Ch 7 Babydoll

16.8K 71 3
                                    

Matthew tanpa sengaja melihat payudara iparnya suatu hari.

Mereka sedang berada di ruang tengah menonton televisi ketika bayi yang digendong Sonia mendadak menangis. Bukannya masuk ke kamar, dengan santainya wanita itu melepaskan kancing blouse yang dikenakannya dan menarik keluar kedua payudaranya yang tidak terbungkus bra keluar.

Hampir Matthew tersedak bir yang sedang ditenggaknya ketika melihat benda bulat putih itu terpampang di depannya.

Pikiran Matthew tidak lagi konsentrasi pada pertandingan basket yang ditontonnya melainkan beralih ke lekukan tubuh Sonia yang seksi. Bayi wanita itu kini menyedot salah satunya dengan asiknya, sementara rembesan susu menetes dari ujung payudara Sonia yang lain.

Sontak tenggorokan Matthew terasa kering. Matthew menelan ludahnya dengan keras. Kulit payudara Sonia yang mulus dan putingnya yang kecoklatan bengkak menggoda Matthew untuk ikut melekatkan bibirnya dan menghisap seperti bayi yang kini malah meraih payudara ibunya yang bebas dan memainkan ujungnya dengan jemarinya yang kecil.

"Tidak adil! Itu seharusnya adalah foul! Apakah wasitnya buta!" Sonia menjerit ke arah televisi sambil mengangkat tangannya ke atas memprotes. Dada wanita itu ikut bergoyang karena gerakannya yang mendadak.

Sialan. Penis Matthew yang berdiri tegak sejak wanita itu duduk kini berdenyut tidak karuan. Betapa ia ingin membenamkan wajahnya di antara kedua dada wanita itu dan menjalankan lidahnya melintasi puting Sonia yang besar.

Tapi tentu saja Matthew tidak bisa melakukannya. Tidak hanya karena apa yang diinginkannya adalah hal yang berdosa, unholy, wanita itu adalah milik Jeff. Adiknya yang tidak berguna.

Bagaimana mereka bisa tinggal bersamanya jika ia tidak pernah akur dengan Jeff.

Well... Beberapa bulan yang lalu, Jeff mendatanginya untuk meminta tolong. Usaha pria itu bangkrut dan kini ia kehilangan rumahnya. Tentu saja ia tidak punya pilihan selain membiarkan Jeff dan keluarganya tinggal di rumahnya. Tidak mungkin ia membiarkan saudara kandungnya sendiri luntang-lantung di jalanan dengan istri dan anaknya yang masih bayi, bukan?

"Hanya hingga aku bisa mendapatkan kontrakan, Matt. Tidak lebih dari seminggu," Jeff berkata ketika itu.

Yang benar saja. Sudah hampir enam bulan dan keluarga Jeff masih berada di rumahnya.

Matthew menganggap Jeff pria pemalas yang suka cari gampangnya, sementara Jeff menganggap Matthew sok tahu. Tapi Matthew memang lebih tahu. Buktinya bukan ia yang mengalami kebangkrutan hingga kehilangan rumah.

Mungkin sudah waktunya ia mendapatkan sesuatu sebagai bayaran karena sudah membantu Jeff.

Kejantanan Matthew berdenyut memikirkan apa yang hendak dilakukannya. Ia akan menjadikan Sonia miliknya, sekaligus mengajari adiknya cara menjadi seorang pria.

***

***

Matthew baru saja pulang dari kantor suatu malam. Ia melihat Sonia sedang duduk di sofa mengenakan gaun tidurnya yang tipis dan menerawang sambil membaca buku.

"Selamat malan, Sonia," Matthew menyapa sambil berjalan ke arah kabinet di dapur. "Di mana Jeff?"

"Hai, Matt," Sonia membalas dengan suaranya yang merdu. "Biasa. Keluar dengan teman-temannya."

Matthew mendengkus. Sudah tidak punya uang, masih juga keluyuran dengan teman-temannya.

Tapi baguslah. Mungkin kini ia mempunyai kesempatan untuk melakukan rencananya.

"Ia akan pulang malam lagi?" Matthew bertanya sambil menuangkan jus ke dalam dua gelas.

"Mungkin."

"Kau pasti kesepian kalau begitu. Apakah bayimu sudah tidur?"

"Ya. Ia ada di kamarnya. Dan aku tidak kesepian," Sonia menjawab tanpa menaikkan kepala dari buku yang dibacanya. "Aku ada buku yang menemaniku. Peduli apa Jeff pulang atau tidak."

Matthew meraih sebungkus bubuk putih dari dalam saku celana dan menuangkannya ke dalam salah satu gelas jus. Ia kemudian mengaduknya dengan sendok dan membawanya ke arah Sonia.

"Jus jeruk?" Matthew bertanya.

Sonia menaikkan kepalanya. Matanya yang gelap terlihat bersinar ketika wanita itu tersenyum.

"Oh! Thanks, Matt," Sonia berkata sambil menyesap minuman yang baru diterimanya.

Lagi kejantanan Matthew mengencang melihat apa yang dilakukan Sonia. Sabar....

Matthew berjalan menuju sofa yang ada di seberang Sonia dan mendudukkan dirinya ke atasnya. Ia bisa merasakan ujung kejantanannya yang mulai basah sementara Sonia kembali menenggak jus di tangannya hingga habis.

"Haus?" Matthew bertanya sambil tertawa lebar.

Sonia meletakkan gelas ke atas meja yang ada di depannya sebelum kemudian menaikkan tangannya ke arah bibirnya.

"Uhm... apakah jusnya terasa aneh menurutmu, Matt?" Sonia bertanya.

"Tidak. Punyaku tidak terasa apa-apa," Matthew menjawab sambil menenggak gelas yang ada di tangannya. "Jus ku berasal dari botol yang sama denganmu."

"Oh... ok.... tapi aku merasa sedikit pusing."

Sonia meletakkan bukunya ke atas meja dan terlihat pucat. Wanita itu menatap ke bawah sambil berusaha melonggarkan ikatan gaun tidurnya seakan benda itu membuatnya sesak napas.

Sonia menyandarkan kepalanya ke belakang sofa dan memejamkan matanya sementara Matthew tidak bisa berhenti mengamati belahan dada Sonia yang menyembul sebagian.

Matthew menatap jam tangannya. Petunjuk mengatakan obat akan langsung bekerja dalam hitungan menit. Uang yang dikeluarkannya tidak sia-sia rupanya.

Matthew berdiri dari kursinya dan berjalan menuju Sonia. Ia kemudian menjulurkan tangannya menarik ikatan gaun tidur yang dikenakan Sonia.

"A-apa yang kau lakukan?" Sonia bertanya dengan wajah memerah dan suara serak. "M-mengapa badanku tidak bertenaga?"

Sonia mencoba menyikut Matthew. Tapi tanpa tenaga, perlawanan wanita itu tidak berarti.

Matthew tidak membalas. Ia hanya menyelipkan tangannya ke dalam gaun Sonia dan menyeret kain sutra itu terlepas.

"M-Matt, kumohon hentikan," Sonia berkata.

"Aku sudah menunggu terlalu lama," Matthew membalas.

"Kita tidak seharusnya... kumohon, Matt. Stop."

Matthew meremaskan tangannya ke dada Sonia dan lenguhan terlepas dari bibir Sonia yang tebal.

"Oh.... sialan, Matt. Hentikan. Apa kau sudah gila? Aku adalah istri adikmu," wanita itu memohon.

Matthew menidurkan lagi tubuh lemas Sonia ke atas sofa sambil mengamati tubuh polos wanita itu. Bulu halus berwarna hitam yang lebat menghiasi bagian atas lipatan Sonia.

Matthew belum bisa melihat celah wanita itu, tapi tidak masalah. Ia menyukai penampilan natural wanita itu. Jaman sekarang hampir sulit mendapatkan seorang wanita yang membiarkan bulu halusnya tumbuh seperti seharusnya. Kebanyakan mencukur habis hingga tidak bersisa. Matthew merasa bercinta dengan anak-anak.

Matthew meraih salah satu payudara Sonia dan meremasnya sambil menjalankan ibu jarinya mengelilingi puting Sonia. Tonjolan coklat itu langsung membengkak dan kaku sementara Matthew memainkannya tanpa henti. Jemarinya memencet dan susu merembes keluar. Luar biasa.

-------------------------------cut-------------------------------

Complete version ada di karyakarsa atas nama: dfedfe

Link di profile

Unholy [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang