Ch 5 Benjamin Greyson

15.9K 100 21
                                    

Lucy mengira ia adalah wanita paling bahagia di dunia ketika pria yang dipacarinya selama tiga bulan melamar untuk menikahinya.

Manuel Delgado adalah gambaran pria sempurna. Kaya, tampan, dewasa, dan murah hati. Tidak hanya bersedia membayar biaya pengobatan ibunya yang sakit-sakitan, di awal pernikahannya dengan pria itu, Manuel juga memanjakan Lucy dengan segala kemewahan. Perhiasan, mobil mewah, makan malam di Italy, snowboarding di pegunungan Appalachian, menginap di Maldives, tidak ada yang tidak bisa dibeli oleh uang Manuel.

Sayangnya, sesuatu yang indah kadang harus berakhir tanpa akhir bahagia.

Pada usia pernikahan mereka yang baru seumur jagung, Manuel dituduh melakukan penggelapan pajak. Seluruh harta benda pria itu disita. Tanpa memiliki kekayaan sepeserpun, satu-satunya yang dimiliki Manuel hanyalah istrinya yang muda dan cantik.

Untuk menutupi hutang-hutangnya yang menumpuk, Manuel memaksa Lucy untuk melacurkan diri.

Dari situlah Lucy bertemu dengan Benjamin Greyson, pria yang kemudian membelinya dan mengubah hidupnya dalam satu malam.

***

***

CHAPTER 1: Datangnya Iblis

Manuel sedang duduk di ruang depan, membaca koran sambil menenggak sebotol bir, sama sekali tidak mengindahkan suara-suara yang datang dari kamar.

Pria itu sudah terbiasa dengan suara geraman dan lenguhan yang mengiringi bunyi hentakan berirama dari rangka ranjang di kamarnya. Hanya suara istrinya sedang melayani pelanggan mereka.

Suara geraman kasar menggema dengan kerasnya dalam rumah, sebelum kemudian sepi.

Manuel meletakkan botol bir ke atas meja sambil melirik ke arah jam di dinding. Tepat sejam. Sesuai dengan waktu yang di bayar pria itu untuk meniduri Lucy, pikir Manuel.

Benar saja, tak lama pintu kamar Lucy terbuka dan seorang pria setengah baya berjalan keluar.

Manuel langsung berdiri dari tempat duduknya dan menyelipkan koran yang tadi dibacanya ke ketiak.

"Apakah semua sesuai dengan yang anda inginkan, Tuan?" Manuel bertanya dengan wajah tersenyum lebar. Rambutnya yang berwarna coklat tersisir klimis di atas kepala, tertahan oleh krim rambut yang dipakai pria itu setiap hari.

"Oh... ya... ya...," pria setengah baya itu mengangguk sambil menarik resleting celananya yang masih terbuka. Perutnya yang agak buncit terlihat di sela kancing kemejanya yang kekecilan. "Seperti biasa, ia terlihat cantik, tapi...." Pria itu terlihat ragu sejenak. "Entahlah, ia terlihat lelah hari ini," pria itu melanjutkan sambil menarik dompet tebal dari saku celananya.

"Lelah?" Manuel bertanya tanpa sadar mengepalkan tangannya dengan erat.

Pria itu menarik beberapa lembar uang dan menyerahkannya kepada Manuel.

"Ya, ya. Tidak seceria biasanya," pria itu menjawab. "Entahlah... Mungkin kau bisa memberitahunya lain kali aku kemari? Aku senang ketika melihat pelacurku bersemangat ketika bercinta denganku. Tidak lemas seperti orang kurang tidur."

"Ah, tentu saja, Tuan Richard. Aku akan pastikan Lucy bersikap baik lain kali anda berkunjung," Manuel berkata sambil memasukkan uang ke dalam sakunya. "Sungguh saya minta maaf akan ketidaknyamanan ini."

"Baiklah, Manuel. Aku percaya kau akan mengurusnya. Jujur, Lucy adalah wanita paling cantik dan paling penurut yang pernah kubeli. Ia biasanya selalu memuaskanku... uhm... kecuali hari ini."

Manuel membungkukkan tubuhnya sambil terus meminta maaf hingga pria itu berjalan keluar dari rumahnya.

Begitu pintu tertutup, senyuman di wajah pria itu langsung menghilang dan kemarahan muncul sebagai gantinya.

Unholy [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang