[9] jangan gugup

1.2K 143 4
                                    

Ketika melihat Jeongguk yang baru saja datang, Taehyung buru-buru berdiri dan menyambut sang direktur dengan senyum manisnya. "Selamat pagi, pak."

"Selamat pagi, Taehyung." Jawab Jeongguk yang menghiasi wajahnya dengan senyum pula sebelum masuk ke dalam ruangannya.

Setelah melihat Jeongguk masuk ke dalam ruangannya, Taehyung bergegas turun ke pantry yang ada di lantai 1 guna membuatkan minum untuk Jeongguk. Ia sebelumnya sudah bertanya pada Mingyu mengenai hal ini dan ia jadi tahu mengenai minuman yang biasa Jeongguk minum setiap pagi. Lagipula ia akan melakukan apapun agar Jeongguk dapat meliriknya.

Beberapa menit Taehyung gunakan untuk membuat minum, dan membawanya dengan hati-hati ke lantai 3, tepatnya ke ruangan Jeongguk. Ia mengetuk pintu kaca di depannya terlebih dahulu dan masuk setelah dipersilahkan.

"Permisi, pak." Taehyung langsung meletakkan secangkir kopi ke atas meja kerja Jeongguk.

"Terima kasih. Tapi kamu gak perlu sampai melakukan ini."

"Ini kan juga tugas saya? Selain itu saya senang melakukannya, pak."

"Kamu bukan karyawan saya."

Ah. Taehyung terperanjat sejenak. Jadi maksudnya ia hanya anak PPL di mata Jeongguk? Itu memang benar. Tapi entah kenapa ia merasa bahwa dirinya semakin jauh dari Jeongguk setelah mengetahui fakta itu. Jadi Jeongguk sudah menarik batas antara ia dan dirinya, begitu?

Bukan Kim Taehyung namanya jika ia langsung menyerah. Ia menyunggingkan senyumnya kepada Jeongguk meskipun dadanya terasa sesak. "Tapi sekarang saya adalah sekretaris bapak. Jadi, saya akan tetap melakukannya."

Jeongguk mengehela nafas. Ia menegakkan tubuhnya sembari menatap Taehyung yang berdiri di samping mejanya. "Baiklah kalau begitu. Lakukan selama kamu mau melakukannya."

"Terima kasih, pak." Taehyung tersenyum cerah. Setelah itu ia membungkukkan sedikit tubuhnya hendak keluar dari ruangan sebelum suara Jeongguk menginterupsi, memanggil namanya. "Ya? Apa ada yang bapak butuhkan lagi?"

"Siang ini akan ada rapat. Tolong siapkan dokumen untuk rapat siang nanti. Filenya akan saya kirimkan melalui email."

"Baik pak, akan saya laksanakan."

"Terima kasih. Lalu persiapkan dirimu untuk menghadiri rapat dengan saya siang nanti."

"Baik pak."

Setelah itu Taehyung menundukkan kepalanya seraya mengangguk sebelum benar-benar keluar dari ruangan Jeongguk.

Taehyung berjalan menuju mejanya dengan langkah yang tak bersemangat. Bukan karena ia dipinta untuk menemani Jeongguk rapat, tapi mengenai batas yang Jeongguk tarik dengannya. Hanya anak PPL saja? Yang benar saja! Taehyung menginginkan lebih dari itu.

Setelah menarik nafas beberapa kali, Taehyung menyalakan komputernya dan membuka email untuk mengecek apakah Jeongguk sudah mengirimkan file yang harus dikerjakannya atau belum. Ternyata sudah terdapat beberapa file yang menunggu untuk dikerjakannya.

Baiklah, sekarang fokus dulu dengan pekerjaan. Masalah asmara bisa diurus setelah ini. Taehyung berucap dalam hati sambil mengangkat kedua tangannya yang terkepal ke udara.

.

Pukul 1 siang lebih 20 menit, telpon yang ada diujung meja berbunyi membuat Taehyung buru-buru mengangkatnya dan suara di seberang telpon sana langsung terdengar. Itu suara Jeongguk!

"Rapat akan dimulai 10 menit lagi di ruang pertemuan. Bersiaplah!"

"Baik pak."

"Jangan lupa bawa filenya. Saya tunggu di ruang pertemuan."

"Baik pak."

Sambungan diputus oleh Jeongguk setelah ia hanya berbicara apa yang perlu di bicarakan saja.

Taehyung agak sedikit kecewa karena Jeongguk tadi keluar lebih dulu saat jam makan siang dan tidak memberitahukan hendak ke mana. Yah, ia tahu tidak ada hubungan apapun di antara mereka, tapi tetap saja ia berharap bahwa sang direktur bisa menyapanya sebelum pergi.

Hah. Mau kecewa sekarang pun tak ada gunanya. Taehyung mengalihkan moodnya yang sedang kurang baik dengan menyiapkan file untuk rapat siang ini ke dalam flashdisk yang sudah disediakan.

3 menit sebelum rapat, Taehyung segera turun ke lantai 2 dan menuju ke ruang pertemuan di mana rapat akan dilaksanakan. Saat ia membuka pintu kaca di depannya, ia disambut oleh beberapa pasang mata yang memperhatikannya masuk tak terkecuali Jeongguk yang sudah duduk di tempatnya. Ia jadi membungkukkan sedikit tubuhnya sambil berjalan menuju Jeongguk untuk duduk tak jauh darinya.

Rapat dimulai dan Taehyung bertugas untuk mengoperasikan laptop yang berisi slide slide dari file yang akan menjadi bahan untuk rapat.

Semua orang yang berada di ruangan sama menperhatikan layar yang ada di depan mereka. Sesekali memperhatikan Taehyung yang terlihat gugup meski hanya untuk menekan tombol next pada slide ppt di laptop yang ada di depannya.

Setelah Jeongguk mempersilahkan para karyawannya untuk berdiskusi, pria itu menulis sesuatu di sebuah kertas kecil dan menggeserkannya pada Taehyung.

Jangan gugup. Kamu pasti bisa melakukannya.

Taehyung yang membaca tulisan itu merasa tersentuh. Kepercayaan diri yang sempat tenggelam hingga akan mencapai ke dasar kini naik kembali ke permukaan. Benar, meskipun ini rapat pertamanya tapi ia akan melakukan yang terbaik. Bahkan ia sudah berkali-kali memimpin rapat masa hanya tugas untuk menggeser slide dan mencatat hasil rapat saja tidak bisa. Aku pasti bisa!

Rapat selesai pada pukul 4 sore. Akhirnya Taehyung bisa bernafas lega membuatnya menyandarkan punggungnya yang sedari tadi menegak ke sandaran kursi.

"Kamu sudah bekerja keras. Terima kasih."

Taehyung yang mendengar perkataan itu dari Jeongguk langsung menegakkan punggungnya kembali. Ia lupa bahwa Jeongguk belum keluar dari ruangan.

"Kamu bisa beristirahat kalau lelah. Pekerjaanmu hari ini sudah selesai."

"Terima kasih, pak." Taehyung tersenyum cerah. Hari ini ia bisa pulang cepat. Ia akan menggunakan waktu istirahatnya untuk bermalasan di kantor sambil menunggu teman-temannya selesai bertugas. "Kalau begitu saya permisi."

"Silahkan."

Hah. Taehyung beberapa kali menghela nafas saat keluar dari ruang pertemuan sampai menuju lift. Berjalan dengan memasukkan tangannya ke dalam saku celana, ia jadi menyentuh sesuatu yang ada di dalamnya. Ternyata sebuah kertas yang sudah ia lipat dengan rapi. Ia tidak berani mengeluarkan kertas itu sampai pintu lift terbuka di lantai 3. Ia buru-buru menuju ke mejanya dan membuka lipatan kertas itu.

Jangan gugup. Kamu pasti bisa melakukannya.

Taehyung membaca kembali tulisan yang berada di kertas itu membuatnya tersenyum dengan semburat merah muncul di pipi.

Bagaimana bisa seseorang yang sudah membuat jarak dengannya tiba-tiba menjadi memperhatikannya? Sama seperti saat diskusi di alun-alun kemarin malam. Jeongguk memeluknya meski itu bukan hal yang disengaja. Tapi Taehyung tetap senang mengingatnya.

Ah, bagaimana ini? Sebenarnya bagaimana sifat Jeongguk yang sebenarnya? Apakah itu hanya sebagai formalitas antara atasan dan bawahan? Atau, ah, Taehyung menginginkan bahwa itu adalah tindakan yang spesial untuknya.

Meski tahu konsekuensinya, tapi berharap tidak apa kan?

Touch You || KookV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang