CHAPTER 29

2.1K 198 12
                                    

Seharusnya chapter ini aku upload pagi, tapi karena pagi ini akunya bangun kesiangan dan kelupaan dengan upload ini chapter yaa begitulah...

Ada dua bayi yang harus aku kelonin tadi malam, tapi aku kesiangan karena cuaca pagi ini cukup mendukung untuk narik selimut lagi abis subuh.

Selamat menikmati ceritanya 😉

Selamat menikmati ceritanya 😉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Freen POV

"P'Freen!!"

Aku mendengar Becky memanggilkan dengan cukup keras, kenapa dia terlihat begitu marah? Bahkan dia berjalan kesini dengan menghentak-hentakkan kakinya. Aku rasa saat aku meninggalkannya di kursi tadi, dia masih tersenyum manis kepadaku. Tapi kenapa sekarang dia terlihat seakan ingin menerkam ku?

"P'Freen kenapa kamu lama sekali? Aku lapar, dan siapa wanita ini?" Dia menyilangkan tangannya didepan dadanya.

"Dia Heidi, kami pernah bertemu di bar sebelumnya. Dan kebetulan dia sedang ada syuting untuk kontes kecantikan disini. Dia juga menawarkan projek besar padaku, karena aku cukup paham dalam produk kecantikan. Dan kemungkinan aku akan mensponsori beberapa wanita disini." Aku memberikan penjelasan yang sangat panjang kepadanya.

"Yah P'Freen minum terlalu banyak malam itu, saat itu aku sedang membicarakan urusan bisnis dengannya, tapi kamu tiba-tiba datang dan menariknya keluar. Aku jadi tidak memiliki kesempatan untuk memberikan penawaran itu kepadanya." Ucap Heidi yang berbicara kepada Becky. Yah, dia memanggilku Phi, karena usia dia yang lebih muda dari aku.

"Penawaran? Penawaran apa!" Kali ini aku mendengar Becky menaikkan suaranya.

Aku mulai melihat beberapa pasang mata mulai menoleh ke arah kami, aku tidak ingin menarik perhatian banyak orang, terutama pada wartawan. Karena mereka bisa saja membuat berita palsu tentang Becky yang ribut di taman hiburan. Aku harus menenangkannya sebelum semuanya terlambat.

"Becky, tolong kecilkan suaramu. Orang-orang bisa mengira kita sedang bertengkar." Aku mengusap-usap lengannya untuk meredakan emosi kekasihku ini.

Aku melihat Becky mengerutkan keningnya, wajahnya juga mulai memerah seperti sedang menahan emosinya yang siap untuk meledak. "Aku ga mau!! Kepalaku pusing!! Kita pulang sekarang!!" Becky mulai berbalik dan berjalan meninggalkan kami.

Ooh.. tidak bisa seperti ini, keadaan akan semakin rumit jika aku tidak menurutinya sekarang. "Nong Heidi, ini kartu namaku. Kita bisa membicarakannya lagi di kantorku besok setelah jam makan siang, oke?" Aku menyerahkan kartu namaku, agar dia bisa menghubungiku untuk urusan pekerjaan.

"Tentu saja P'Freen, sampai jumpa besok." Dia mencium pipiku. Hmm, tampaknya dia tipe orang yang suka dengan sentuhan dan suka menempel pada orang lain.

"Heii... Becky tunggu."

Aku mencoba mengejarnya, tapi dia sangat cepat dan sama sekali tidak berniat menungguku. Akhirnya dia sampai di dekat mobilku dan berhenti disana, kali ini dia menungguku membuka kunci mobilku tapi aku tidak akan melakukannya. Jelas sekali dia masih marah padaku, aku perlu berbicara dengannya. Melihat dia masih menyilangkan lengannya di depan dadanya membuatku merasa gemas.

The CEO and the artistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang