Berlatih

297 53 13
                                    

Setelah sampai dalam ruang rekreasi aku memilih untuk mengistirahatkan diriku sejenak dengan duduk di salah satu sofa dekat perapian.

Nyaman sekali hanya duduk dan melihat api dan bunyi gemericiknya yang menenangkan. Lambat laun batangan kayu akan habis dilahap api, jika dilihat dari sini entah kayu yang terlalu lemah atau api yang terlalu kuat hingga mereka malah menjadi abu di akhir.

Aku menggeleng kepala dan bersandar pada sofa berusaha mengalihkan pikiranku dari berpikir sesuatu yang tidak seharusnya aku pikirkan.

Rasa malas menjalar tubuhku membuatku enggan pergi ke kamar. Ketika giliran menatap jendela kaca besar langit malam terlihat dari sini. Indah tapi punya aura tersendiri, andai kata aku bisa memilih warna langit malam saat ini, mungkin aku tidak ingin memilih warna ini.

Winky... Harry... Blibli... kembar Weasley ditambah Cedric tadi.
Banyak hal aneh yang terjadi secara bertubi- tubi. Tahun ini benar-benar tahun yang menyenangkan tapi juga berusaha mencekikku dengan teka- teki yang rasanya tersusun rumpang sekali. Tahun ini memang lain tidak seperti tahun sebelumnya.

Winky, aku harap dia akan baik-baik saja. Mr Crouch seperti apapun tampangnya tapi Winky terlihat sayang padanya jadi besar kemungkinan tetap ada sisi baik Mr Crouch yang akan sulit kami tembus sebagai orang awam yang hanya bertemu dengannya beberapa kali. Jadi semoga Winky baik-baik saja.

Kembar Weasley. Aku yakin sekali saat di kandang burung hantu mereka menyembunyikan sesuatu tapi bahkan sulit bagiku membagi pikiranku dengan masalah mereka. Aku merasa kurang enak hati karena kurang peduli. Tapi pasti George akan cerita denganku diakhir, jadi alih- alih berpikir hal- hal buruk seperti yang dipikirkan Ron mungkin aku akan percaya pada mereka saja.
Aku yakin sejahil apapun mereka, mereka tidak akan melakukan hal ilegal.

Blibli, Blibli, Blibli. Sulit sekali menemukan dia, sulit sekali memberi dia kaos kaki itu, tentu aku tahu bahwa memeberinya kaos kaki sama saja menawarinya kebebasan, masalahnya dia mau atau tidak.

Aku ingin memberinya kebebasan karena aku tahu nyawanya terancam disini. Hogwarts semakin lama semakin mudah disusup rasanya. Seperti kata Neville waktu di danau bahwa rasanya ada yang aneh dengan Hogwarts kali ini, sulit bagiku untuk membantah hal itu karena aku memang merasakan hal yang sama.

Aku berharap bisa bertemu dia barang kali sekejap. Karena hingga detik ini nyatanya aku masih tetap saja memikirkan dia.

Aku merasa kegelapan mulai menelanku dan ketika membuka mata bukan ruang rekreasi lagi yang kulihat. Tapi pohon besar di luar. Malfoy ada di sana, dia di atasnya.

Dia bersiul begitu melihatku sambil tersenyum menyebalkan seperti biasa. Dia meloncat dari atas pohon dan mendarat dengan sempurna
"Ayo lihat cowokmu!" Kata Malfoy bersemangat. Aku tahu dia lebih mendukung Cedric daripada Harry tapi dia terlihat aneh sekali.

Dia menggandengku dan anehnya aku mau- mau saja digandeng dirinya. Bukan seperti aku yang biasa.

Kembar Weasley terlihat sibuk menjajakan barang- barang mereka sesekali. Tribun mulai heboh dengan sorakan- sorakan dan iringan alat musik yang tidak ramah bagiku. Aku merasa tertekan disini. Bukan karena suasana ramainya tapi juga karena Cedric dan Harry. Jantungku berdegub keras sekali bahkan rasanya sampai tersalur di telingaku.

" Kau kenapa?" Tanya Malfoy yang duduk disampingku.

" Dimana Cedric?" Tanyaku tercekat tiba-tiba. Suaraku bahkan tidak keluar saat ini.

" Kenapa?" Tanya Malfoy bingung.
Aku menatapnya bingung dengan apa yang terjadi saat ini.

" Hey.." Kata Malfoy pelan tidak menatapku lagi dia berdiri dan berjengit kemudian dia mengambil tanganku. Rasa dingin karena cemas tersalur disana.

Our Golden Time | Cedric Diggory Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang