Deskripsi aku udh kasih peringatan ya di setiap chapter jga ada jdi jgn smpe cerita ini di report aws aja😤
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah menempuh perjalanan lebih dari dua puluh menit akhirnya mereka sampai di kediaman orang tua Haechan.
Renjun langsung turun tanpa mengatakan apapun. Mood nya mendadak buruk setelah mendengar ucapan Haechan tadi. Renjun tau dan sangat tau, meskipun Haechan tidak mengatakannya pun Renjun tau bahwa dia memang bukan lelaki baik-baik. Tapi haruskah Haechan mengatakannya di setiap pertemuan mereka?
“Ayo. Ibuku sudah menunggu di dalam.”
Haechan mengulurkan tangannya kearah Renjun dan mau tak mau Renjun menerima uluran tangan itu. Mereka berjalan masuk kedalam rumah dan Renjun langsung di sambut hangat oleh Ibu Haechan.
“Akhirnya kalian datang juga, ibu sudah menunggu sejak tadi.”
Renjun tersenyum saat Ibu Haechan menggenggam tangannya.
“Kau sangat manis, pantas saja Haechan tidak mau mengenalkan dirimu. Dia pasti takut kau di ambil orang lain.”
Renjun tertawa canggung mendengar pujian dari Ibu Haechan.
“Ayo masuk, ibu sudah memasak semua makanan kesukaanmu.”
“Ya?”
“Haechan yang mengatakan pada ibu soal makanan kesukaanmu.”
Renjun tidak mengatakan apa-apa, dia lebih memilih menatap Haechan meminta penjelasan tapi Haechan hanya tersenyum.
“Ayo makan.”
Renjun pun duduk di ikuti Haechan, dia akan meminta penjelasan dari Haechan soal ini. Seingat nya dia tidak pernah mengatakan pada Haechan soal makanan kesukaannya, jadi darimana Haechan tau soal ini?
“Jadi bisa kau jelaskan padaku darimana kau tau soal makanan kesukaanku?” tanya Renjun.
Setelah makan siang tadi mereka memutuskan untuk bicara di dalam kamar Haechan.
“Apa yang harus aku jelaskan? Bukankah sudah pernah ku katakan padamu bahwa aku tau semua tentang mu? Jadi kau tidak perlu terkejut seperti ini.”
Renjun speechless. Sebenarnya Haechan ini siapa? Kenapa dia seperti seorang pria yang tergila-gila padanya?
“Mulai sekarang kau adalah kekasihku.”
“Apa?”
“Kau adalah kekasihku sekarang! Kau adalah milikku!”
