23. Winner?

128 22 1
                                    

Pranggg... Bughhh...

"Waktumu habis, Reid!"

Suara ini? Wooshik?

Aku membuka mata dan melihat Wooshik berdiri di dekatku dengan pedang terangkat menghadap Reid. Tapi dimana kapak tadi? Dimana itu? Aku melihat ke berbagai arah dan menemukan kapak yang tertancap pada tembok. Apakah Wooshik yang menyelamatkanku? Beberapa waktu yang lalu aku sempat melupakannya!

"Apa? Apa? Aku akan membunuh kalian berdua! Sialan!" Reid mengangkat kedua tangannya tapi beberapa orang ksatria muncul bersamaan. Mereka mengelilingi Reid dengan pedang mereka.

"Cukup, waktunya habis!" Ucap salah satu orang.

"Berhentilah! Kalian bertiga yang memenangkan pertarungan hari ini!" Seorang perempuan melirikku dan tersenyum.

Apakah aku menang? Kami menang? Aku menghembuskan napas lelah dan menatap langit lagi. Lain kali aku ingin menghajar Reid!

"Ashlen! Kau baik-baik saja?" Wooshik menyentuh wajahku.

"Iya! Tapi... Tubuhku! Aku lelah!"

"Sudah pasti! Sejak tadi kau hanya berlari kesana-kemari seperti seekor tikus. Tapi kau cukup menghiburku!"

"Menghibur? Apa yang kau lakukan tadi?" Tanyaku mulia marah.

"Aku sudah berjuang selama 20 menit! Apakah itu kurang?" Tanya Wooshik mengangkat tubuhku.

"Tapi menit-menit terakhir adalah yang menentukan! Kau harus berterima kasih padaku! Jika bukan aku, pasti kita kalah hari ini! Lihat, aku sampai tidak bisa bergerak! Kau harus membayarku lebih! Ingat, kau memiliki banyak sekali hutang padaku!"

"Aku akan membayarnya setelah kita berhasil keluar! Tapi terima kasih untuk kau yang menyelamatkanku!"

"Hmm... Harusnya sejak tadi! Tanpa pedangpun aku bisa menang!" Aku tersenyum penuh kemenangan.

Reid menurunkan tangannya dan menatap kami berdua sengit. Aku ingin mengatakan hal-hal kotor padanya. Mungkin seperti Wooshik!

"Bagaimana mengatakan dia bodoh tanpa dia tahu?" Bisikku pada Wooshik.

"Reid pabo!"

"Ah, Reid pabo! Shibal! Wlekkk..." Aku menjulurkan lidah pada Reid.

"Kauuu!!!" Reid menunjukku dengan wajahnya yang memerah.

Bahkan tanpa sihir, aku bisa menang!

Inilah gunanya memiliki otak daripada otot!

"Aku lapar, Wooshik Oppa! Kau harus memberiku makan lebih dulu! Aku sangat lapar dan mengantuk! Bangunkan aku jika kita akan pergi ke dunia luar. Aku sangat ingin melihat mobil dan apapun itu. Aku ingin melihat semuanya!"

"Kalau begitu tidurlah lebih dulu, Ashlen! Sekarang waktunya aku yang menjagamu! Jadi beristirahatlah!" Bisik Wooshik tepat di telingaku. Begitu lirih dan lembut menusuk telingaku.

Kenapa aku menjadi mengantuk mendengar suaranya? Tapi ada satu hal yang perlu aku kagumi darinya. Saat aku membuka mata dan melihatnya menggunakan pedang itu. Dia 1000% terlihat lebih tampan dari biasanya.

"Hmm... Iya."

Aku sangat senang sekarang.

🥀🥀🥀

"Makan pelan-pelan Ashlen! Apakah kau ingin membuat aku malu?" Tanya Wooshik menutup wajahnya.

"Kewahpa?" Aku menelan berbagai macam hidangan dari kerajaan.

The Number : The Last ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang