Ch 10: Ajari Aku, Daddy

15.6K 88 8
                                    

Sinopsis:

Jessica adalah gadis SMA yang polos. Ia menjadi ejekan teman-temannya karena masih perawan dan tidak berpengalaman. Merasa kesal, Jessica memutuskan untuk belajar tentang hal ini kepada pria yang dipercayainya. Siapa lagi jika bukan ayahnya. Ayah tiri tentunya.

Cuplikan:

Jessica hanya bisa terbengong sementara ketiga temannya mengobrol. Mereka sedang berjalan ke tempat parkir sepulang sekolah ketika pembicaraan bergerak menuju pengalaman seks, membiarkan Jessica yang masih perawan menjadi satu-satunya yang tidak paham.

"Maksudku... ayolah, kita semua tahu bagaimana enaknya merasakan penis di antara kedua kakimu," Merry berkata sambil tertawa.

Tapi tawa gadis itu langsung berhenti ketika melihat Jessica.

"Ups, sorry Jess." Merry menatap temannya dengan rasa bersalah. "Aku lupa bahwa kau masih perawan. Kau pasti tidak pernah melihat bagaimana bentuk penis sebelumnya."

"Tentu saja pernah," Jessica menjawab dengan wajah memerah.

"Gambar dan film tidak termasuk, Jess." Teman mereka yang lain, Anna menyahut.

"Aku pernah melihat secara langsung, kok." Jessica menjawab dengan penuh percaya diri. Ia sedang berbohong tentu saja.

"Apakah kau pernah menyentuhnya?" Kini Diandra bertanya.

"Ya!" Suara Jessica yang melengking membuat ketiga temannya cekikikan.

"Seperti apa kalau begitu rasanya memegang benda itu?"

Jessica kelabakan mencari balasannya. "Uhm... se-seperti ke-keras se-seperti terong—"

Tawa ketiga temannya langsung pecah.

"Terong?" Merry mengulang sambil masih tertawa cekikikan. "Bukan timun? Atau bengkoang sekalian?"

Wajah Jessica yang memerah tertolong ketika akhirnya suara klakson mobil ayahnya terdengar.

Keempat gadis menoleh.

Pria yang ada di belakang kemudi melambai ke arah Jessica dengan wajah tersenyum.

"Aku sudah dijemput," Jessica berkata ke arah teman-temannya sambil menghela napas lega. "Bye, guys!"

"Aku tidak keberatan melihat bagaimana bentuk benda yang ada di sela pahanya," Anna berkomentar sambil tertawa nakal menatap pria yang menjemput Jessica.

Merry dan Diandra ikut tertawa cekikikan.

"Ya, Jess," Merry menambahi. "Ayah tirimu tidak hanya tampan tapi juga seksi. Aku tidak keberatan menjadi ibu tirimu."

Mengabaikan komentar teman-temannya, Jessica berjalan menuju mobil ayahnya dan masuk.

"Hai, Daddy," Jessica menyapa begitu duduk dan menutup pintu.

"Hai, Jess," Mike membalas sambil mulai menjalankan mobilnya. "Apa yang sedang kalian bicarakan sambil tertawa cekikikan di sana?"

Wajah Jessica kembali memerah. Mike menikahi ibunya ketika ia masih berumur 10 tahun. Meski akhirnya keduanya cerai, Mike kadang masih menjemputnya sepulang sekolah. Tidak jarang, Jessica juga masih menginap di rumah pria itu, seperti hari ini.

"Oh... hanya masalah tidak penting," Jessica membalas sambil memalingkan wajahnya. Malu karena kini benaknya tidak bisa berhenti memikirkan tentang penis ayah tirinya.

"Kuharap bukan masalah pemuda di sekolahan, Jess," Mike membalas sambil menaikkan AC di dalam mobil. "Kau tahu sendiri pemuda jaman sekarang suka macam-macam dan tidak bertanggung jawab."

"Daddy...," Jessica menyela sambil tertawa dan kembali menoleh ke arah Mike. "Aku tidak punya pacar. Kau tahu itu."

"Benarkah?"

"Ya. Aku tidak berminat dengan pemuda-pemuda di sekolah. Mereka semua kekanak-kanakan."

Mike tertawa. Suaranya yang rendah membuat bulu kuduk di tengkuk Jessica merambat naik.

"Gadis pintar," pria itu memuji sambil menepuk paha Jessica.

Hal simpel yang membuat semakin banyak desiran mengalir di dada Jessica.

"Bagaimana kalau kita makan diluar malam ini?" Mike menawarkan. "Kita bisa pergi ke restoran burger yang kau suka."

"Asik." Wajah Jessica langsung berbunga-bunga. Lupa sudah pembicaraannya dengan ketiga temannya tadi siang.

Hingga malam tiba dan Jessica hendak tidur.

Mengenakan baju tidurnya, kaos longgar se-paha, percakapannya tadi siang dengan Diandra, Anna dan Merry kembali marayap dalam benak Jessica.

Diakui Jessica, teman-temannya tidak salah. Ayah tirinya adalah pria yang tampan. Mata biru, rahang kokoh, bahu tebar, badan kekar. Mata wanita sering mengikuti pria itu ketika ia lewat. Apalagi ketika mereka melihat ayah tirinya mengenakan setelan rapi jas dan celana panjang.

"Sialan," Jessica menggumam dengan suara kesal.

Ia pun turun dari kasurnya dan mengendap ke kamar ayah tirinya yang ada di sebelah.

"Daddy?" Jessica memanggil sambil melongok ke dalam kamar. "Apakah kau sudah tidur?"

Mike yang sudah berbaring di kasurnya menaikkan punggungnya.

"Jess?" Mike membalas sambil mengusap wajahnya yang sudah setengah tertidur. "Apa yang terjadi?"

"Uhm... bolehkan aku bertanya sesuatu?"

"Ya, tentu saja." Mike menyibak selimutnya dan menepuk ke samping kasurnya yang lebar. "Tanya apa, Sweetheart?"

Jessica melompat naik dan duduk di atas kasur.

"Uhm...," Jessica terlihat ragu untuk menjawab dan memalingkan wajahnya.

"Jessica, sayang...." Mike meraih pipi anak tirinya dan memalingkannya kembali ke arahnya. "Kau bisa bertanya apapun kepadaku. Kau tahu kan?"

Jessica menghela napas. "Tapi hal itu memalukan."

"Memalukan?"

"Ya," Jessica membalas. "Dan kau pasti marah."

Mike memajukan wajahnya agar bisa menatap wajah Jessica.

"Aku tidak akan marah, Baby."

Mata Jessica mengerling penuh cahaya.

"Janji?"

"Janji."

"Uhm.....baiklah." Jessica memainkan ujung kaos longgarnya dengan jarinya sambil menunduk. "Bi-bisakah... kau menunjukkan penismu?"

Hampir Mike tersedak napasnya sendiri.

"Menunjukkan apa?" ia bertanya seakan tidak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan putri tirinya sendiri.

-------------------------------cut-------------------------------

Complete version ada di karyakarsa atas nama: dfedfe

Link di profile




Unholy [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang