Tugas yang pernah Sabiru, Hana dan Keano kerjakan akan dipresentasikan pada hari ini. Sabiru sudah menyiapkan segala keperluan yang digunakan nantinya.
Akibat insomnia semalam, Hana masih tertidur di pagi yang penting ini. Berulang kali alarmnya berdering, gadis itu masih tidak terusik. Justru Julie lah yang terinterupsi.
Julie melihat pintu kamar Hana yang masih tertutup. Perlahan dia mengetuknya. "Sab, alarm lo bunyi terus."
"Pagi ini dia ada kelas ngga sih?" gumamnya.
Biasanya setiap hari, Hana memang selalu membunyikan alarm yang sudah tersetting dari awal. Jadi antara ada kepentingan atau tidak, Julie juga tidak tahu.
Namun, Julie berpikir bahwa membangunkannya itu lebih baik. Siapa tau, Hana memang ada kuliah pagi ini. Akhirnya gadis itu pun membuka pintu kamar milik Hana.
Julie tidak sengaja melihat secangkir bekas kopi membuatnya menghembuskan napas. Pantas saja Hana bangun telat, pasti dia semalam habis begadang.
"Sabrina, bangun. Udah pagi," katanya sambil menepuk pelan bahu gadis itu.
Mungkin Julie harus menambah kekuatan agar Hana mau bangun. Dia mengundang tubuh Hana membuat perempuan itu terlonjak kaget. "Kenapa, Jul?! Kenapa?!"
Julie menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Lo nggak bangun-bangun, sorry."
Hana menghembuskan napasnya. Rambutnya acak-acakan. Dia menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. "Sekarang jam berapa?"
"Jam 8."
Hana melebarkan kelopak matanya. Tangannya segera meraih ponsel untuk memastikan apakah yang dikatakan temannya itu benar.
"Ya ampun, gue ada presentasi sebentar lagi."
"Buruan sana mandi," suruh Julie lantas melenggang pergi.
Hana segera berlari mengambil handuk yang berada di sampiran. Menutup pintu kamar mandi cukup keras sampai penghuni lain terheran-heran.
Sabiru yang melihat di ruangan belum ada tanda-tanda Hana datang, pria itu mendial nomor teleponnya. Hanya berdering, tidak lebih.
"Dia nggak berangkat atau gimana?" gumam Sabiru fokus ke layar ponsel.
Keano datang dan duduk di sebelahnya. "Hana mana nih? Tumben banget jam segini belum berangkat. Biasanya selalu gasik tuh anak."
"Udah gue telfon, tapi cuma berdering," jawabnya jujur.
Hana cepat cepat mengancing kemeja dan menyisir rambutnya. Menyemprotkan parfum asal-asalan bahkan sepertinya terlalu banyak.
"Berangkat dulu guys!" pamit Hana sembari berlari menuju pintu rumah.
"Yo hati-hati!"
Dia berlari menuju jalan raya sana. Setiap beberapa langkah, Hana selalu menatap jam hitam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Duhh udah ketinggalan bus nih!"
Sebenarnya nanti akan ada bus ke arah kampus yang datang lagi, tapi itu sangat menyita waktu. Akhirnya dia harus merogoh saku lebih dalam untuk naik ojek yang mangkir di pangkalan.
"Pak, antar saya ke fakultas mipa UGM ya. Cepetan ya pak!"
Hana meraih helm yang diberikan lalu naik ke atas boncengan. "Ayo pak jalan," katanya sambil menatap tukang ojek yang masih duduk di kursi sambil memegang perutnya.
"Namanya mba Sabrina kan? Yang nge kos di rumah Bu Zulaikha?"
Hana mengangguk. "Iya, Pak. Kenapa?"
"Mbak nya sewa motor saya aja ngga papa, tiba-tiba perut saya mules. Ini kuncinya." Pria itu memberikan kunci motor kepada Hana lalu melenggang pergi memegangi perutnya yang melilit.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girls Dorm (Selesai)
Teen FictionIni adalah sequel cerita 'Saya Terima Kost Putra' Setelah sekian lama menjadi pemilik kost, justru kini Hana menjadi anak kost-nya. Dia berjumpa dengan teman-teman baru yang sekarang tinggal satu atap dengannya. Seperti kisah sebelumnya, setiap pen...