empat belas

254 21 0
                                    

Berharap tidak ada wacana lagi sore ini. Akhirnya Sabiru beneran datang dengan mobilnya yang sudah ada Keano juga yang duduk di sampingnya.

"Kamu mau kemana?" tanya Rara melihat Hana bersiap sembari memasukkan laptop ke dalam tas kanvas nya.

Hana menoleh. "Mau kerja kelompok, Teh. Ada tugas kuliah."

Rara menilik dari balik tirai. "Itu temen kamu ada berapa orang?"

"Dua. Kenapa, Teh?" melihat Rara pergi ke arah dapur membuat Hana mengerut bingung. Perempuan itu datang kembali dengan sebuah paper bag.

"Loh kok isinya dessert? Bukannya ini dijual ke temen Teteh?" bingung Hana.

"Aku sengaja bikin lebih buat kita-kita. Ini bawa terus kasih ke temen-temen kamu. Udah ada sendoknya juga di dalem." Rara memang baik hati. Dia tidak pernah merasa rugi dari sebuah berbagi.

"Yaampun, Teh. Makasih banget. Mereka bakal kesenengan sih dapet makanan gratis," cengengesnya.

Rara menepuk-nepuk bahu Hana. "Yaudah sana berangkat. Udah ditungguin kayaknya. Pokoknya dessertnya harus dimakan. Suruh kasih reaction juga ya?"
Hana mengacungkan jari jempolnya sebelum keluar dari pintu.

Melihat Hana yang menunjukka batang hidungnya, Sabiru mengalihkan fokusnya dari ponsel ke arah gadis itu. Tidak dengan Keano, pria itu malah fokus dengan tentengan yang dibawanya.

"Apaan tuh isinya?" kepo Keano.

"Dessert box."

"Boleh kali bagi-bagi?" ujar pria itu menyebalkan.

"Nanti kalau tugasnya udah kelar." pokoknya Hana sudah mewanti-wanti dengan manusia bernama Keano itu.

Akhirnya mereka bertiga duduk manis di dalam mobil dengan Keano yang berpindah haluan menjadi duduk di bangku tengah sedangkan Hana berada di depan.

Kawasan perpustakaan universitas sudah mulai terlihat. Sabiru memarkirkan mobil di tempat yang semestinya. Mengingat tidak boleh mebawa makanan ke dalam perpus, Hana meninggalkan dessert di dalam mobil.

Mereka bertiga menginjakkan kaki di dalam perpustakaan. Rak-rak buku berjejer rapi dengan buku-buku yang lengkap dari yang tipis sampai tebalnya yang bikin pusing.

Ketiganya meletakkan tas di atas meja yang memang disediakan untuk membaca ataupun mahasiswa yang akan mengerjakan tugas. Dilengkapi fasilitas lampu belajar di setiap mejanya.

Sabiru, Keano, dan Hana berjalan menuju rak sesuai dengan tugas mata kuliah mereka. Mencari buku-buku yang sekiranya diperlukan.

"Ini coba, Ru." Hana mengambil sebuah buku tebal dan memberikannya kepada Keano. Malang sudah nasib Keano. Dia bertugas membawa tumpukan buku.

"Tolong rasa kemanusiannya dong Kakak-kakak," sindir Keano membawa buku-buku tebal itu.

Sabiru yang merasa prihatin pun membawa setengah dari yang Keano bawa. Kedua pria itu meletakkannya ke atas meja yang sebelumnya mereka tempati.

Hana membagi buku-buku itu menjadi tiga bagian dan membagi rata mereka semua agar membaca buku-buku itu.

"Nanti kalau ketemu bisa dicatet point-point pentingnya," suruh Hana.

Hana dan Sabiru serius membaca, tidak dengan Keano. Sebentar-sebentar, Keano merasa lelah. Dia sering menelungkupkan wajahnya.

"Ke, kalau lo males-malesan, gue ga bakal nulis nama lo di power point," ancam Sabiru. 

"Iya-iya, nih liat gue baca." Keano menegakkan pungungnya lagi.

Beberapa kali mereka bertiga memfoto dan mencatat poin-poin penting. Sabiru juga sudah mengeluarkan laptopnya dan mulai mengerjakan tugas yang diberi sang Dosen.

Merasa sedikit suntuk, Keano berjalan mengitari rak-rak. Siapa tau menemukan buku bacaan favoritnya. "Wihh ada komik!"
Keano menjumut satu buku itu dan membacanya sambil duduk lesehan.

Hari sudah mulai menggelap. Petang hendak berganti malam. Keano sudah tertidur dengan wajah tertutup buku komik.
Lampu di atas meja belajar pun sudah dinyalakan.

Sedangkan Sabiru dan Hana masih berkutat dengan laptop. Gadis itu celingukan. "Keano mana?"

"Ketiduran kali," kediknya santai sambil menekan keyboard laptop.

Hana menghembuskan napasnya. Gadis itu meletakkan kepalanya di atas kedua tangan yang terlipat. Matanya sudah lelah menatap layar laptop.

Wajahnya menatap ke arah kanan dimana di sebelah kanannya, Sabiru tengah serius mengerjakan tugas. "Lo gak cape apa? Istirahat dulu juga ngga papa."

Sabiru menggeleng. "Sebentar lagi selesai."

Hana menunjuk wajah Sabiru dan menebak-nebak. "Pasti mau cepet-cepet nyobain dessertnya ya?"

Mendengar ledekan dari gadis itu, Sabiru tertawa. "Ya kali gue ngerjain tugas cepet-cepet cuma buat dessert."

Hana memainkan lampu belajar kecil yang berada di meja mereka. Sengaja di matikan lalu dinyalakan membuat Sabiru terinterupsi.

"Jangan jail tangannya. Gue pusing nih jadinya," kata Sabiru membuat Hana menoleh kepadanya dan menyengir kuda tanpa dosa.

"Hehe sorry!" Hana menyalakan lampu belajar seperti semula.

Melihat tangan-tangan Sabiru yang terus mengetik membuat Hana mengantuk. Alhasil kelopak matanya terpejam sempurna.

Sabiru meregangkan otot-otot tubuhnya yang merasa pegal karena duduk dalam posisi yang sama berjam-jam. Tugasnya sudah terselesaikan.

Ketika hendak mematikan layar laptop. Ia tidak sengaja melihat wajah Hana yang tertidur dengan nafasnya yang teratur. Pantas saja sedari tadi ia merasa hening.

"Bisa-bisanya ketiduran," gumam Sabiru. 

Merasa sedikit lelah, ia menjauhkan laptop dan ikut meletakkan kepala di atas lipatan kedua tangan memandang paras ayu yang dimiliki Hana.

Wajah Hana terkena cahaya khas lampu belajar. Entah mengapa setiap kali melihat orang tertidur, pasti wajahnya sangat tenang. Begitu juga dengan Hana.

"Ternyata ini alasan gue cepet-cepet nyelesein tugas?" gumam Sabiru.

Saat tiba-tiba Hana membuka kelopak matanya, Sabiru benar-benar terkejut. Bukan, bukan tentang menakutkan. Tapi tentang dirinya yang terciduk memandangi wajah Hana.

Seketika Sabiru menegakkan punggunhnya. Sedangkan Hana masih diam. Jujur saja, saat Sabiru mengemasi barang-barangnya, ia merasa gugup.

"Biru," panggil Hana.

"Kenapa?" gugupnya sampai tidak berani menatap mata Hana secara langsung.

"Kok lo nggak bangunin gue sih?" sungutnya dengan suara khas bangun tidur.

Sabiru menghela napas lega. Rupanya Hana tidak menyadari kejadian tadi. Mungkin efek bangun tidur. Nuawanya belum terkumpul sempurna.

"Lo tidur pules banget sampai ngorok tau ga?" bohongnya namun Hana percaya-percaya saja.

"Hah? Masa sih? Ihh pasti gue jelek banget ya?"

"Iya," entengnya membuat Hana makin gelisah.

Iya. Iya cantik banget. Sampai Sabiru pun tidak tahu harus bertingkah bagaimana untuk menutupi kegugupannya.

"Sekarang kita cari Keano terus pulang." keduanya beranjak dari kursi dan berjalan di antara rak-rak mencari sesosok Keano.

"Tuh orangnya!"

"Ke, bangun." Sabiru menepuk-nepuk pipi teman dekatnya itu. Tidak lama Keano sadar dari acara tidurnya.

"Loh udah malem tah?" linglungnya dengan logat daerah Jogja.

"Pake nanya lagi! Dah cepetan bangun, sebelum kita tinggal." Sabiru berjalan mendahului diikuti Hana dengan Keano yang masih terduduk mengumpulkan nyawa.

"Oy tungguin gue!"


























Bersambung.
11 Juni 2023

The Girls Dorm (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang