Maaf

452 57 13
                                    


Aku menghabiskan sore itu dengan Cedric.
Kami berdua berjalan pelan- pelan di sekitaran danau. Walaupun percakapan kami hanya berulang-ulang tak jelas, dan seolah kami berdua hanya mengatakan kalimat yang saling menguatkan satu sama lain.

Dan aku sadar sekali, jika mudah bagiku untuk tenggelam dalam mata abu-abu Cedric. Sulit bagiku untuk tidak terus menerus mengagumi mata itu.

" Kau cantik sekali." Katanya. Dalam tahap ini aku menggeleng sekali karena yang aku tahu dia jauh lebih cantik, bahkan dalam sorot cahaya redup sore ini.

Pipinya bersemu merah, matanya redup dengan ketenangan. Dan demi Merlin aku benar-benar jatuh hati lagi padanya kali ini.

Aku memeluknya sekali lagi mencoba mengingat-ingat bagaiamana wangi badanya, bagaimana tubuh yang kupeluk ini selalu punya kesan sendiri untuk membuat lebih banyak kupu-kupu di perutku berterbangan.

" Bisa tidak kau tidak masuk ke labirin, Ced?" Mohonku padanya dalam dekapan kenyamanan pelukan yang sulit aku lepaskan.

Sulit bagiku melepas dia untuk masuk sana, ingin rasanya menghentikan waktu jika aku bisa.

Cedric terkekeh pelan mengurai pelukanku dan menatapku hangat " Aku akan segera kembali, setelahnya akan ada banyak waktu seperti yang aku katakan tadi. " Katanya diiringi senyum manis yang selalu menjadi kesukaanku.

Setiap katanya tersirat kesabaran menghadapi kata- kataku dan bisa kuhitung aku jatuh hati lagi padanya.

Tapi mau tidak mau aku mengangguk " Pastikan kau baik-baik saja, jangan bertindak gegabah, aku hanya ingin kau kembali utuh dan tidak terluka sedikitpun, jika wajahmu terluka aku tidak akan mau melihatnya, setuju?"

Cedric terkekeh lagi aku mantapnya bingung karena saat ini sedang sangat serius " Tidak ada yang lucu," kataku sebal "  aku memintamu untuk setuju!"

" Baik!" Katanya, pura-pura mantap dan masih mencoba menahan secercah gelak tawanya.

" Jika menang berarti terluka maka jangan menang kalau begitu." Kataku mentapnya yang sekarang mengerutkan dua alisnya tampak tak setuju " Ini bukan berarti aku mendukung Harry lebih daripada dirimu, tapi aku hanya ingin kalian kembali dengan selamat."

"  Tapi tinggal sedikit lagi, mungkin hanya dua jam dan setelahnya kami akan kembali."

Aku mengangguk setuju dengan rencana singkat dan matang itu, tapi mimpi sialan yang terjadi padaku merubah segala persepsi sederhanaku.

" Cukup lakukan apa kataku, dan semua akan baik-baik saja." Kataku mantap tidak melihatnya lagi dan memilih beralih melihat danau.
Aku memegang bandul kalung pemberian Cedric. Jelas sekali tampak gugup.

" Begini, kau ikut karena akukan jadi lakukan ya Ced, lakukan apa yang aku minta."

Cedric tampak bingung, dia terlihat berpikir keras tapi kemudian tampak memaklumi permintaanku.

Cedric menyentuh pipiku dan mengarahkan wajahku supaya dapat melihat wajahnya. Dia mendekat kembali, tangannya yang memegang pipiku tadi mulai merembet masuk keleherku.

Wajah kami dekat sekali hanya perlu satu detik untuk menyatukan kami lagi tapi terhenti karena teriakan seseorang dibelakangku.

" Ayo Ced!" Teriak Anthony saat aku berbalik menghadapnya." Ayahmu sudah mencarimu..."

Cedric mengangguk padanya, wajahnya masih bersemu tapi dia berusaha tampak biasa saja dihadapan Anthony.

Anthony untungnya tidak mau repot- report berjalan mendekat kami ternyata. Mungkin dia juga berpikir untuk tetap memberi kami ruang.

Our Golden Time | Cedric Diggory Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang