Ch 14. Turun Pangkat Jadi Pelayan

6.9K 35 1
                                    

Sinopsis:

Masih kisah Pak Dion dan Linda. Atas ajakan Dion, Linda ikut hadir dalam meeting perusahaan. Kesempatan yang kemudian digunakan Dion untuk bermain-main dengan wanita itu.

Melalui ponselnya, Dion memerintahkan Linda untuk melakukan hal-hal aneh selama meeting berlangsung.

***

Sepanjang akhir pekan, Linda tidak bisa berhenti memikirkan tentang bosnya, Dion Gumilar.

Bayangan akan apa yang dilakukan Dion kepadanya, organ besar pria itu memenuhi mulutnya, berdenyut sebelum menyemprotkan pelepasannya ke dalam tenggorokan, membuat jantung Linda berdebar dan celahnya basah. Semakin ia memikirkan hal itu, semakin ia merasa kepanasan.

Linda benci perasaan itu. Ia benci Dion yang memaksanya untuk menjadi wanita murahan. Menurutnya, apa yang dilakukan Dion tidak sopan dan tidak profesional. Ia adalah wanita baik-baik dan Dion sudah memperlakukannya layaknya wanita rendahan.

Meski demikian, tetap saja Linda tidak bisa memungkiri bahwa ia menginginkan lebih dari Dion. Lagipula, bukannya ia bisa menolak Dion. Pria itu mengancam hendak memecatnya jika menolak. Apa yang bisa dilakukannya selain menurut? Karena itu lah, meski Linda sudah mulai mengirimkan resume ke beberapa perusahaan lain, ia terpaksa kembali ke kantor di hari senin.

Supervisor Linda, John, tidak berkata apa-apa ketika wanita itu tiba. Pria itu hanya menatap dada Linda dengan pandangan panas sambil menelan ludah.

Mengingat apa yang terjadi minggu lalu, pria itu mungkin berharap untuk mendapat tontonan gratis atau semacamnya. Sayangnya John sedang tidak beruntung. Dion tidak lagi memerintahkannya untuk memamerkan dadanya kepada John.

Linda baru saja hendak menyalakan komputernya ketika pintu ruangan Dion membuka.

Semua orang menoleh ketika Dion Gumilar berjalan keluar. Pria itu terlihat segar, dengan kemeja hitam yang memeluk badannya yang jangkung dan fit. Rambutnya yang hitam tersisir rapi dan dagunya yang keras terlihat bersih habis dicukur.

Pria itu mengedarkan pandangannya ke segala arah sebelum berkedip dengan penuh kejahilan begitu menemukan Linda di mejanya.

"Linda," Dion memanggil dari tempatnya berdiri. "Aku akan mengadakan meeting sebentar lagi dengan beberapa orang dari marketing. Aku butuh seseorang untuk mengambil catatan selama pertemuan."

Linda mengedip menatap pria itu.

"Saya kan bukan sekretaris Bapak," Linda menyahut. "Lagipula saya masih banyak pekerjaan."

Entah mengapa Linda berani menolak seperti itu. Ia hanya kesal kepada Dion. Bukannya ia bisa menolak juga sebenarnya. Ia hanya ingin Dion menghargainya.

Namun bukannya marah, Dion hanya nyengir.

"Pekerjaanmu adalah melakukan apapun yang saya perintahkan, termasuk menjadi pelayan John jika perlu," Dion menjawab dengan santainya. "Apakah kamu ingin menjadi pelayan John?"

Ancaman Sang Bos membuat mata John membesar. Pria itu langsung menoleh ke arah Linda dengan pandangan penuh rasa penasaran.

Linda buru-buru menggeleng. "Tidak, Pak."

"Bagus," Dion membalas. "Bawa catatanmu dan temui aku di ruang kantorku."

"Ya, Pak," Linda membalas dengan wajah menunduk.

Dion membalik dan kembali masuk ke ruangan.

Linda melihat dua wanita berbisik-bisik sambil tertawa cekikikan di beberapa meja sebelah.

Sambil menahan panas di wajahnya, Linda buru-buru meraih kertas dan alat tulis sebelum berdiri dan berjalan menuju ruangan bosnya.

Dion sudah duduk di kursinya begitu Linda masuk. Pria itu mendongak untuk mengamati pakaian Linda sebelum bertanya. "Kamu tidak memakai pakaian dalam kan?"

Unholy [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang