Setelah peristiwa malam tersebut, kami langsung kembali ke tenda. Mr Weasley memaksa kami untuk langsung tidur.
Dalam pikiran yang sangat kacau, aku merasakan baru saja terlelap tidur namun sudah dibangunkan oleh Hermione.
Mr Weasley menggunakan sihir untuk mengepak kedua kemah, dan kami meninggalkan bumi perkemahan secepat mungkin.
Kami kembali ke Bukit Stoatshead sebelum matahari terbit. Kami berjalan melintasi Ottery St Catchpole dan menyusur jalan setapak berembun menuju The Burrow dalam keremangan subuh, hanya sedikit sekali bicara karena kami amat letih, dan merindukan sarapan.
Ketika berbelok di sudut dan The Burrow tampak, terdengar jeritan bergaung jalan setapak.
"Oh, syukurlah, syukurlah!"
Mrs Weasley yang rupanya sudah menunggu kami di halaman depan, berlari menyongsong kami masih memakai sandal kamarnya, wajahnya pucat dan tegang, tangannya mencengkeram Daily Prophet yang tergulung. "Arthur... aku cemas sekali... cemas sekali..."
Dia merangkul leher Mr Weasley, dan Daily Prophet terjatuh dari tangannya yang lemas ke tanah.
Kepala beritanya adalah TEROR DI PIALA DUNIA QUIDDITCH, lengkap dengan foto hitam-puth Kegelapan yang berpendar di atas pepohonan.
"Kalian tak apa-apa," Mrs Weasley bergumam memandang kami semua.
Dan betapa herannya semua orang ketika dia
menarik Fred dan George dan memeluk mereka begitu eratnya, sampai kepala keduanya beradu."Ouch! Mum... kami tercekik nih..." "Aku memarahi kalian sebelum kalian berangkat "
kata Mrs Weasley, terisak."Itulah yang memenuhi pikiranku! Bagaimana kalau Kau-tahu-Siapa berhasil menangkap kalian, dan kalimat terakhir yang kuucapkan pada kalian adalah OWL kalian tidak cukup tinggi? Oh, Fred... George..."
"Sudahlah, Molly, mereka tak apa-apa," kata Mr Weasley menghibur.
Ketika kami semua sudah berdesakan di dapur kecil itu, Aku dan Hermione telah membuatkan secangkir teh amat kental untuk Mrs Weasley, dan Mr Weasley.
Harry memberi isyarat pada kami bertiga untuk naik ke kamar Ron.
" Hedwig belum datang membawa surat untukku" Kata Harry, panik.
" Kau memberi tahu Sirius soal lukamu?" Tanyaku penasaran.
" Yeah" Jawab Harry sambil menutup pintu.
" Bagus Harry" Tambah Hermione.
Tapi Harry kelihatan khawatir, " Tidak apa Harry, Semua akan baik-baik saja" Katakku sambil mengusap punggungnya.
" Itu cuma, mimpi buruk." Kata Ron.
"Aneh, kan?... Bekas luka- ku sakit dan tiga hari kemudian Pelahap Maut berpawai dan simbol Voldemort muncul di langit lagi"
"Berani taruhan Sirius akan tahu apa yang harus dilakukan!" Kata Ron.
"Mudah-mudahan dia cepat membalas suratku," kata Harry.
"Tetapi kita tidak tahu di mana Sirius... dia bisa
Saja di Afrika atau di mana saja, kan?" kata Hermione masuk akal."Hedwig tak akan mampu menempuh perjalanan sejauh itu dalam waktu beberapa hari." Tambahku.
"Yeah, aku tahu," kata Harry, terlihat masih sedih.
"Ayo ikut main Quidditch di kebun buah, Harry," ajak Ron. "Ayo... tiga lawan tiga, Bill dan Charlie dan Fred dan George akan main... Kau bisa mencoba Wronski Feint..."
"Ron," kata Hermione, dalam nada menurutku-kau- sama-sekali-tidak-peka, "Harry tidak ingin main Quidditch sekarang... Dia sedang cemas, dan capek... Kita semua perlu tidur..."
"Yeah, aku mau main Quidditch," kata Harry tiba- tiba. "Tunggu, kuambil dulu Firebolt-ku."
" Dasar cowok" kataku sambil memandang keluar jendela.
Setelah melihat mereka bertanding, aku duduk di salah satu kursi dapur dan membersihkan luka di lutut yang jatuh kemarin.
" Sakit ya?" Tanya George, menghampiri diriku.
" Sudah lumayan kering" Jawabku " Masih basah itu" Sanggahnya.
" Selalu saja ceroboh" Katanya, kemudian membantuku membersihkan luka.
Suasana diliputi kesuraman sampai akhir-liburan.
Ketika kami terbangun pada hari keberangkatan ke Hogwarts, hujan lebat masih menerpa jendela.
ketika aku memakai rok dan sweterku aku menatap jendela malas rasanya.Kami pergi ke stasiun diantar Mrs Weasley dan Bill dan Charlie. Mulanya kami menaiki taksi yang super-duper harus sempit-sempitan.
Kami semua memberi salam dan pelukan kepada Mrs Weasley. Kemudian kami kembali ke komparatemen kami.
Ron membuka kopernya, " Ngapain sih Mum membawakanku ini" Katanya sambil mengeluarkan jubah pestanya yang merah dan menyelubungkan ke sangkar pig, burung Ron.
Di sampingnya duduk Hermione yang sedang fokus membaca Daily Prophet.
Terdengar "Anything for the troli? Anything for the troli?" Ron buru-buru mengais kantongnya.
"Ada yang ingin di beli dari troli?"
"Sepaket droobel's dan satu permen tongkat akar manis." Kata Ron lancar dari jendela komparatemen
" Setelah kupikir Droobel's saja deh" kata Ron lemas ketika sadar uangnya tidak cukup. Aku berdiri ingin membayarkan dan melihat apa yang di jual di troli.
" Tak apa biar aku yang bayar, jangan cemas" Kata Harry, sungguh Harry benar-benar loyal sekali.
" Kau ingin apa (y/n)" Tanya Harry ketika aku mendekat.
" Coklat Katak satu" Kataku sambil mengacungkan satu jari.
Tiba-tiba Cho datang " Aku mau dua Pasty Labu" kata Cho pada penjualnya dan sambil tersenyum kepada kami.
Harry menatapnya penuh arti, aku menyenggolnya sambil membuka bungkus coklat katak. Harry hanya tersenyum dan mengernyit padaku sambil membayar permen ketika Cho sudah pergi.
Hogwarts Express mulai mengurangi kecepatannya dan akhirnya berhenti di stasiun Hogsmeade yang gelap gulita.
Ketika pintu-pintu kereta membuka, gemuruh guntur terdengar. Hermione membungkus Crookshanks dalam mantelnya dan Ron membiarkan jubah pestanya tetap menyelubungi sangkar Pigwidgeon ketika mereka turun dari kereta dengan kepala menunduk dan mata menyipit menerobos hujan.
Aku membawa sangkar Bagak dengan hati-hati karena tertutup mantel. Hujan sekarang demikian lebatnya sehingga seakan berember-ember air dingin diguyurkan ke atas kepala kami.
"Hai, Hagrid!" teriak Harry, melihat siluet sosok raksasa di ujung peron di kejauhan, aku ikut melambai. "Baik-baik saja, Harry, (y/n)?"
Hagrid balas berseru, melambai."Sampai ketemu di pesta kalau kami tidak tenggelam!" Kata Hagrid.
Murid-murid kelas satu secara tradisi mencapai kastil Hogwarts dengan berlayar menyeberangi danau bersama Hagrid.
"Oooh, aku tak mau menyeberangi danau dalam cuaca macam ini," kata Hermione.
" Benar, tapi sudah lama sekali ya" Kataku, yang diangguki ketiga temanku.
Kami beringsut pelan sepanjang peron gelap bersama anak-anak lain. Seratus kereta tanpa kuda sudah siap menunggu kami di depan stasiun.
Aku, Harry, Ron, Hermione dan Neville naik penuh syukur ke salah satu diantaranya. Beberapa saat kemudian dengan entakan keras, iringan-iringan panjang kereta berkeretak, menggelinding dengan mencipratkan air menuju kastil Hogwarts.
" Welcome Home" Kataku, sambil memandang jendela yang basah.
Catatan penulis:
10 April 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Golden Time | Cedric Diggory
FanfictionJangan terjemahankan atau republish cerita ini dimanapun. Alur sesuai buku dan film. He is not dead. Maybe. Silahkan dibaca terlebih dahulu. 13+ •Tahun Keempat : Harry Potter and the Goblet of Fire. Dalam Tahun ini akan banyak kejadian menarik di...