12. For Change

188 24 0
                                    

"Pertama, kau harus terbiasa membawa benda ini!"

Wooshik menyerahkan pedang padaku. Aku sudah terbiasa dengan membawanya ditanganku! Dulu aku juga pergi membawakan pedang Hugo saat dia berlatih pedang untuk masuk anggota ksatria. Setiap hari aku akan membawakannya untuknya. Aku adalah seorang kakak, aku sangat menyayangi Hugo walau perlahan dia menjauh dariku.

Hugo memiliki banyak teman lainnya, dia lebih sering pergi dan berbicara dengan mereka dan perlahan-lahan menjauh dariku.

Ketika aku ingin mendekatinya seperti seorang kakak kepada adik, Hugo membuat batasan untuk kami. Katanya aku membuatnya di tertawakan teman-temannya karena hanya aku anak yang tidak memiliki sihir apapun. Jadi aku memilih untuk menanam sayuran dan bermain dengan para hewan di rumah.

Saat aku melihat Hugo, dia akan memalingkan wajahnya dariku sampai saat ini. Aku pikir dia memang membenciku karena membuatnya dipermalukan. Tapi saat tahu bahwa aku adalah kakak angkatnya, aku jadi paham kenapa dia sangat marah padaku. Karena aku bukan keluarganya membuatnya mengalami masalah.

Aku juga tidak mau membebaninya! Sungguh tidak ingin.

Tapi waktu telah berakhir.

Aku ingin pergi dari tempat itu dan memulai hidup baruku. Hidup tanpa bayang-bayang masa lalu. Begitu juga dengan Wooshik! Aku rasa kami memiliki sebuah kesamaan. Memperbaiki hidup yang memuakkan!

"Kita akan pergi kemana?"

"Ke atas gunung! Disana memiliki tempat yang luas untukmu berlatih pedang. Waktu kita hanya dua minggu, kau harus bisa menggunakannya untuk melindungi dirimu sendiri."

"Dua minggu?"

Itu waktu sebentar!

Mana mungkin aku bisa menggunakan alat berbahaya ini? Bahkan Hugo butuh waktu bertahun-tahun untuk menjadi seorang ahli pedang. Tidak mungkin bisa. Mustahil!

"Kau yakin aku bisa?" Tanyaku penasaran.

"Iya! Aku sangat yakin!"

"Jadi, aku harus apa?"

"Temukan gunung itu! Aku menunggumu disana!" Wooshik berubah menjadi kelelawar dan meninggalkanku begitu saja.

Apa dia serius membuatku berada di tempat ini? Aku memperhatikan sekitar dan pergi ke arah depan. Mungkin di atas sana aku menemukan gunung yang Wooshik maksud. Tapi tetap saja ini pertama kalinya aku memasuki hutan gelap ini! Bagaimana mungkin aku menemukannya!?

Dasar laki-laki kelelawar itu!

Aku tidak mau disini! Dimana dia? Dimana tempat itu?

"Gukkk... Gukkk..."

Apa itu?

"Gukkk... Gukkk..."

Anjing? Oh, tidak! Anjing hutan jauh lebih berbahaya untuk manusia lemah ini. Aku berlari sekuat tenaga yang kubisa. Kata beberapa orang di pasar, anjing hutan atau anjing liar memiliki tingkah tidak biasa. Mereka akan menjadi buas dan cenderung melukai manusia. Bukan itu sana. Bisa saja mereka memiliki penyakit gila yang bisa ditularkan. Jika sampai tergigit hanya ada kematian!

Aku tidak mau mati sebelum mendapatkan rumah impianku dari Wooshik! Dia harus memberiku rumah dulu!

Tidak!

Tidak!

Ini demi rumah! Uang! Kenyamanan dimasa depan!

Aku harus bisa!

🥀🥀🥀

"Hah... Hah..."

Brukkk...

Aku tidak bisa lagi berdiri, kakiku sangat lelah dan letih. Bahkan aku sulit bernapas setelah berlarian ke atas gunung dengan seekor anjing besar mengejarku. Dia terus melolong dan membuatku semakin takut untuk berhenti. Tempat ini juga sangat jauh! Sejak kapan Wooshik memilih tempat ini untuk berlatih?

"Kau sangat lama! Apa saja yang kau lakukan? Tidur?"

Aku ingin mengumpat!

"Hah... Anjing... Mengejarku... Aku... Tersesat!"

"Bangun, kau masih harus berlatih pedang!"

"A-pa kau... Gila?" Aku mendongak melihatnya yang sama sekali tidak merasa kasian padaku.

Lihatlah tubuh tidak seberapa ini!?

Lihat betapa aku sangat kesakitan sampai kakiku merasa perih. Mungkin aku tidak sengaja menginjak ranting tajam atau duri. Aku lebih suka terluka daripada mati tergigit anjing.

"Ayo! Saat kau bertarung, kau tidak bisa menyerah seperti ini! Kau harus melindungi dirimu sendiri saat aku menghabisi mereka satu persatu."

"Kau mau membunuhku?"

"Cepat Ashlen! Jika aku sibuk bertarung apakah kau akan diam saja? Seseorang pasti akan melukaimu bahkan mereka akan membunuhmu. Berdirilah!"

Mulutku sangat ingin berbicara kotor pada laki-laki ini.

Tubuhku mencoba bangkit dengan bertemu pada pedang. Ternyata tidak sulit jika tubuhku tidak selemah ini. Wooshik mengambil pedang baru, tunggu darimana dia mendapatkannya?

"Kau mencuri?"

"Oh ini? Dari adikmu, ini milik adikmu."

"Hah! Apa?"

Adikku? Hugo!??

"Saat dia pergi aku mengambilnya! Kemarin juga aku mengambil beberapa uang dari dalam kamarnya, beberapa obat, pakaian, juga sepatu. Ukurannya lumayan walau sedikit kekecilan. Tapi ini bagus untuk dipakai!" Wooshik menunjukan sepatu milik Hugo yang sering kubersihkan.

Sepertinya laki-laki ini berniat merampok rumah itu sedikit demi sedikit. Apakah ayah dan ibu tidak tahu tentangnya? Bagaimana dengan Hugo jika tahu benda-bendanya hilang satu persatu. Dia pasti sangat marah ketika pedang kesayangannya hilang tanpa jejak.

"Wooshik! Apakah kau tidak diajari untuk tidak menjadi pencuri?"

"Tapi mereka lebih dulu mencuri uangmu, jadi aku hanya mengambil benda disana. Ini sangat adil!"

"Aku tahu. Tapi bagaimana jika mereka curiga padamu? Kau... Kau itu! Hah... Sudahlah! Jadi apa sekarang?"

"Pegang pedang itu!"

"Sudah!" Aku memegangi pedang seperti saat Hugo melakukannya.

"Kakimu berdirilah dengan tegak, lemaskan bahumu! Cobalah ayunkan pedang itu!" Perintah Wooshik.

Kaki tegak, bahu lemas, dan ayunkan pedang. Seperti ini? Aku melihat Wooshik yang menggeleng padaku. Coba lagi saja, kaki tegak, bahu lemas, ayunkan! Seperti ini?

"Bagaimana?" Tanyaku.

"Lakukanlah lagi sampai kau bisa. Jika aku belum menghentikanmu, kau harus melakukannya lagi dan lagi!"

Lalu yang benar bagaimana?

Apakah seperti ini? Ini? Ini?

Aku terus mengayunkan pedang tanpa henti. Terus mengayun sampai tanganku begitu pegal. Kakiku juga gemetaran dan napasku kian sulit. Udara semakin tipis. Aku terus menghirup oksigen rakus.

Ini sangat sulit!

Aku ingin pingsan!

"Hah... Apakah belum?"

"Teruslah berlatih!"

Lagi?

Baiklah, demi rumah impian dan uang yang banyak! Tidak apa-apa melakukannya lagi dan lagi. Waktu kami hanya dua minggu saja. Aku harus bisa membantu untuk kami keluar nanti. Aku harus bisa!

Saat-saat itu jauh lebih menyakitkan.

Saat cambuk ayah menyentuh kulitku, itu jauh lebih menyakitkan! Jadi, aku pasti baik-baik saja.

Iya, ini bukan masalah.

🥀🥀🥀

Salam ThunderCalp! 🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

The Number : The Last ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang