"Bagaimana?"
Penampilanku saat ini terlihat baik-baik saja. Gaun biru muda tanpa lengan dengan kalung yang kupilih membuatku terlihat lebih cantik. Aku juga mengambil tas putih dan memakai sepatu putih. Aku sudah siap menonton film!
"Kau yakin memakai sepatu itu?"
"Kenapa? Ini bagus!"
"Hah!" Wooshik menunduk dan berlutut di depanku. Dia mengikat tali sepatuku dengan benar. Aku hanya asal memakainya. Aku juga tidak bisa memakai sepatu berhak tinggi. Rasanya kakiku sakit dan aku sulit untuk berjalan.
Jadi sepatu ini pilihan yang terbaik.
Aku bisa berlari tanpa takut terjatuh!
"Apa kau tidak kedinginan? Bahumu terlihat!"
Bahu? Gaun ini memang seperti itu! Bahuku akan terlihat jelas tapi aku bisa menutupinya dengan rambut panjangku. Apa salahnya dengan ini? Wooshik melepaskan jaketnya dan membantuku mengenakannya.
"Pakai ini!" Wooshik menarik resleting ke atas dan menutupi tubuhku.
Apa gunanya aku memakai gaun jika harus tertutup seperti ini?
"Tapi gaunku cantik!"
"Aku tahu! Tapi tidak!"
"Wooshik sekarang musim panas! Apakah kau ingin aku mati kepanasan? Jaket ini juga sangat panas!"
"Dulu saja kau selalu memakai gaun panjang lalu kenapa kau mengeluh saat ini?"
Pakaianku dulu memang panjang tapi tipis! Aku tidak bisa membeli pakaian yang jauh lebih tebal lagi. Tapi jaket ini bahkan begitu tebal! Aku menggeleng pada Wooshik, aku tidak mau!
"Tidak! Ayolah, Wooshik! Semua gaunku di lemari seperti ini!"
"Aku akan memilihnya!" Wooshik pergi menuju kamarku.
Apakah dia ingin menghabiskan waktu dengan pakaian saja? Aku duduk di tepi tempat tidur dan menunggunya memilih pakaian untukku. Dia terus mencari dan mencari tanpa lelah. Untuk apa dia bekerja keras memilihnya? Apakah baginya penampilan itu penting?
Wooshik mengambil sesuatu dari dalam dan menyerahkannya padaku. Sebuah kaos coklat panjang dan celana jeans.
Apakah dia serius?
"Wooshik!"
"Pakai ini dan aku akan menunggumu untuk sarapan! Jangan ada penolakan! Aku sama sekali tidak suka!"
"Ck... Baiklah! Tunggu aku di luar! Kau sangat menyebalkan! Ini hanya pakaian saja!"
"Tapi kau terlihat... Arghttt... Maafkan aku, Ashlen! Aku tidak suka memperlihatkan bagian tubuhmu pada orang lain!" Wooshik memalingkan wajahnya.
"Untuk apa aku memperlihatkan tubuhku kepada orang lain? Aku hanya ingin menunjukkannya padamu saja! Aku ingin kau melihatku memakai gaun cantik bukan untuk orang lain. Kupikir kau akan suka melihatku memakai gaun!" Aku menunduk dalam.
Apa aku salah?
Aku bukannya ingin menunjukkan tubuhku kepada orang lain, bukan. Aku hanya ingin Wooshik tahu saja. Mungkin dia akan memujiku cantik lagi. Aku memainkan tanganku tidak tahu harus berkata apa lagi.
Kenapa denganku ini? Aku juga tidak tahu.
"Pergilah, aku akan memakai pakaian ini!" Usirku.
Wooshik mendekat sampai berada didepanku. Dia menunduk dalam dan membuatku bisa tahu wajahnya yang sedang menatapku.
"Ashlen! Aku ingin kau tahu sesuatu!"
"A-pa i-tu?" Tanyaku terbata-bata.
Kenapa dengan tatapan Wooshik? Tatapannya seakan memenjarakanku dan membuatku tidak bisa bergerak. Rasanya tubuhku menjadi kaku dan begitu kaku!
"Aku sudah menahannya sejak tadi Ashlen!"
"A-pa kau ingin meminum darahku?" Tanyaku.
"Bukan. Bukan darah."
"La-lu apa?"
Wooshik menyentuh leherku dan membuatku mendongak padanya. Senyuman terbit di bibir Wooshik membuatku semakin bergidik ngeri. Apa yang ingin dilakukan Wooshik?
"Sejujurnya kau pasti akan marah tapi hari ini aku akan melakukannya!"
"Melakukan ap..."
Mataku membulat saat sesuatu menyentuh bibirku. Begitu hangat dan lembut sampai aku lupa bahwa ini sebuah kenyataan. Wooshik menciumku, mencium bibirku dan memberikan sensasi aneh pada tubuhku. Aku hanya diam saja tanpa tahu harus berbuat apa untuk kondisi seperti ini. Wooshik mendorong tubuhku sampai aku terjatuh di tempat tidur. Dia terus menciumku dan memaksa sesuatu yang masuk ke dalam rongga mulutku.
Apa ini?
Aku memegangi lengan Wooshik, ini aneh. Perasaan ini aneh. Wooshik berhenti dan bangkit dengan bibirnya yang penuh dengan pewarna bibirku.
"Hari ini lupakan saja kencan di luar! Bagaimana dengan menonton film di tempat ini?"
"Hah..."
Apa yang dia katakan?
Otakku belum bisa memproses apa yang terjadi pada kami. Wooshik menciumku dan dia...
"Arghttt... Apa yang kau lakukan padaku? Kenapa kau menciumku dan apa tadi? Mulutku... Aku apakan mulutku! Rasanya... Apakah kau baru saja memakan kue coklat?" Tanyaku dengan wajah yang sudah pasti merah.
"Kurasa begitu! Bagaimana rasanya?" Tanya Wooshik menaikkan sebelah alisnya.
"Rasanya? Kau masih bisa bertanya bagaimana rasanya?"
"Hmm... Apakah manis? Apakah jantungmu berdebar-debar? Apakah suhu tubuhmu meningkat? Kau merasakannya juga bukan?" Wooshik mengusap bibirnya dan mendekat padaku lagi.
"Kenapa kau melakukan ini?" Tanyaku begitu takut.
"Untuk apa lagi? Kenapa seseorang mencium orang lain?" Tanya Wooshik membalikkan pertanyaanku.
"Karena untuk menunjukkan... Itu... Apa? Hmm... Tapi kita bukan sepasang kekasih! Kau tidak bisa melakukannya padaku, Wooshik!"
"Aku bisa! Jadilah kekasihku, Ashlen! Aku menyukaimu!"
Deggg... Deggg...
Menyukaiku? Wooshik menyukaiku?
Aku menatap mata Wooshik, dia tidak berbohong lagi kan? Karena jika begitu aku tidak memiliki alasan lain untuk menolaknya. Aku... Aku juga suka padanya. Aku menyukai saat berada didekatnya selama ini. Dia yang menolongku dan menjagaku. Mataku memanas mengingat semua hal tentang Wooshik.
"Aku juga, aku juga menyukaimu Wooshik! Aku juga!"
"Aku tahu! Karena jika kau menolakku, kau pasti sudah menamparku saat ini."
"Pernyataan cintamu sangat jelek!"
Tidak romantis!
Sangat jelek!
"Aku terpaksa, kau membuatku semakin gila! Sialan! Maafkan aku, Ashlen! Sepertinya aku melanggar janjiku padamu."
"Hmm?"
Wooshik mengangkat tubuhku untuk berada di dalam gendongannya. Memangnya janji apa? Wooshik memiringkan wajahnya dan menciumku lagi. Ciuman yang begitu lembut dan mengalun seperti sebuah air. Aku mengalungkan tanganku padanya dan menciumnya juga. Entah janji apa yang ingin dia langgar tapi aku tidak masalah untuk melanggarnya juga.
Kenyataannya aku sama sekali tidak keberatan.
Wooshik mengusap rambutku dan menciumku berulang kali sampai kami harus dihentikan dengan suara ketukan pintu.
Tokkk... Tokkk...
"Tuan, Nona Park Miraa ingin menemui anda!"
🥀🥀🥀
Salam ThunderCalp!🤗
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Number : The Last ( END )
FantasyKisah terakhir dari The Number. Ashlen hidup di Moonland, sebuah kerajaan yang terdiri dengan lindungan kubah yang begitu kokoh dan besar. Dia hidup seperti masyarakat lainnya tapi dia adalah anak yang berbeda. Dia tidak memiliki sihir apapun! Dia...