PS - 16

3.1K 229 9
                                    

Terhitung seminggu sejak kepulangan mereka dari baby moon dan honey moon dadakan itu. Mereka melakukan trip panjang mengelilingi Indonesia, dari Bali, Banda Neira, Labuan Bajo, Raja Ampat, Surabaya, Malang, bahkan ke Aceh.

Kini waktunya mereka mulai beraktifitas seperti biasanya, seperti di kediaman Paul dan Nabila saat ini. Nabila sedang rempong rempong nya karena ia dan Paul bangun kesiangan.

Nabila kewalahan mengurus Paul yang akan berangkat kerja dan memasak juga membereskan rumah.

"Biebii" panggil Paul dari kamar.

Nabila yang sedang memasukkan baju kotor ke dalam mesin cuci buru buru menaiki tangga dan berlari menghampiri Paul. "Iya bii??"

"Tolong pasangin dasi aku"

Helaan nafas terdengar sangat berat dari Nabila, dia dengan telaten memasang dasi untuk suaminya itu. "Biebii bisa loh pasang dasi sendiri"

"Tiap hari kamu yang masangin, aku jadi lupa bii"

"Hmm" Nabila memberikan sentuhan ajaibnya agar Paul terlihat sempurna, "Udah ganteng"

"Makasi biebii" ucap Paul laku mengecup kening Nabila.

Nabika tersenyum hangat pada Paul sebelum ia teringat kalau dia sedang menggoreng ayam di dapur. "ASTAGFIRULLAH AYAAMMM"

Buru buru Nabila meninggalkan Paul dan berlari kencang menuju dapur. Benar saja seperti dugaan Nabila, tidak hanya ayamnya tetapi wajan nya juga ikut hangus terbakar.

"Kenapa bii?? Ada apa? Ayam kenapa?" tanya Paul yang tiba tiba sudah berdiri di belakang Nabila.

"Ayamnya jadi abu... Nab ga sengaja bikin ayam nya di kremasi"

Paul susah payah menahan tawanya sekarang, dia melihat di atas kompor ada tempat ayam itu bersemayam. Semuanya gosong hangus terbakar dan hanya menyisakan tulang tulang yang remuk menjadi abu.

Nabila hanya menatap kosong ke arah wajan juga ayam nya yang sudah lenyap. "Udah gapapa ikhlasin yaa bii" ucap Paul mencoba menenangkan istrinya itu.

"Nabila ga tega sama ayam nya bii"

"Kok gitu? kan dari awal ayam nya juga mau kamu masak buat dimakan" heran Paul.

"Nab ngebayangin spekta yang gosong jadi abu"

"Spekta ayam aku?"

Nabila mengangguk dan menatap Paul dengan pout di bibirnya. "Jangan sampe doooong! Spekta udah aku rawat seperti malika masa mau di gosongin juga?"

"Udah udah, mending ayo kita cari sarapan di luar aja. Hari ini kamu temenin aku kerja"

"Ahhh... ga mau ah! Disana Nab ngang ngong ngang ngong doang"

"Udah ayooo, ga ada waktu buat ngang ngong ngang ngong, disana kamu harus ngerjain tugas kuliah kamu yang numpuk"

Nabila semakin merengek saat bahunya di dorong paksa oleh Paul.

"Inget kamu sendiri yang minta kuliah online!!"

"Kerjain di rumah aja yaa??" tawar Nabila berbalik badan dan menunjukkan puppy eyes miliknya.

Tangan Paul menutup wajah mungil Nabila, "Tidak untuk hari ini. Yang ada bukannya selesai malah asyik tiktok an sampe lupa waktu"

Sengaja ia menutup wajah Nabila karena ia paling tidak bisa kalau Nabila sudah melakukan jurusnya itu.

Nabila memilih meninggalkan Paul dan berjalan dengan menghentak hentakkan kakinya. Tak lupa mulut nya yang masih maju itu tidak berhenti ngedumel.

"Liat aja, besok spekta mau aku jadiin opor ayam!"

"Hah!!?? Apa bii? Coba ulangin!!"

Nabila yang panik menoleh ke belakang sebentar dan langsung melarikan diri dari Paul. "Kok bisa denger ya? Padahal kan lumayan jauh. Kaya limbad deh. Eh! Kok limbad ya??" batin Nabila.

Berbeda di kediaman Rony dan Salma. Mereka berdua sedang menikmati sarapan yang sudah di siapkan Salma feat Bi Onih pagi ini.

"Kamu selama hamil ga mual mual Ca?" tanya Rony di sela makan nya.

Salma menggeleng dan menelan makanan di mulut nya dengan cepat, "Allhamdulilah engga Mas, ga bisa bayangin aku mual mual tiap hari terus lemes tak berdayaah... haduhhhhh mana bisa awak badan ku ini menerimanyamenerimanya??"

Rony terkekeh, "Bukannya lemes kamu makin hari makin fresh Ca, makin semangat, makin berenergi"

"Gitu ya??"

"Berarti anak Mas pinter ga bikin kamu susah" ucap Rony laku mengelus perut Salma.

"Anak kita Mas, bukan anak kamu doang!" ujar Salma tak terima.

"Aheeyyy anak kita nihhhh, mau punya anak nih kita?"

Kini Salma yang tertawa dengan tawa khas nya itu, "Bwahahaa, apaan sih Mas!"

"Selama ini sejak aku pertama kali kenal sama kamu Ca, aku selalu mikir gini, bisa ya cewe kaya Caca ini jadi ibu? gimana ya nanti kalo cewe kaya Caca ini jadi ibu? beneran ini cewe kaya Caca bakal jadi ibu suatu hari nanti?"

"Heh! Maksud kamu apa Mas??" tanya Salma sewot.

"Hahaha, ga ada maksud apa apa Ca"

"Aku dulu juga mikir lo Mas pas pacaran sama Mas"

"Apaan tuh??" tanya Rony penasaran.

"Bisa ga ya cowo lemes, lempeng, kaku, kulkas kaya Rony ini jadi suami gue? Gimana ya kalo dia jadi bapaknya anak anak gue? Apa bisa ya dia hamilin gue?"

"Astaghfirullah Ca!" Rony sedikit kaget dengan ucapan Salma barusan, dia tertawa untuk kesekian kalinya. "Heh! Kamu pikir Mas ini cowo apaan!!?? Emang bener Mas lemes? Masih kurang dibuat hamil mbak??"

"Bwahahahaa!! Ya Allah ga kuat astagfirullah"

Tawa Salma semakin kencang mengisi ruangan. Tangannya tak berhenti menggeplak Rony dan meja di hadapan nya.

"Waduh waduhh!! Ngetawain apa sih?? Kok seru banget keliatannya?" Bi Onih tiba tiba datang membawakan sepiring melon dan apel yang sudah di potong potong.

"Caca ini lo Bi, masa Rony dibilang lemes lempeng??"

"Ihhh Ca, Kalo lemes ga bakal ada bayi di perut kamu Ca" ujar Bi Onih semakin membuat Salma ngakak.

"Heh heh! Udah ketawanya, nanti sakit perut" tegur Rony mengkhawatirkan Salma yang kalau sudah tertawa akan sulit untuk berhenti.

"Aduhh!!" pekik Salma sambil memegang perutnya.

"KAAANNN!!" Rony langsung menghampiri Salma dan berjongkok ikut memegang perut Salma. "Sakit? Yang mana?"

"Keram itu Ca, ayo tarik napas dalam-dalam terus di hembusin pelan pelan" ujar Bi Onih.

"Tarik nafas Ca" ucap Rony.

Salma mengikuti perkataan Bi Onih, dia mulai mengambil nafas dalam dalam dan menghembuskan nya pelan. Dia berulang kali melakukan nya sampai merasa perutnya terasa lebih rilex.

"Udah? Gimana?" tanya Rony khawatir.

Salma hanya mengangguk, Rony bangkit dan mencubit kecil pipi Salma yang semakin gembul. "Inget lagi hamidun wahai Salmidun"

.
.
.
.
.

TINGGALKAN JEJAK

oh iya ada yang masih penasaran sama
usaha tidak mengkhianati hasil / hasil tidak mengkhianati usaha

dua dua nya bener kok guys, point nya sama usaha dan hasil

Kalo kata pepatah Arab
Man Jadda Wa Jadda

JANGAN LUPA VOTE N KOMEN

PANAROMA SERIES (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang