London, Inggris...
"Hoekkk... Hah... Aku tidak mau lagi menggunakan pesawat ini!" Teriak Minsuk terus menerus mabuk.
Miraa menepuk punggung Minsuk pelan membiarkan laki-laki itu mengeluarkan segala isi perutnya. Dari jauh Luna menggelengkan kepalanya, dia baru tahu seekor gagak bisa mabuk udara. Ternyata dia lebih lemah dari para binatang yang tertawa keras menertawai Minsuk.
"Hahaha... Kau harus terbiasa Minsuk!" Sin tertawa riang.
"Iya, kau sangat lemah sebagai koloni gagak. Apakah saat kau terbang kau akan mabuk juga?" Tanya Lui.
"Sialan! Sialan kalian! Ini pertama kalinya untukku naik pesawat dan ini pesawat jet? Hoekkk... Miraa, aku tidak mau lagi naik ini!" Minsuk mengusap mulutnya.
"Untuk orang yang pertama kali naik pesawat, kau cukup hebat. Lebih baik seperti ini daripada kau terbang sendirian. Aku bisa terbang bersamamu tanpa kau kelelahan. Setelah ini kau bisa beristirahat!" Miraa memberikan minum untuk Minsuk.
"Aku lebih suka pergi denganmu daripada orang-orang itu!" Tunjuk Minsuk pada tiga makhluk hidup yang menertawakan dirinya.
Untuk Xander dan Kai mereka hanya diam saja walau Xander menahan tawanya. Setidaknya mereka tidak berbicara banyak hal. Walau Minsuk seorang gagak, tapi dia hanya hewan biasa. Dia bisa mabuk udara, ini juga pertama kalinya dia terbang menggunakan pesawat bukan sayapnya. Miraa mengusap wajah Minsuk dengan senyuman yang mengembang sempurna.
"Kita akan mencari Wooshik dan menemukan penginapan yang baik. Kau bisa beristirahat setelahnya."
"Benarkah?"
"Iya, sekarang jangan mengeluh! Kita sudah sampai disini. Sepertinya dia juga sangat merindukanmu!"
"Aku? Siapa? Wooshik? Mana mungkin, dia pasti akan mengejekku dan mencemooh kita semua yang tidak berhasil membunuhnya. Hah... Jika kita kembali ke Korea, aku ingin menonton konser denganmu!"
"Konser Alexander?" Tanya Miraa mengandeng tangan Minsuk.
"Iya! Aku selalu kalah untuk mendapatkan tiketnya. Bukankah dia teman Jieun dan Xander? Bisakah kita menggunakan mereka berdua?"
"Aku akan membelikanmu tiketnya juga apakah albumnya lagi?"
"Kau memang yang terbaik!" Minsuk memeluk Miraa.
"Cukup! Hentikan kemesraan kalian! Jadi dimana tempat orang itu sekarang?" Tanya Xander tidak sabar untuk membunuh Retoz.
Demi keluarganya, demi rakyatnya, demi istrinya, dan anak yang akan lahir. Dia harus menjaganya dan melindungi mereka yang dia sayangi. Miraa mengeluarkan handphonenya dan menelepon seseorang.
"Hallo! Siapkan mobil untuk 5 orang manusia, 1 serigala, dan 1 kucing. Cepatlah datang, aku tidak mau menunggu lama!"
🥀🥀🥀
"Mobil siapa ini?" Tanya Xander melihat interior mobil.
"Mobil perusahaan ayah! Aku meminta seseorang mengirimkan dua mobil untuk kita semua. Aku juga sudah menyiapkan hotel untuk kita tinggali." Miraa memeriksa handphonenya dan mengetik sesuatu untuk Luna.
Luna berada di dalam mobil lain bersama Kai dan dua hewan peliharaannya. Mereka akan menuju Motel Luminus, tempat Wooshik berada.
"Sebenarnya seberapa kaya keluargamu?" Tanya Xander dari bangku depan.
"Sangat kaya! Bahkan membeli rumah di tempat ini saja Miraa bisa melakukannya!" Minsuk bersandar di bahu Miraa.
"Gila! Aku harus berteman baik denganmu. Kekayaanmu berbeda level dengan kami." Xander menggelengkan kepalanya.
"Ayahku yang kaya, aku hanya putri yang menghamburkan uangnya saja! Apakah perutmu membaik?" Miraa mengusap kepala Minsuk.
"Aku ingin tidur saja!"
"Tidurlah Minsuk."
Xander menatap jalanan yang begitu ramai. Entah kenapa perasaannya menjadi tidak menentu. Apakah ini firasatnya atau hanya ketakutannya. Dia belum pernah menghadapi Retoz secara langsung, seberapa kuat dia dan apakah mereka bisa mengalahkannya?
🥀🥀🥀
"Apakah disini?" Tanya Luna turun dari mobil.
"Iya! Ayo!" Miraa lebih dulu masuk ke dalam motel.
Dia melihat seorang pria yang begitu sibuk menggosok alat pembuat teh. Beberapa kali orang itu bersenandung dan memeluknya seperti orang bodoh. Itulah yang dipikirkan Miraa. Mereka semua berhenti di depan meja dan melihat orang itu bersama.
"Apakah kau tahu kamar seseorang bernama Wooshik dan Ashlen? Mereka baru menginap beberapa hari ini!" Tanya Miraa.
"Hmm? Siapa?"
"Wooshik dan Ashlen! Apakah kau menyewakan tempat ini tanpa nama dan identitas? Begitu? Katakan dimana mereka sekarang berada. Kenapa kau melihat teko mu seperti orang gila? Hah?" Miraa mengusap wajahnya untuk menahan amarah. Entah kenapa dia merasa marah pada resepsionis tidak sopan ini.
Pria itu berhenti dan menatap Miraa sekilas tapi dia mendadak menjadi kaku saat melihat orang-orang di belakangnya. Minsuk merangkul Miraa, Sin dan Lui menatap sinis, Luna dan Kai hanya tersenyum singkat, sedangkan Xander. Dia hanya memandangi atap tanpa mau berurusan dengan mereka semua, dia merindukan Jieun dan anaknya.
"Ah... Si-apa yang kalian cari?" Tanya pria itu meletakkan tekonya pelan.
"Dua orang yang baru menginap. Mereka mungkin terlihat mencurigakan, dimana mereka?" Tanya Miraa lagi.
"Ka-mar 203! Mereka laki-laki dan perempuan, dan perempuan itu sangat aneh!"
"Hah... Jika kau menjadi resepsionis atau pemilik tempat ini perhatikan lagi pelangganmu! Apa kau akan terus menggosok teko itu dan mengharapkan jin keluar begitu saja? Apa kau kira dunia bisa seperti itu? Sialan!" Miraa mengebrak meja.
"I-ya, maaf-kan aku!"
"Kenapa Wooshik memilih tempat kotor ini? Bahkan tempat ini tidak layak untuk ditinggali oleh manusia. Sial! Dia juga membawa seorang anak kecil!" Miraa pergi dengan segala sumpah serapah keluar dari mulutnya.
Minsuk melengos pergi mengikuti Miraa dari belakang.
"Lain kali perhatian pelangganmu! Orang disana bisa membeli tempat ini! Dia kaya raya!" Bisik Luna menunjuk Miraa.
"Ayo, sayang!" Tarik Kai tidak akan membiarkan Luna berbicara panjang lebar kepada orang asing.
"Dasar anak muda! Maafkan mereka tapi kau juga salah. Kau pemilik tempat ini dan kau harus bersikap ramah! Itulah etos bekerja dengan baik!" Xander tersenyum dan pergi.
Sin dan Lui masih melihat pria itu sinis. Mereka saling pandang dan berlalu begitu saja tanpa mempedulikan tatapan orang itu.
"Jika kau masih sayang nyawa! Gunakan otakmu!" Lui membalikkan tubuhnya dan menyeringai.
"Lupakan dia Lui! Kita semua akan segera mendapatkan penginapan yang baik!" Sin terus berjalan.
Pria itu terdiam melihat dua hewan yang berbicara padanya. Apakah ini mimpi atau kenyataan? Jika ini bukan mimpi itu artinya...
"Aaaaa..."
Brukkk...
🥀🥀🥀
Salam ThunderCalp!🤗
Siapa yang nggak takut coba kalau hewan tiba-tiba omong?
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Number : The Last ( END )
FantasyKisah terakhir dari The Number. Ashlen hidup di Moonland, sebuah kerajaan yang terdiri dengan lindungan kubah yang begitu kokoh dan besar. Dia hidup seperti masyarakat lainnya tapi dia adalah anak yang berbeda. Dia tidak memiliki sihir apapun! Dia...