PS - 7

4.3K 214 2
                                        

"Papi sama Mami kok tiba tiba kesini?" tanya Paul.

Semua orang tengah duduk di ruang keluarga, Paul dan Nabila, Abi dan Umi, juga Papi dan Mami.

"Mami cuman penasaran gimana kehidupan kamu di Jakarta, Mami takut kamu ga ke urus disini" ucap Mami dengan enteng tanpa melihat sekitar dimana Abi dan Umi Nabila juga ada disana. Apa maksud perkataan nya?

"Tau nih Mami kamu, ada ada heran. Orang kamu malah makin sehat kalo Papi liat" sahut Papi.

Mami Paul memutarkan bola matanya malas karena ucapan Papi barusan. "Kamu sering makan fastfood? Setiap hari makan makanan dari luar?" tanya Mami sekali lagi.

"Enggak kok Mi, allhamdulilah Kak Paul sejak disini selalu makan masakan Nab" jawab Nabila dengan senyuman di bibirnya.

"Bener kata Nabila? Nabila masak buat kamu?"

"Bener Mi, Nabila selalu masak buat aku" ujar Paul sambil menatap Nabila, "Paul suka banget sama masakan Nabila, ga kalah enak sama masakan Mami"

"Haha tenang aja Mi, Nabila walaupun masih sangat muda dia udah jago masak jago beberes, dia ngerti kok sama tanggung jawabnya" tutur Umi tiba tiba dengan tawa nya yang sedikit di paksakan.

"Bagus deh Umi kalo begitu, namanya juga orang tua ya Umi, anak yang sejak kecil bareng kita yang kita rawat dengan sepenuh hati tiba tiba nikah sama wanita kecil kaya Nabila ini" kata Mami sambil menatap Nabila.

"Saya juga begitu kok, apalagi Nabila ini anak perempuan pertama saya, saya juga sayaaang banget sama Nabila, semampu saya Nabila saya makmurkan selama hidupnya" Umi menjeda kalimatnya, "Eh tiba tiba anak Mami dateng ke rumah minta Nabila jadi istrinya, karena Nabila mau dan Paul juga menyanggupi syarat Abi jadi saya lepas deh anak kesayangan saya"

"Yang biasanya saya manja sekarang harus memanjakan orang lain, suaminya. Yang biasanya dimasakin sekarang harus masakin suaminya. Yang biasanya sibuk sama dunianya sekarang hidup berdampingan dengan dunia baru"

"Nabila emang perfect banget. Ga salah emang anak Papi milih istri" cetus Papi.

"Mami ga seharusnya bilang seperti itu, Mami meragukan pilihan Paul? Paul yang seharusnya mendapat pertanyaan dari Umi, apakah putrinya makan dengan benar? apakah putrinya istirahat cukup? apakah putrinya selalu ceria setiap saat? Kok malah Paul yang di tanya tanya" heran Paul, tidak juga kunjung berubah batin nya.

Mami Paul sejak awal Paul bercerita ingin menikah dengan gadis yang baru lulus sekolah, dengan gadis berusia 18 tahun sudah sangat keberatan. Dia sama sekali tidak yakin kalau anak nya bisa terurus oleh anak kecil seperti Nabila. Tapi demi kebahagiaan anak nya dia memberikan restu dengan hati yang masih berat.

"Mi" Nabila menghampiri Mami Paul lalu duduk di karpet tepat di depan Mami dan meletakkan tangannya di lutut Mami. "Nabila tau kalau umur Nabila masih sedikit, tapi dengan Nabila menerima Kak Paul sebagai suami Nabila, Nabila sudah siap menanggung tanggung jawab yang akan Nabila hadapi. Nabila memang masih harus banyak belajar banyak hal dalam pernikahan ini, jadi Nabila mohon sama Abi dan Umi juga Papi terutama Mami untuk mendampingi Nabila, Nabila dan Kak Paul ingin menjadi keluarga yang sempurna dengan dukungan kalian"

Mami Paul mendengarkan Nabila berbicara menatapnya sendu. Ternyata menantu kecil nya ini memang sudah besar dan siap, pikiran nya sudah sangat dewasa. Tangan Mami mengenggam tangan Nabila dan menyuruhnya berdiri untuk duduk di sebelahnya.

Dengan suara bergetar karena menahan tangisnya, Nabila menatap Mami dan menggenggam tangannya, "Kalau Nabila dan Kak Paul tidak mendapat dukungan sepenuh nya dari orang tua kami berdua, bagaimana nanti kami akan bisa berhasil menjadi keluarga seperti yang Abi Umi dan Papi Mami bayang kan"

"Iya nak iya" Mami kemudian memeluk Nabila erat, air mata nya menetes ketika melihat Nabila. "Maafin Mami yaa? Nabila memang pantas untuk Paul, kalian berdua sama sama beruntung memiliki masing masing dari kalian. Jangan berusaha terlalu keras ya Nabila? Mami sekarang ngerti kenapa Paul memilih Nabila untuk dijadikan istri"

Abi dan Umi saling pandang dan tersenyum penuh arti. Sedangkan Paul sendiri hanya bisa terdiam dengan wajah yang sudah tak terkondisikan. Antara sedih dan bahagia, melihat istri dan Mami nya kini saling menyayangi.

"Emang dasar Mami ini! Menantu cantik Papi jadi nangis gara gara Mami" ucap Papi mencoba mencairkan suasana.

"Besan juga nangis tuhhh" imbuh Abi sambil menunjuk pada Papi yang ternyata ikut terharu dengan adegan Nabila Mami barusan.

"Kelilipan ini besann... mana ada jantan nangis" elak Papi.

"Rumah bersih gini kok kelilipan sih pi??" tanya Mami.

"Selalu bersih karna Nabila yang sibuk setiap hari beberes rumah" kata Paul.

"Emang hebat anak ku ini" ucap Mami sekali lagi memeluk Nabila.

"Anak Umi juga itu" ucap Mami tak rela.

"Anak Abi dong, kan bibit nya dari Abi" perkataan Abi mampu membuat Umi mencubit perut gendud Abi. "Aduhh aduhh"

Semua tertawa melihat Abi yang kesakitan karena dicubit. Habis nangis langsung ketawa. Inilah keluarga.

"Gini gini, biar kita ga rebutan anak. Anak anak ini suruh bikin anak! Allhamdulilah kalo dikasi empat ya kann? Biar pas semua nyaa" cetus Papi memberi ide yang briliant.

Semua orang langsung menatap pada Paul dan Nabila secara bergantian. Mereka berdua yang ditatap menjadi salah tingkah. Apalagi Nabila yang kini pipinya menjadi semerah tomat.

"Mohon bersabar bapak bapak ibu ibu, masih dalam proses pembuahan" ucap Paul, "Jadi minta doa nya ajaa yang banyak sekalian tunjangan tunjangan nya kalo boleh"

Nabila menepuk jidatnya merasa malu. Terang terangan banget suami nya ini, didepan para orang tua lagi. Dasar tidak tahu malu, batinnya.

.
.
.
.
.

TINGGALKAN JEJAK


PANAROMA SERIES (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang