sama," jelas Keano yang entah mengapa setelah tahu perasaan Sabiru pada Jana, dia lah yang paling menggebu-gebu.
"Sabrina bilang, Alan itu cowo yang nge kos di belakang rumahnya di Jakarta. Katanya, Alan udah kayak Kakaknya sendiri."
Keano menjentikkan jarinya. "Nah! Mumpung mereka masih kakak-adik zone, makanya lo harus gercep!"
"Gue ngga bisa tanya hal tadi ke Sabrina secara langsung," tegasnya lagi.
Tiba-tiba lampu di atas kepalanya menyala. Ia mendapatkan ide cemerlang. Dengan segera, Keano mengambil laptop dan duduk di tepi ranjang. Mengutak-atiknya dengan lihai hingga membuat Sabiru penasaran.
"Lo ngapain ?"
"Bentar." Keano fokus pada laptopnya.
Tidak lama, Keano menunjukkan layar laptopnya kepada Sabiru. Pria itu mengangguk senang, Keano benar-benar handal.
"Cepetan sekarang chat Sabrina," suruhnya. Sabiru membuka laman chating nya dengan Hana.
Hana
Sab, lo sibuk ga?
Lumayan, kenapa?
Boleh minta tolong isi kuisionernya? Itung-itung bantuin sodara gue
Oke, nanti gue isi
"Gimana? Udah dibales?"
"Udah, tapi dia bakal isi kuisioner nya nanti. Sibuk katanya."
Sampai keesokan harinya, belum ada tanda-tanda notifikasi kiriman jawaban dari Hana di laptop Keano. Apa jangan-jangan Hana lupa?
Dalam perjalanan masuk ke dalam kelas, Sabiru menghampiri Hana. "Sab, chat dari gue kemarin udah lo jawab?"
Hana mengerutkan keningnya samar, "Chat dari lo-- Oh iya! Tentang kuisioner?" Sabiru mengangguk.
"Sorry, Ru. Belum gue isi karena chat lo ketimbun sama yang lain. Sekarang gue isi deh!" Saat Hana hendak menscroll pesan, Sabiru mencegah.
"Ngga usah, Sab."
"Loh kenapa?"
"Sodara gue udah nutup akses menjawab," bohongnya. Ia tidak mau Hana mengisi kuisioner saat sedang bersamanya. Yang ada, Sabiru malah semakin tidak nyaman.
"Oh yaudah, kalau gitu gue masuk kelas dulu ya?" pamitnya.
Sabiru hanya bisa menatap tas ransel Hana yang banyak sekali gantungan kunci. Kenapa susah sekali? Mengapa jadi seperti ini?
Langkah kedua dan terakhir dinyatakan gagal.
Bersambung.
14 Juni 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girls Dorm (Selesai)
Teen FictionIni adalah sequel cerita 'Saya Terima Kost Putra' Setelah sekian lama menjadi pemilik kost, justru kini Hana menjadi anak kost-nya. Dia berjumpa dengan teman-teman baru yang sekarang tinggal satu atap dengannya. Seperti kisah sebelumnya, setiap pen...